"Jangan terlalu peka, nanti akhirnya berujung luka."
___
"Mungkin ilmu agamaku tak sebanyak yang orang lain tahu. Namun bagiku, orang-orang yang jauh dari agama tak sepantasnya di pandang sebelah mata.""Mereka hanya butuh seseorang untuk menunjukkan dan mengarahkan mereka ke jalan yang benar."
"Hidayah Allah itu selalu diberikan untuk setiap hambanya. Dengan berbagai petunjuk dan berbagai bentuk. Lagi-lagi banyak orang yang salah mengiranya. Orang berpikir bahwa hidayah itu akan datang pada sendirinya. Nyatanya tidak semua seperti itu."
"Hidayah itu harus dijemput bukan ditunggu."
"Karena jika selamanya tetap berada di titik itu, hidayah Allah tak akan pernah menghampirinya."
"Orang butuh usaha untuk mengejar mimpinya. Dan Manusia butuh niat untuk menuju hidayah-Nya."
"Karena Allah akan senang melihat kesungguhan hambanya yang mau bertaubat. Bukan sekadar ucapan yang tak selaras dengan perbuatan."
Sekarang pukul 04.20 pagi, Afika sudah terjaga dari tidurnya. Kedua mata hitam sang gadis terbuka saat rentetan ucapan itu berakhir. Sudah enam hari ini ia memimpikan lagi kalimat panjang penuh arti itu yang keluar dari mulut Rasya. Jujur, hati Afika sedikit merasa lega saat mendengar ucapan itu.
Jika dipikir lagi, baru kali pertama ini Afika bisa berinteraksi dengan laki-laki sebayanya tanpa rasa sungkan. Padahal sebelumnya ia sangat menjaga dirinya untuk tak melakukan komunikasi pada laki-laki manapun. Termasuk gurunya.
Dulu Afika sempat mengalami trauma yang cukup mendalam ketika Ayahnya pergi. Hingga saat masa putih merahnya akan habis, Afika merutinkan diri untuk pergi ke psikiater. Meminta berbagai saran dan beberapa obat agar bisa mengurangi depresinya.
Beruntung setelah menginjak masa smp, Afika sudah bisa mengontrol emosinya. Ia bisa berinteraksi dengan guru ataupun teman laki-laki tetapi tak bisa sebebas dulu. Semua orang pun mengerti akan kondisi Afika saat itu. Sejak itulah Afika terus menyembunyikan nama belakangnya. Ia tak ingin satu orang pun yang mem-bully-nya karena nama Ayahnya yang ikut ada dibarisan nama Afika. Masih ingat bagian dimana perkenalan Afika kan?
Meskipun langit masih menghitam, Afika beranjak dari kasurnya untuk menyiapkan semua keperluan sekolah. Tepat hari ini SMA N Bakhti Bangsa memperingati hari jadinya. Semua siswa dari kelas 10, 11, dan 12 akan merayakannya.
Perlahan, mentari terbit bersama semburat kuning keemasannya. Cahayanya menelusup ke cela-cela daratan bumi. Seusai memakai seragam dan sepatunya, Afika menggendong tas sekolahnya lalu turun ke bawah. Tak butuh waktu yang lama untuk menghabiskan sarapan rotinya. Sepuluh menit kemudian Afika pergi seusai berpamitan dengan kedua asisten rumah tangganya.
♥♥♥
Hari yang sangat menyenangkan bagi penduduk SMA N Bakhti Bangsa. Semua siswa organisasi sibuk mengatur jalannya acara penting ini. Dimana setiap setahun sekali selalu dimeriahkan dengan kegiatan di luar ruangan. Sebagian menyukainya karena dari jam pertama hingga akhir tak ada pelajaran sama sekali. Mungkin ini golongan orang yang menyukai kebebasan tanpa beban harus memikirkan materi pelajaran yang memusingkan.Namun sebagian lagi menyukai kegiatan di luar ruangan. Mereka memanfaatkan waktu untuk berperan penting di dalam organisasinya masing-masing. Kelompok orang seperti ini termasuk senang bergaul dan bekerja sama. Bukankah begitu? Setiap anggota diharuskan aktif dan menjalin kerja sama yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Hidayah-Mu
SpiritualSpiritual-Teen Fiction (ON GOING) Cover by: @liafadhilah Meskipun sudah berada di jalan yang benar, bukan berarti seseorang itu pasti mampu memegang keistiqamahannya. Sama halnya dengan gadis di kisah ini. Dia Afika Sidqia A., salah satu siswi d...