"Penuhilah keinginan sesuai dengan kemampuan, bukan kemauan. Karena kemampuan manusia ada batasnya."
______
Hari ini memang tak secerah biasanya. Awan mendung telah menyapa awal hari Afika. Mungkin beberapa saat lagi akan turun hujan. Namun sayangnya ia tak sempat membawa payung lipatnya. Karena tadi ia sangat terburu-buru berangkat sekolah. Sampai lupa membawa payung atau pun benda sejenisnya yang dapat melindungi dirinya dari guyuran air hujan. Dengan cemas, Afika menunggu angkutan umum yang akan berjalan searah ke sekolahnya.Setelah cukup lama menunggu, akhirnya sebuah angkutan umum datang dan berhenti tepat disampingnya. Afika segera masuk ke dalam angkutan itu lalu menduduki tempat kursi yang tersisa. Dan angkutan itu pun berjalan kembali.
Saat pandangan Afika teralihkan ke sudut pojok angkutan tersebut, netranya menangkap seorang lelaki berseragam SMA lain yang di tangannya memegang sebuah benda berbentuk persegi dengan ukuran sedang. Samar ia mendengar lantunan suara orang itu.ثُمَّ سَوّٰٮهُ وَنَفَخَ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِهٖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَا لْاَ بْصَا رَ وَا لْاَ فْــئِدَةَ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
"Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (QS. As-Sajdah 32: Ayat 9)
Apa itu kitab? tanya Afika dalam hati.
Ya, benda yang tak lagi ia sentuh sepuluh tahun terakhir. Walaupun sudah bertahun-tahun Afika tidak pernah membaca kitab yang berisi huruf hijaiyah, ia masih menyimpan momen ketika waktu kecil Afika pernah diajarkan oleh Ayahnya membaca kitab suci itu. Namun itu dulu sebelum semuanya berubah karena suatu hal yang tak pernah disangka akan terjadi.
Tak ingin terlalu memikirkannya, Afika pun kembali mengalihkan pandangannya ke jendela. Diperhatikannya tiap rintik air yang mulai turun membasahi jalanan. Beruntung ia sudah berada di dalam angkutan umum.
Kurang dari 30 menit, angkutan umum berhenti tepat di halte yang tak jauh dari gerbang SMA N Bakhti Bangsa. Afika turun dari angkutan seusai menyerahkan selembar uang dan berjalan masuk ke dalam sekolah dengan langkah hati-hati. Namun tanpa di sangka ada seseorang yang menabraknya dari belakang."Aduh!" teriak Afika spontan karena terkejut.
"Maaf, gak sengaja,"ucap seorang lelaki bertubuh jangkung sebelum pergi meninggalkan Afika yang menatapnya tak percaya.
Afika kembali terkejut ketika melihat siapa orang yang telah menabraknya.
Cowok itu? batin Afika tak percaya.
Seseorang yang sama dengan di angkutan umum tadi. Ternyata satu sekolahan dengan dia di SMA N Bakhti Bangsa. Namun seragam yang ia kenakan berbeda dari pakaian yang melekat di Afika. Hal itu yang menjadi tanda tanya Afika ketika lelaki tadi melengos pergi.
Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya?
Entah dari mana rasa penasaran itu muncul. Tiba -tiba ia tepis begitu saja rasa aneh yang menyergap pada dirinya itu dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju ruang kelas.
Baru saja Afika berjalan di tengah koridor kelas 10, lagi-lagi langkahnya harus terhenti karena kakak kelas yang kemarin ia temui. Kak Juno. Kakak kelas tersombong bagi Afika.
"Hei, lo yang kemarin ngasih gue coklatkan?"tanya Juno memastikan.
"Lebih tepatnya coklat itu dari temenku. Aku cuma bantu ngasihin ke kakak," ucap Afika dengan mata menatap tajam ke arah lelaki pujaan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Hidayah-Mu
SpiritualSpiritual-Teen Fiction (ON GOING) Cover by: @liafadhilah Meskipun sudah berada di jalan yang benar, bukan berarti seseorang itu pasti mampu memegang keistiqamahannya. Sama halnya dengan gadis di kisah ini. Dia Afika Sidqia A., salah satu siswi d...