"Jangan jadikan masa lalu sebagai patokan masa depan. Gunakanlah itu sebagai peringatan agar tak salah lagi dalam mengambil langkah."
- Puri Meuthia -
(Revisi 14.07.20)
________
Jam istirahat menjadi waktu yang paling ditunggu para siswa di sekolah. Karena mereka bisa menggunakannya untuk melepaskan beban pikiran. Bergelut dengan materi pelajaran yang cukup memusingkan otak, membuat dering khas perut berbunyi. Kantinlah pelampiasan yang tepat bagi mereka.
Namun itu tak berlaku untuk siswi satu ini. Dia sedikit berbeda. Ketika semua siswi lebih sering menyibukkan diri untuk mengistirahatkan pikirannya. Lain lagi dengan dia, Afika Sidqia A., yang justru memilih sering membaca buku di taman belakang sekolah. Seperti sekarang, ia duduk menyendiri di kursi panjang taman sekolah dengan ditemani buku yang ada di pangkuannya.
Kenapa dia sendirian?
Tak punya temankah?Eitss, bukan berarti dia tak punya teman. Meskipun jarang yang mengenalnya, tetapi Afika mempunyai dua orang sahabat yang setia padanya. Mereka Jelita dan Vimna.
Lalu kenapa dia seorang diri di taman?
Penyebabnya adalah Afika sendiri yang meminta kepada sahabatnya untuk membiarkan dia membaca di taman sendirian. Ia terlalu nyaman dengan suasana yang hening tanpa ada yang mengganggunya.
Awalnya Jelita heran kenapa Afika begitu sering menggunakan waktunya di taman sekolah yang sepi itu. Sedikit demi sedikit, akhirnya Jelita pun mengerti keinginan sahabatnya. Ia membiarkannya sendirian seperti Vimna yang selama ini menghargai waktu privasi Afika.
"Afika!" panggil seseorang dengan sedikit berteriak.
Merasa namanya dipanggil, ia pun mengalihkan arah pandangannya dari buku yang sedang ia baca ke sekeliling taman. Mencari sesosok orang yang telah memanggilnya. Dan ketemu. Afika menemukan orang itu yang kini sedang berdiri tak jauh dari sudut taman ini.
Afika tersenyum kepada orang itu. Ia pun menutup bukunya dan beranjak menghampiri orang itu.
"Ada apa, Jel?" tanya Afika kepada siswi di hadapannya yang menyembunyikan kedua tangannya ke belakang.
"Sorry ya, gue udah teriak sama lo dan jadi ganggu lo baca buku deh." Jelita memperhatikan buku yang ada di genggaman Afika.
"Udah to the point aja Jel," ucap Afika jenuh dengan basa basi yang Jelita sering lontarkan ketika ia butuh sesuatu darinya.
Jelita terkekeh mendengar ucapan Afika. Lalu ia pun mengutarakan niatnya menemui Afika yang tak lain untuk meminta tolong kepadanya.
"Sebenarnya gue mau minta tolong sama lo, Fik."
Sebelah alis Afika menukik, "minta tolong apa Jel?"
"Kasihin coklat ini ke seseorang ya, please," mohon Jelita sambil mengeluarkan sebuah coklat batang berpita dan bersurat.
Afika tampak bingung mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Jelita. Pasalnya, tak biasanya Jelita memberikan sebuah coklat kepada seseorang apalagi meminta bantuan dirinya untuk menyerahkan coklat itu. Kemana perginya Vimna yang sering menjadi tempat pertolongan Jelita?
"Untuk siapa Jel?"
Dengan seksama Afika meperhatikan label merk coklat itu. Jelas sekali kalau itu salah satu coklat mahal. Bagaimana tidak mahal, iklannya saja sudah di semua Channel TV.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Hidayah-Mu
EspiritualSpiritual-Teen Fiction (ON GOING) Cover by: @liafadhilah Meskipun sudah berada di jalan yang benar, bukan berarti seseorang itu pasti mampu memegang keistiqamahannya. Sama halnya dengan gadis di kisah ini. Dia Afika Sidqia A., salah satu siswi d...