Day 2 [Hari yang Melelahkan]

34 5 0
                                    

Dinginnya pagi hari berhasil menghentikan mimpinya. Tatkala seorang bujangan tampan masih meringkuk menikmati sisa mimpinya yang terganggu. Ternyata jendela kamarnya terbuka sedari tadi.

"Paman pasti sengaja membuka jendela," keluhnya yang masih meringkuk merasakan udara dingin yang mulai menusuk-nusuk kulitnya. Jika ia kembali tidur, Paman pasti akan menyiramnya dengan air sumur, pasti rasanya akan lebih dingin dari pada udara pagi. Memikirkannya berhasil membuatnya segera bangkit dari ranjang.

Dilihatnya jendela menampakkan mentari yang baru saja mengintip di langit timur. Awan-awanpun tampak menghiasi langit, bak bola-bola kapas nan epuk. Tampak beberapa buung menghiasi pohon cemara dekat tempat tinggalnya.

Diliriknya jam dinding, masih ada waktu satu jam setengah lagi untuk berangkat bekerja. Setiap hari ia hanya mencari rupiah demi mimpinya bisa membeli sebuah rumah.

Lamunannya terhenti, kemudian ia segera bergegas siap-siap untuk pergi bekerja.
Tampak ia mengenakan kemeja dan juga celana hitam, seperti setelan sales. Dihiasilah lehernya dengan dasi panjang. Seorang marketing seperti dirinya kadang dianggap remeh oleh tetangganya. Setiap hari ia harus mencari nasabah, kadang ia lelah dengan pekerjaannya yang hanya itu-itu saja. Rasanya ingin mencari pekerjaan lain yang lebih dari sebelumnya.

Perusahaan tempatnya bekerja hanya menggaji lebih jika ia melebihi target. Itu intinya ia harus pandai-pandai merayu. Ya namanya juga marketing.

Merayu nasabah saja aku bisa, masa merayu wanita aku tak bisa. Dipikirnya malah memikirkan wanita. Ah dasar, terlalu sibuk dengan pekerjaan membuat ia jadi bungangan yang tak kunjung mendapat pasangan.

"Hai Bang," panggil seseorang menghentikan langkahnya. "Masih ingat aku tak Bang? Cepi ini loh, kawan SMP mu. Sekarang sudah sukses ya bang, kapan nikahnya?," tambahnya malah membuat kesal.

Iya hanya tersenyum, sambil mengingat-ingat kawannya tersebut  "Sukses dulu kang, nati juga jodo pasti datang sendiri. Kalau saya ndak sukses, nati pasangan saya mau dikasih apa?" jawabnya menegaskan.

Tidak terasa ternyata senja sudah tiba, itu tandanya ia bisa segera pulang. Rasa lelah semakin membuatnya ingin segera pulang ke rumah. Beginilah menjadi diriku harus sabar-sabar menahan lelah, bekerja demi selembar rupiah.

Adalah Ibunya yang ia temui tatkala ia baru membuka pintu rumah. Kabar buruk untuknya, bapak jatuh sakit. Sedangkan dirumah Bapak hanya ada adiknya yang masih sekolah. Ibu menyuruhnya untuk segera pulang temui Bapak.

Ternyata Ibu datang untuk menjemputnya. Ibu tidak enak jika harus memberi kabar lewat telpon.

Perasaan khawatir terus terngiang dalam pikirannya. Akhirnya ia pustuskan untuk ikut pulang bersama Ibunya. Lalu bagaimana dengan pekerjaannya? Ia meminta izin beberapa hari untuk menemui Bapaknya. Berharap Bapak segera pulih. Mengingat ia yang jarang pulang, kedatangan Ibu untuk menjemputnya berhasil mengobati rindunya pada kampung halaman.

OKIB : NPC's 30 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang