"Thanks ya (Nam...)," ucap Abun si ketua OSIS. Ketika (Namakamu) sudah menyetorkan daftar nama-nama siswa-siswi yang mengikuti ekskul, yang telah ia kerjakan dari beberapa hari lalu itu.
"Iya, gue ke kelas dulu yaa," balas (Namakamu).
Abun mengangguk. "Oke."
'Kringgg!'
Bel jam pertama berbunyi memenuhi seantero sekolah. (Namakamu) mempercepat langkahnya menuju kelas.
Jumat pagi ini, mata pelajaran pertama kelas XI IPA-3 adalah kimia.
"(Nam...), buku PR lo udah gue stor sama ketua kelas. Bu Yuni hari ini gak masuk," ucap Salsha.
(Namakamu) mengangguk, duduk di bangkunya.
"Berarti hari ini kita free kimia dong. Asyik, ah surga itu ini." (Namakamu) menyandarkan tubuhnya disandaran kursi.
"(Nam...), mending kita liatin anak futsal latihan yuk. Dhito pasti lagi latihan nih," ajak Salsha.
"Mager ah, lo aja sana," balas (Namakamu).
"Ih, lo mah gak asyik ih."
"Lo duluan aja sana, ntar gue nyusul!"
"Bener ya, gue tunggu yaa," ucap Salsha, berjalan meninggalkan kelas.
(Namakamu) menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan yang ia buat di atas meja. Ia merasa pusing.
*
"Gue ikut ya Baal, bosan dikelas," ucap Bella.
Saat ini, Iqbaal sudah menggenakan baju club futsal bernomor punggung 28.
"Gak boleh Bels, masuk sana, bentar lagi ulangan, lo malah jarang masuk kelas. Ini aja, gue latihan karena bentar lagi ada turnamen, kalau enggak, gue mana mau ninggalin pelajaran kek gini," balas Iqbaal.
"Ih, Baal. Sekali ini aja yaa, ya, yaa!"
"Bella Graceva, gue bilang gak boleh ya gak boleh, masuk kelas sana!"
Bella mengerucutkan bibirnya. "Ih Iqbaal, gak asyik."
Iqbaal tersenyum, mengacak-acak rambut Bella gemas. "Sana masuk kelas, gue gak mau kalau lo bolos pelajaran, hanya karena mau liatin gue latihan." Iqbaal berucap lembut.
"Ya udah, habis latihan temuin gue. Okay, bye." Bella berlari kecil menuju kelasnya.
Rasanya seperti ada kupu-kupu terbang dalam perutnya, perlakuan Iqbaal barusan memang sering ia lakukan padanya, namun entah kenapa rasanya mulai berbeda, Bella sangat menyukainya.
Iqbaal berjalan menuju lapangan futsal, ia yakin teman-teman seclubnya sudah menunggunya dari tadi.
*
Salsha sudah dari tadi duduk manis di bangku yang terletak di pinggir lapangan. Tangannya bergerak mengetik pesan untuk (Namakamu).
(Namakamu)
Oyy
(Nam...), lo kok belum ke sini?
Mereka, udh dri td latihan."Ih, kok pending sih, (Namakamu) mana coba?" seru Salsha.
"Hoiii," tiba-tiba saja (Namakamu) kini duduk disamping Salsha.
"Ya ampun, baru aja tadi gue whatsapps lo. Kok pending sih?"
"HP gue low," pandangan (Namakamu) menatap ke arah lapangan.
Iqbaal tampak terlihat tampan saat ini, apalagi dengan rambut yang basah karena terkena keringat, (Namakamu) malah berpikir, kemana saja dirinya untuk dua tahun belakangan ini? Kenapa ia baru mengenal Iqbaal, ada rasa yang besar dalam dirinya untuk lebih mengenal Iqbaal.
'Pritt!'
"Waktu latihan cukup, kalian boleh istirahat," ucap Pak Sammy.
Iqbaal dan Ardhito berlari menuju ke arah di mana (Namakamu) dan Salsha duduk. Sedangkan teman seclub mereka memilih untuk segera pergi meninggalkan lapangan.
Salsha berdiri, menyodorkan handuk kecil dan sebotol air mineral kepada Ardhito yang sudah berdiri tepat di hadapannya.
(Namakamu) melirik Iqbaal yang bergerak mengambil handuk kecil dari dalam tasnya yang betulan, terletak tepat disamping kanan (Namakamu). (Namakamu) menggigit bibir bawahnya pelan, ia gugup. Sepertinya ia tidak melihat Iqbaal membawa air untuk diminumnya. Saat ini (Namakamu) sedang menggenggam botol air mineral yang isinya sudah setengah. Ia tidak mungkin memberikan air yang sudah ia minumkan?
"(Namakamu), minum lo dong," minta Iqbaal.
Diluar dugaan, Iqbaal meraih botoh air mineral di tangan (Namakamu), meminum isinya sampai tandas.
'Itukan bekas gue, bekas bibir gue juga, ya ampun Iqbaal.'
(Namakamu) terdiam, berdiri kaku.
"Eh, gue sama Dhito mau ke kantin nih, kalian berdua mau ikut?" tanya Salsha.
Iqbaal menggeleng. "Bentar lagi jam istirahatkan? Gue mau nemuin Bella dulu, gue duluan yah."
Iqbaal meraih tasnya, lalu berujar, "(Namakamu), makasih yah minumannya, lain kali gue traktir deh, hehe.."
Sial, Iqbaal malah terkekeh lagi, manis. Yah dia sangat manis.
*
Jam pelajaran kedua, Bahasa Indonesia. (Namakamu) mulai bergerak gelisah, perutnya terasa nyeri sekali.
"Sha, perut gue nyeri nih," bisik (Namakamu).
"Bulan ini, lo udah dapet?" tanya Salsha.
(Namakamu) menggeleng. "Belum, gue biasanya dapet tanggal dua puluhan, masih minggu depan, masa iya gue kena sekarang?"
"Ya udah sana, ke toilet gih. Terus ke UKS cari obat, atau mau gue temanin?"
(Namakamu) menggeleng. "Gak usah, gue sendiri aja."
(Namakamu) berdiri dari posisi, lalu melangkahkan kedua kakinya menuju meja guru, meminta izin ke toilet.
(Namakamu) melangkah menyusuri koridor yang tampak sepi, hanya beberapa siswa saja yang berlalu lalang di koridor.
"(Namakamu)."
(Namakamu) menoleh, mendapati Iqbaal yang melangkah mendekat ke arahnya.
"Kenapa?" tanya (Namakamu).
Iqbaal berdiri di hadapan (Namakamu), bergerak membuka sweater yang ia kenakan, lalu setelahnya ia berlutut dihadapan (Namakamu).
"Lo ngapain?" kaget (Namakamu).
"Diam dulu," Iqbaal bergerak menyimpul kedua lengan sweater itu ke pinggang (Namakamu).
"Rok lo, berdarah!"
*
Uwu. Gimana-gimana?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)
FanficIqbaal dan (Namakamu) sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Iqbaal menyukai (Namakamu), begitu pun sebaliknya. Tapi, mengapa selalu ada Bella di antara mereka?