Sudah siap?
Go
Mari kita balas Iqbaal. Hahaha...
========
Dari pagi (Namakamu) dan pengurus OSIS yang lain sudah sibuk. Karena akan ada sekolah lain yang datang ke sekolahan mereka dalam rangka persahabatan antar sekolah. Ini adalah persahabatan antar sekolah terakhir sebelum angkatan (Namakamu) melepas masa jabatannya di OSIS."Club futsal, basket, volly dan yang lain udah pada siapkan?" Tanya Abun pada (Namakamu) yang baru saja kembali memasuki ruang OSIS.
(Namakamu) mengangguk. "Udah kok."
"Oke. Good!"
Deru motor dan mobil kini mulai terdengar memasuki pekarangan sekolah mereka. Jam tangan di pergelangan tangan (Namakamu) sudah menunjukan pukul 07.15. Abun dan beberapa pengurus OSIS lainnya, termasuk (Namakamu) kini melangkah ke arah parkiran sekolah untuk menyambut para tamu.
"Selamat datang di sekolah kami." Sapa Abun sembari bersalaman dengan salah satu cowok yang baru turun dari mobilnya. Mungkin itu sang ketua OSIS pikir (Namakamu).
Setelah perkenalan singkat. Beberapa siswa-siswi dari SMA tamu tersebut di arahkan menuju lapangan olahraga. Ada beberapa kata sambutan dari kepala sekolah dan Abun selaku ketua OSIS.
(Namakamu) dan teman-teman pengurusnya kini sibuk memastikan ada air minum di sekitaran lapangan yang akan di gunakan.
Dan seluruh pertandinganpun di mulai. Membuat sorak-sorak dari penghuni sekolah memenuhi seantero sekolah. Kegiatan persahabatan antar sekolah tentu saja adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa-siswi.
"(Nam...), liat deh yang baju nomor delapan. Kok ganteng banget yah." Ucap Salsha ketika mereka sedang berdiri di samping lapangan futsal.
"Kalau Dhito denger lo ngomong gitu. Di putusin deh." Balas (Namakamu) yang pandangan matanya masih ke arah Iqbaal. Cowok dengan nomor punggung 12.
Salsha mendengus. "Cuci mata guenya. Bosen kali liat Dhito mulu"
"Dasar!"
"Baal... ayo! Iqbaal... semangat!" Teriak Bella di sisi kanan lapangan membuat (Namakamu) langsung menoleh ke arah gadis itu.
Gadis ceria yang sekarang sedang mendukung sahabatnya. (Namakamu) hanya bisa membuang napas jengah, tiba-tiba merasa sesak.
"(Namakamu). Awas!"
Brug!
"(Namakamu)!" Pekik Salsha kaget.
Kejadian barusan begitu cepat. (Namakamu) berdiri kaku, dia gemetar.
"Kenapa sih lo?" Suara itu. Itu suara
"Ka... Karel." Ucap (Namakamu) dengan suara terbata.
Ternyata cowok yang memeluk (Namakamu) dari belakang itu Karel. Cowok yang melindungi tubuh (Namakamu) yang nyaris terkena bola.
Kejadian tadi berhasil membuat permainan basket berhenti untuk sesaat. Rupanya bola nyasar tadi dari lapangan basket di samping lapangan futsal.
"Karel lo kok bisa ada di sini?" Suara Salsha barusan berhasil membuat (Namakamu) tersadar sepenuhnya dan langsung membalikan badan menatap ke arah Karel.
"Yah gue siswa tamu di sinilah." Jawab Karel.
"(Nam...) lo hati-hati. Kita ngobrol bentar." Ucap Karel lagi lalu kembali berlari ke arah lapangan.
Tanpa (Namakamu) sadari. Kejadian tadi diperhatikan Iqbaal. Iqbaal melihat (Namakamu) yang nyaris terkena bola basket namun ditolong oleh cowok yang sama sekali tidak Iqbaal kenal.
*
Seluruh pertandingan sudah selesai. Kini saatnya siswa-siswi dari sekolah tamu menikmati hidangan yang di siapkan dari pihak sekolah (Namakamu).
(Namakamu) mondar-mandir, sibuk memperhatikan apakah semua para pemain dari kegiatan ini sudah makan atau belum.
"Duduk dulu. Gak capek apa!" Tiba-tiba tangan (Namakamu) ditarik. Membuat beberapa orang yang ada di situ menatap ke arahnya.
Wajah (Namakamu) memerah menahan malu. Karel memang paling bisa menarik perhatian.
"Rel lo kenal?" Salah satu teman Karel bertanya.
"Kenal lah. Kenal banget." Jawab Karel diiringi senyum manisnya. Pegangannya di pergelangan tangan (Namakamu) belum terlepas.
"Apaan sih Rel. Lepasin!" Ucap (Namakamu) pelan.
"Karel ngapain lo megang-megang tangan (Namakamu). Mau modus ya lo?" Tiba-tiba Salsha datang dengan suara toanya.
(Namakamu) akhirnya memilih duduk di samping Karel sembari melepaskan pegangan Karel di pergelangan tangannya dengan pelan.
Dan Deg!
(Namakamu) terpaku sesaat. Ketika pandangannya bertemu dengan Iqbaal. Anak futsal dari sekolahnya memang juga ada di tempat itu, tapi (Namakamu) tidak menyangka kalau Iqbaal akan menatapnya dengan tatapan terluka seperti sekarang.
"Ih (Nam...), kenapa lo malah duduk di samping Karel?" Ucap Salsha terdengar tidak suka.
"Yang lalu biar lah berlalu Sha. Gue sama (Namakamu) baik-baik aja kok." Ucap Karel yang dibalas dengan tatapan malas dari Salsha.
(Namakamu) mengalihkan pandangannya dari Iqbaal. Mungkin pandangan terluka itu hanya perasaan (Namakamu) saja. Mana mungkin Iqbaal merasa terluka karenanya.
"(Nam...) setelah sama gue. Lo masih jomblokan?" Ucap Karel yang mengundang sahutan teman-temannya.
"Gila Karel. Ternyata mantannya."
"Cantik gini kenapa bisa putus dah."
"Pantesan aja si Karel semangat bener, mau persahabatan di sekolah ini."
"Modus mantan!"
Iqbaal berdiri dari posisi duduknya. Meninggalkan tempat itu dengan rasa dongkol.
"Baal..." ucap Bella yang bertemu Iqbaal di koridor. Gadis itu kini bergerak menggandeng tangan Iqbaal.
Namun Iqbaal melepaskan gandengan Bella dengan cepat. "Gue pengen sendiri Bels!" Ucapnya berlalu.
*
Gimana-gimana? Oh yah jadwalnya seharusnya update besok. Tapi karena besok tugas kuliahku super numpuk makanya aku next hari ini. Jangan lupa vote dan beri komentar supaya aku makin semangat ngetiknya:)Oh iya. Ada ceritaku yg udah Tamat. Judulnya Lemon Tea, itu cerbung IqNk juga. Bisa di chek di profil aku:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)
FanficIqbaal dan (Namakamu) sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa. Iqbaal menyukai (Namakamu), begitu pun sebaliknya. Tapi, mengapa selalu ada Bella di antara mereka?