Terik matahari siang ini kini cukup membuat (Namakamu) merasa gerah dan haus secara bersamaan. Ia mempercepat langkah kakinya memasuki sebuah mini market yang cukup dekat dengan halte bus yang ia tuju, rasanya tenggorokannya benar-benar kering, ia butuh minum.
Setelah mengambil minuman dingin di lemari es yang tersedia, (Namakamu) berjalan menuju kasir dan bergerak meraih uang yang ia taruh di dalam tas selempang miliknya, namun sepertinya ada yang aneh. (Namakamu) tak menemukan selembarpun uang dalam tas miliknya. (Namakamu) merasa panik, ia hanya butuh membeli satu minuman kaleng dingin yang sekarang sudah ia letakan di meja kasir tapi mengapa selembarpun uang tidak ditemukannya. Dan tanpa di ketahui (Namakamu), ada seorang cowok sebaya dengannya yang sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.
"Mba, saya beli cemilan ini. Sama yang punya cewek ini juga sekalian. Berapa semuanya?" (Namakamu) yang tadinya sibuk mencari uang di dalam tasnya kini menoleh ke arah cowok yang kini sudah berdiri di sampingnya dan yang lebih menarik lagi, cowok tersebut membayarkan minuman yang ingin ia beli.
"Semua, empat puluh delapan ribu rupiah."
Cowok itu memberikan selembar uang lima pulih ribu pada sang kasir.
"Eh, Makasih yaa." Dengan wajah memerah menahan malu (namakamu) menatap ragu ke arah cowok disampingnya.
Cowok itu tersenyum ramah. "Iyaa, sama-sama. Lain kali chek uang dulu gih! Hehe." Dia terkekeh dan yaa (Namakamu) akui, dia sangat manis.
"Baal, buruan ih. Lama banget sih." Dari arah belakang, cewek cantik yang (namakamu) yakini adalah cewek yang seumuran dengannya kini memasang wajah kesalnya ke arah cowok di samping (Namakamu).
Setelah mengambil uang kembalian, cowok itu bergerak meninggalkan (namakamu). "Gue duluan yaa."
(Namakamu) hanya mengangguk.
Cowok itu berjalan ke arah cewek yang sedari tadi ternyata menunggunya, dia malah hanya menyentil pipi cewek tersebut ketika tahu bahwa gadis itu sedang kesal padanya, dalam hati (Namakamu) harus mengakui bahwa keduanya terlihat sangat serasi.
*
Iqbaal menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, ia masih menggunakan seragam sekolahnya saat ini. Tangannya sedari tadi sibuk menekan-tekan tombol remote mencari channel yang menampilkan tayangan yang menghibur, namun satupun tidak ia temukan.
"Cewek tadi siapa Baal?" Iqbaal kini menatap ke arah Bella sahabatnya, yang kini sedang asyik mengunyah cemilan yang ia beli di mini market tadi.
"Gue juga gak kenal, kayaknya dia tadi lupa bawa uang, sekalian gue bayarin deh."
Bella mengangguk paham. "Eh Baal, tadi Bastian ngajak gue ketemu,"
Iqbaal menghentikan aktivitasnya dan langsung menghadapkan wajahnya ke arah Bella. "Terus lo jawab nya gimana?"
"Gue gak balas chat dari dia, gak penting!"
"Iya, gak usah respon dia. Lama-lama juga capek sendiri."
"Iyalah gak bakal!"
"Lo janji yaa sama gue, jangan dekat-dekat dia lagi."
Bella menatap Iqbaal penuh arti, ada sebuah harapan di matanya. "Gue gak bakal dekat-dekat yang lain, selama masih ada lo Baal."
"Ya iyalah gue masih ada, emang gue mau ke mana?" Sepertinya Iqbaal tak paham dengan apa makna dari ucapan Bella padanya, andai saja Iqbaal tahu.
*
(Namakamu) terlihat sibuk dengan tumpukan buku yang sedari tadi ia masukan ke dalam kardus, rencananya ia akan menyumbangkan buku-buku yang sudah jarang ia baca pada anak-anak di panti asuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya itu.
Salshabilla : (Nam...) lo dmana?
Sebuah pesan dari Salsha di aplikasi WhatsApp kini berhasil mengalihkan fokus (namakamu).
Di rmah. Knp?
Gue gabut nih
Jalan yukKemana?
Kmana kek.
Lo siap2 ya. W otw rumah lo nihOk deh
*
(Namakamu) dan Salsha kini sibuk dengan urusan mereka masing-masing. (Namakamu) sibuk dengan laptopnya, sedangkan Salsha sibuk dengan ponsel di tangannya. Suasana Caffe saat ini cukup ramai dengan pengujung, namun itu sama sekali tak mempengaruhi konsentrasi keduanya. (Namakamu) yang sedang konsentrasi dengan cerita yang sedang ia tulis dan Salsha yang sedang konsentrasi stalking idolanya."(Nam..), yang ngolah daftar nama siswa buat semua ekskul lo kan?" Tanya Salsha tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.
"Hm," (Namakamu) hanya berdehem.
"Dhito ikut ekskul futsal gak?"
"Gak tau gue, daftar anak cowok yang ikut futsal belum di stor ke gue. Besok deh gue minta sama pembina ekskulnya," ucap (Namakamu), ia kini menatap ke arah Salsha, namun pandangannya malah langsung tertuju pada pintu masuk Caffe, (Namakamu) melihat mereka berdua lagi, pasangan yang serasi dimatanya. Yah itu cowok dan cewek yang ia temui di mini market tadi.
Jantung (Namakamu) kini terasa ingin berpindah tempat, saat mata cowok itu menatap tepat ke dalam matanya. Ada ekspresi kaget yang ditampilkan cowok itu juga tetapi detik berikutnya cowok itu mengalihkan pandangan.
Ini salah, (Namakamu) baru sekali pernah bertemu cowok itu dan dengan tidak tahu dirinya ia malah deg-degan sekarang, (Namakamu) terus merutuki dirinya sendiri, lalu kembali fokus pada laptop di hadapannya. Walaupun ia sesekali mulai melirik ke arah meja depan yang ditempati cowok itu, cowok yang bahkan namanya saja tidak ia ketahui.
***
Hallo, ini sengaja dibuat untuk yang suka baca cerita yang ringan-ringan gitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)
FanfictionIqbaal dan (Namakamu) sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Iqbaal menyukai (Namakamu), begitu pun sebaliknya. Tapi, mengapa selalu ada Bella di antara mereka?