“Barangsiapa yang melihat dunia dengan pandangan kedua matanya, maka ia akan melihatnya dengan penuh tipu daya dan dosa. Barangsiapa yang melihat dunia dengan pandangan mata hatinya, maka ia akan melihat dunia bagaikan sesuatu yang sia-sia belaka.”
[ Al-Imam Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad ]
____
"Gue takutnya Jelita cuma jadi mainan Kak Juno. Kalo udah berhasil baperin anak orang, dia ngilang gitu aja."Potongan kalimat itu masih terngiang jelas ditelinga Afika. Sampai di rumah pun ia masih terus memikirkan kalimat Vimna yang ia kira hanya sekedar isu yang dibuat-buat. Hatinya sedikit merasa khawatir. Bukan mengapa, sudah sewajarnya jika dalam persahabatan saling mencemaskan.
Seusai menggantung seragamnya, Afika duduk di tepi ranjang. Tangannya memainkan ponsel.
" Apa yang dikatakan Vimna itu benar?"
Afika masih mengira-ngira. Matanya memandang langit-langit kamar.
"Ah, sudahlah. Masalah perasaannya bukanlah urusanku. Lagian siapa suruh suka sama kakak kelas itu,"ucap Afika seolah tak peduli apa yang akan terjadi pada sahabatnya, Jelita.
Afika merebahkan tubuhnya di ranjang. Mencoba melupakan hal-hal yang tidak penting dari pikirannya. Lagi pula tubuhnya perlu istirahat. Seharian melakukan aktivitas sekolah membuat dirinya cukup merasa letih. Namun, suara yang berasal dari ponsel mengagetkannya. Pertanda ada pesan yang masuk. Ia pun menengok ponselnya kemudian membuka aplikasi ber-ikon panggilan tersebut tanpa mengubah posisi tubuhnya.
Matanya menajam melihat deretan angka yang asing. Sejenak Afika ragu untuk membalas pesan yang sekilas sudah terbaca. Detik berikutnya, ia mencoba mengirimkan tanda tanya. Mungkin saja orang tersebut adalah teman sekelas yang baru mengganti sim card lalu menyuruh Afika menyimpannya.
082779******Hai..
Afika S.A
?
Tak berselang lama, tanda sedang mengetik pun muncul di bawah deretan angka itu.
082779******
Lagi ngapain?
Bukannya mengenalkan diri, orang itu justru menanyakan kegiatan Afika sekarang. Ya, tentu saja bisa dia tebak sendiri, apalagi kalau tidak sedang membalas pesannya. Dasar aneh.
Afika S.A
?
082779******Kok tanda tanya mulu, yang lain napa?
Afika sedikit geram dengan kelakuan si pemilik nomor tak dikenal itu. Bisa-bisanya dia mengirim pesan yang bernada seolah dia sudah lama bertukar pesan dengan Afika. Dia sudah membuat mood Afika memburuk. Gadis berbaju coklat itu pun memilih untuk mengheningkan ponselnya lalu beranjak ke dunia mimpi. Berharap agar bisa melepas penatnya dengan tidur nyenyak.Belum sempat melakukan niatnya, pemilik nomor tak dikenal itu sudah menggagalkannya, dia mengirim panggilan. Afika mulai gemas, tak segampang itu untuk mengangkat panggilan dari orang di seberang sana yang entah ia kenal atau tidak. Ia berpikir sejenak. Lima menit kemudian ia terpaksa mengangkatnya. Tetapi Afika tak mengeluarkan satu kata pun untuk menyapa atau bertanya dengan pemilik nomor asing itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menuju Hidayah-Mu
EspiritualSpiritual-Teen Fiction (ON GOING) Cover by: @liafadhilah Meskipun sudah berada di jalan yang benar, bukan berarti seseorang itu pasti mampu memegang keistiqamahannya. Sama halnya dengan gadis di kisah ini. Dia Afika Sidqia A., salah satu siswi d...