♡♥♡♥♡
"Kamu?"Orang itu terus berjalan mendekat ke arah Afika. Berusaha memperpendek jarak yang ada. Sedangkan Afika berjalan mundur sampai ia tak menyadari kalau di belakangnya sudah tak ada tanah lagi yang bisa di tapaki.
"Aaaaaakh...!" Teriak Afika dan tiba-tiba...
Hap.
Sebuah cengkraman kuat memegang lengan Afika. Dia berusaha menahan Afika agar tidak jatuh ke bawah. Perlahan ia menarik lengan Afika ke atas. Sampai akhirnya Afika dapat memijakkan kakinya lagi.
"Lo kenapa di sini..?"
"Nggak ada yang lukakan..?"
Belum sempat Afika membersihkan pakaiannya, dia sudah melontarkan pertanyaan.
"Nggak." Jawab Afika dingin.
Dilihat dari sikap Afika, kira-kira sudah bisa menebakkan siapa dia?
Yap, orang itu memang Juno, kakak kelas yang paling menyebalkan menurutnya. Entah malapetaka atau bencana yang membuatnya bisa bertemu dengan Juno.
"Lo kenapa ada di sini?" Ulang Juno karena Afika tak kunjung menjawabnya.
"Bukan urusanmu!" Ketus Afika. Ia berjalan meninggalkan Juno.
Tanpa bertanya lagi, Juno langsung mengekor di belakang Afika dan kemudian menyejajarkan langkah kakinya. Mata Juno tak pernah berhenti untuk terus menatap wajah sayu Afika, meski dalam mode marah. Afika yang merasa diperhatikan pun merasa risih. Ia mempercepat langkahnya. Berharap bisa menemukan kedua sahabatnya segera agar terbebas dari makhluk satu ini.
"Fik, Jelita suka coklat nggak?"
Hening.
"Tumben nanya tentang Jelita..." batin Afika.
Juno tak menyerah. Ia terus bertanya kepada Afika mengenai Jelita. Mulai dari makanan kesukaan sampai silsilah keluarganya ia pertanyakan. Ini anak mau ngapain sih sebenarnya..?
"Tanya orangnya aja sendiri." Satu jawaban dari Afika dari semua pertanyaan Juno.
Akhirnya setelah dua puluh menit lebih ia berjalan, Afika melihat kedua temannya. Eh.. ralat, maksudnya kedua sahabatnya. Ia pun segera mendekati mereka berdua.
"Vim... Jel..." sapa Afika. Mereka berdua membalikkan badan mereka.
"FIKAA...!!" Ucap Vimna dan Jelita bersamaan. Mereka langsung memeluk Afika.
Rasanya bahagia bisa mempunyai sahabat yang selalu perhatian. Dan inilah yang dirasakan Afika saat ini. Ia sangat bersyukur kedua sahabatnya selalu care terhadap dirinya. Meskipun terkadang dimata Afika mereka sangat menjengkelkan.
"Ehm... masih lama pelukannya?" Tanya Juno memecah keheningan yang mengusiknya.
Vimna dan Jelita pun menatap ke sumber suara. Mereka berdua terkejut melihat Juno yang kini sedang menyandarkan tubuhnya di pohon. Ternyata mereka berdua belum menyadari kedatangan Juno dari tadi.
"Kok lo di sini...?" Tanya Vimna dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Juno.Sedangkan Jelita hanya mampu tersenyum ke arah Juno. Ia belum bisa bertanya sebab jantungnya yang tiba-tiba berdetak tak normal.
"Gue dari tadi di sini, lo nggak lihat?"
Vimna menggelengkan kepalanya. Ia merasa benar-benar tak menyadari kedatangan Juno.
"Apa gara-gara jaket ini lo nggak ngenalin gue? Emang gue mirip bunglon ya?"
"Hmm.. sekilas sih emang mirip. Hehe..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Hidayah-Mu
SpiritualSpiritual-Teen Fiction (ON GOING) Cover by: @liafadhilah Meskipun sudah berada di jalan yang benar, bukan berarti seseorang itu pasti mampu memegang keistiqamahannya. Sama halnya dengan gadis di kisah ini. Dia Afika Sidqia A., salah satu siswi d...