Selamat Lebaran yaa. Mohon maaf lahir dan Batin. Happy Reading!
=====Sepulang (Namakamu) dari rumah sakit ia sama sekali tidak mau keluar kamar. Ia hanya menatap ponselnya dengan perasaan gamang. Bingung, apa ia harus mengirimi Iqbaal pesan?
'Kling'
Tiba-tiba ada sebuah pemberitahuan pesan masuk di ponsel (Namakamu), membuat (Namakamu) segera maraih ponselnya di atas nakas.
Iqbaal : Hi (Nam...), makasih bunganya:)
(Namakamu) menahan napas. Merasakan jantungnya tiba-tiba saja berdetak tidak normal. Astaga, ini hanya pesan singkat tapi mengapa ia sangat berdebar?
Buru-buru ia mengetik pesan balasan.
(Namakamu) : Iya, sama-sama. Maaf ya gak sempat jenguk langsung.
Iqbaal : gpp. Bunga ini aja udh cukup kok. Lagian, besok gue udh bisa plg k rmah.
(Namakamu) : y udh. Gws yaa, jgn main hp. Ntar pusing.
Iqbaal : hehehe, iya iya:)(Namakamu) kembali meletakan ponselnya, senyumnya kini mengembang. Setidaknya Iqbaal sudah menghubunginya. Namun, satu hal yang kini disadari (Namakamu). Ternyata ia sudah pasti menyukai Iqbaal, sangat.
Tok tok
"(Nam...), makan yuk!" Teriak seseorang dibalik kamar (Namakamu).
(Namakamu) terdiam, suara siapa itu? Tidak asing sama sekali baginya. Tapi siapa? Sebentar biar (Namakamu) mencoba untuk mengingatnya, dan detik berikutnya...
"BABAS!" Teriak (Namakamu) girang, buru-buru ia berlari menuju ke arah pintu dan membukanya.
"Heii... gak berubah deh lo." Bastian kini menjauhkan sedikit tubuhnya untuk memberi jarak dengan (Namakamu).
(Namakamu) mengerucutkan bibirnya, "kan kangen Bas."
"Ya udah sini sini," Bastian kini merentangkan tangannya, bersiap untuk memeluk (Namakamu).
"Udah ah, udah males." Balas (Namakamu) sembari berjalan menuju ke arah tangga, bersiap menuju ke ruang makan di lantai bawah.
"Yah ngambek. Haha..." Bastian kini mengikuti langkah (Namakamu).
(Namakamu) kini mengambil posisi duduk di salah satu kursi meja makan, sudah ada beberapa piring berisi makanan di atas meja.
"Lho, Mama mana Bas?" Tanya (Namakamu) bingung, merasa rumah tiba-tiba sepi.
"Kelamaan tinggal di kamar deh lo. Tapi tante sama om ke rumah sakit, jenguk teman mereka yang sakit." Jawab Bastian, yang dibalas dengan anggukan paham dari (Namakamu).
"Yodah, kita aja yang makan." Ucap (Namakamu) sembari memuat berapa sendok nasi dipiringnya dan diikuti beberapa lauk pauk.
"Oh yah (Nam...), lo gak nanya kenapa gue kesini?" Tanya Bastian.
(Namakamu) yang tadinya sudah mau memesukan sesendok nasi di mulutnya kini menghentikan gerakannya dan menatap Bastian.
"Emang kenapa?"
"Gue bakal pindah di sekolahan lo." Jawab Bastian.
"Hah? Seriusan?"
Bastian mengangguk, "yah gue seriuslah."
"Kok bisa? Berarti lo bakal tinggal di sini?" Tanya (Namakamu) penasaran.
Bastian mengangguk, "Yah gitu."
"Kenapa pindah sekolah?"
Bastian tersenyun jahil, "gue jadi bahan rebutan di sekolahan gue." Jawabnya, yang dihadiahi senyum jijik dari (Namakamu).
"Pokoknya gue punya alasan pindah, tapi mungkin lo taunya nanti aja."
"Sok misterius banget lo." Sinis (Namakamu).
"Nanti lo juga bakal tau kali." Bastian kini ikut menyendok makanan ke piringnya, sedangkan (Namakamu) memilih melanjutkan makannya tanpa mau membalas ucapan Bastian lagi.
"Habis ini lo ganti baju ya, kita jalan-jalan aja dulu. Mumpung malam minggu," ucap Bastian ketika mereka hampir selesai makan malam.
"Kemana?"
"Yah kemena kek, lo jangan keliatan banget jomblonya. Malam minggu gini kok di rumah aja."
"Hus... serah lo deh."
**
Senin pagi."(Nam...) buruan woy!" Teriak Bastian dari teras rumah, membuat (Namakamu) kini berlari menuruni anak tangga.
"Kanapa sih lo buru-buru banget. Mentang-mentang bakal jadi anak baru, semangat bener." Ucap (Namakamu) ketika ia sudah sampai di teras rumah.
"Udah ayo. Kita berangkat!!" Ucap Bastian semangat dan dihadiahi tatapan malas dari (Namakamu).
Setelah melewati perjalanan dengan waktu 15 menit akhirnya Bastian dan (Namakamu) sampai di parkiran sekolah. (Namakamu) segera turun dari motor Bastian dan berniat segera berjalan meninggalkan sepupunya itu.
"Heh... mau kemana lo? Itu helmnya lepas dulu kali." Ucap Bastian yang berhasil menghentikan langkah (Namakamu).
Dengan gerakan malas, (Namakamu) kini melepas helm di kepalanya dan memberikannya pada Bastian.
"Lo ke ruang administrasi sendiri yah. Hari ini gue piket kelas." Ucap (Namakamu) yang kini mulai berjalan meninggalkan Bastian.
"Ih, kok gue ditinggal sih. Pokoknya lo harus temanin gue dulu, terus boleh deh lo ke kelas." Bastian kini ikut menyajari langkah (Namakamu).
"Manja banget dah."
Dengan terpaksa akhirnya (Namakamu) menuntun langkah mereka ke ruang administrasi. Namun hal yang tidak (Namakamu) sangka akan sepagi ini kini terjadi sekarang. Di sana, di arah yang berlawanan arah dengan mereka, ia melihat Iqbaal dan Bella berjalan berdua. Rupanya Iqbaal sudah sembuh, pikir (Namakamu).
Langkah mereka semakin mendekat menyisakan beberapa meter yang membuat semuanya jelas. Namun yang didapati (Namakamu) pertama kali adalah wajah shock Bella.
"Bella."
"Bastian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)
FanfictionIqbaal dan (Namakamu) sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Iqbaal menyukai (Namakamu), begitu pun sebaliknya. Tapi, mengapa selalu ada Bella di antara mereka?