* Kembali Teringat *

188 25 20
                                    


♥♡♥♡♥

"Assalamualaikum."

Afika menegakkan kepalanya. Matanya menangkap sosok perempuan dengan pakaiannya yang terjuntai hingga ke bawah. Warna kremnya sangat cocok dengan hijab lebarnya yang berwarna coklat. Senada dengan manik-manik gamis itu.

Rasanya lidah Afika kelu untuk membalas salam dari perempuan di depannya. Ia pun langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Maaf sebelumnya, adek kenapa ada di sini? Inikan sudah malam. Kenapa adek belum pulang?" Tanya perempuan itu lembut.

Dilihat dari wajah dan perawakannya, kira-kira dua puluh lima ke atas usia perempuan itu.

Afika tak berniat untuk menjawab pertanyaan dia. Ia hanya diam sambil memperhatikan langit yang tampak suram dengan awan gelap itu.

"Loh, mobil adek bannya bocor?" Perempuan itu baru melihat ban mobil Afika yang tampak kehabisan angin.

"Udah tau malah nanya." Batin Afika sambil memutar bola matanya.

"Kalau gitu, adek ikut saya aja. Kebetulan saya bawa mobil."

Mendengar hal itu, sontak Afika langsung menatap perempuan itu tak percaya. Ia bingung harus menerima atau menolak tawaran itu. Meski perempuan itu bersikap baik kepadanya, Afika tetap merasa curiga. Padahal sudah jelas ia belum mengenal perempuan itu. Tapi kenapa dengan mudahnya dia menawarkan tumpangan kepada Afika.

"Ayo dek, sepertinya sebentar lagi hujan mau turun." Paksa perempuan itu agar Afika segera menerima ajakannya.

Akhirnya mau tak mau Afika menerima pertolongan dari dia. Afika pun berjalan di belakang mengikuti perempuan itu. Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, perlahan perempuan itu melajukannya di jalan raya.

Keadaan hening, seolah kedua perempuan yang duduk bersebelahan itu membisu. Afika tak berniat untuk membuka pembicaraan dengan perempuan berhijab itu. Terlalu sulit baginya untuk berbaur dengan orang lain, apalagi orang yang seperti ini.

"Nama adek siapa?" Akhirnya perempuan itu membuka suara.

"Afika," ucapnya pelan.

"Siapa? Ika?" Ulang perempuan berhijab itu. Karena jawaban Afika tadi kurang terdengar jelas ditelinganya.

"Afika!"

"Oh, Afika. Salam kenal ya dek, jadi rumah adek di jalan mana?" Tanya perempuan itu sambil menatap Afika sekilas lalu tatapannya kembali fokus ke depan.

"Di Jalan Merpati no. 07," ucap Afika malas.

Perempuan itu mengangguk, ia pun melajukan mobilnya ke jalan tersebut.
Untuk menghilangkan kejenuhan yang melanda dirinya, perempuan itu mengambil ponsel dan menekan salah satu aplikasi di dalamnya. Terdengarlah suara murotal Al-Qur'an yang keluar dari benda pipih itu.

Mendengar suara murotal yang diputar oleh perempuan itu, membuat Afika menatap sendu jalanan. Ia jadi kembali teringat ayahnya. Entah mengapa, matanya mulai memanas. Tanpa menunggu bulir bening itu tumpah, Afika langsung menyekanya.

Perempuan itu sedikit terkejut ketika melihat pantulan wajah Afika dari kaca mobil di sampingnya. Walaupun hanya terlihat samar akibat gerimis yang mulai turun, tapi ia yakin bahwa gadis yang ada di sebelahnya ini sedang menahan sesuatu. Sesuatu yang sangat menekan batinnya. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Afika.

Menuju Hidayah-MuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang