08

5.5K 371 38
                                    

Bruuk..

Bukan Chacha namanya jika emosinya tidak terpancing karena ucapan leo.

Leo tertawa sinis sambil memegang sudut bibirnya yang sobek

"Kenapa? Bukannya lo biasa sendirian? Bahkan nyok--"

Buuk...

"Bangsat" umpat Chacha menendang perut leo hingga tersungkur ke lantai.

Panji dan yang lainnya menahan teman-teman leo yang hendak ingin melawan Chacha, dan membiarkan sahabatnya itu menghajar habis mulut leo yang Mnyeh..

"Bacot lo kayak pantat ayam"

Leo meringis, pukulan bertubi Chacha cukup membuat tenaganya habis.

"Stop" Chacha mendongak, tangannya di tahan oleh seseorang dan itu bukanlah tangan Panji atau yang lainnya.

Dani?

Chacha menaikkan alisnya sebelah, menatap sinis kearah tangan Dani yang sedang menahan tangannya.

"Lepas" bentak Chacha dan menghempaskan tangan Dani hingga terlepas. Ia merapikan bajunya yang sedikit terlipat lalu berbalik dan meninggalkan area kantin.

***

3 botol whiskey sudah Chacha habiskan, satu tegukan terakhir membuat kesadaran Chacha hilang.

"Gue capek, lo pada ngerti nggak sih?"

Koko, si betender club yang juga sahabat Chacha yang cukup mengenal tentang kehidupan Chacha menatap iba kearah gadis yang sedang mabuk itu.

Air matanya runtuh.

"Nggak usah bacot lo semua, gue hajar mati lo pada" racau Chacha tak jelas.

"Cha, gue telfonin Panji sama yang lain ya" ucap Koko mengusulkan.

Chacha tertawa keras menyamai suara musik dj yang mengalun cepat bersamaan dengan air matanya yang juga semakin deras.

"Mereka sibuk, punya urasan keluarga semua" Chacha tertawa seperti orang gila
"Gue aja yang gak punya keluarga disini" tambahnya semakin menertawakan dirinya.

Air matanya semakin deras, tanpa berniat untuk berhenti.

"Chacha"

Chacha mendongak. Lalu tertawa hambar.

Ia tak pernah semabuk ini dan ia tak pernah memiliki niat untuk memikirkan laki-laki brengsek ini sampai ia harus membayangkan wajahnya.

Dani di depannya.

Chacha yakin ini hanyalah khayalan semata.

"Cha, lo nggak apa kan?" tanya bayangan itu lagi

Lagi, Chacha tertawa. Menertawakan betapa buruknya nasib nya, betapa menyedihkannya takdir yang di beri tuhan.

Chacha meraba wajah laki-laki yang di depannya ini, jika boleh jujur Chacha merindukannya.

"Sebentar aja, lo jangan ngilang dulu ya" gumam Chacha tak jelas.
Sedangkan Dani, tubuhnya mematung. Ingatannya kembali saat dulu melihat Chacha terlihat menyedihkan mendengarkan kenyataan hidupnya.

"Lo cuma bayangan. Please, stay here. Nggak lama, cuma beberapa menit aja" lagi, Chacha meracau tak jelas.

"Ini gue Cha, gue Dani" ucap Dani meyakinkan. Ia mendekat lalu mendekap tubuh chacha. Chacha menangis, tubuh nya gemetar hebat.

"Leo benar, ujung-ujungnya gue tetap sendiri"

LATER LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang