5. Kebetulan

634 90 2
                                    

Malam minggu seperti biasanya terkadang (Namakamu) akan ikut jalan bareng Salsha dan Ardhito. Terkesan menjadi penghalang memang, namun terkadang Ardhito juga mengajak Rendy sahabatnya untuk ikut mereka. Seperti saat ini, kini mereka sedang duduk mengirati salah satu meja yang ada di Caffe Oreos.

"(Nam...),seriusan lo dekat nih sama Iqbaal?" Tanya Ardhito penasaran.

"Gak kok," jawab (namakamu).

"Iqbaal siapa? Iqbaal pacarnya Bella?" Timpal Rendy.

"Kok lo kenal mereka? Lo kan gak satu sekolahan sama kita," tanya Salsha.

"Bella itu tetangga gue. Gue sering kok saling nyapa sama mereka. Hampir tiap hari Iqbaal ke rumah Bella." Jelas Rendy.

Rupanya jawaban Rendy barusan membuat dada (Namakamu) terasa sesak. Padahal sebelum itu (Namakamu) memang sudah menduga hal itu. Tentusaja Iqbaal akan sering ke rumah Bella, mereka kan sahabatan, pikir (Namakamu).

"Udahlah gak usah ngomongin orang, bahas yang lain aja." Ucap (Namakamu) mencoba membuat mereka untuk tidak membahasnya.

"Kenapa lo? Cemburu yaah.." Ledek Salsha yang dihadiahi pelototan dari (Namakamu).

"Apaan sih Sha gak lucu tau." Balas (Namakamu).

"Hehehe becanda kaliiii.."

'Tring'

Pintu kaca Caffe kini terbuka pertanda ada lagi pengujung yang datang ke Caffe ini.

"Eh yang dibahas pajang umur." Ucap Rendy yang kebetulan duduknya mengarah pintu masuk Caffe.

"Siapa?" Mereka bertiga kompak menoleh.

"Heyy.. Iqbaal." Sapa Ardhito. Membuat Iqbaal dan Bella yang sedang mencari meja kosong kini menatap ke arah mereka.

Iqbaal tersenyum, "Hey.. tumben banget ketemu di sini.." ucap Iqbaal sebari menarik tangan Bella untuk mendekat di meja yang mereka tempati.

"Gabung yuk sama kita!" Ajak Rendy.

(Namakamu) benar-benar berdoa semoga mereka menolak ajakan Rendy barusan. Sungguh (Namakamu) akan merasa tidak nyaman.

"Boleh." Ucap Bella, membuat (Namakamu) menghelah napas gusar yang disadari oleh Salsha.

"Kenapa (Nam...)?"

"Hm... gak papa." Jawab (Namakamu) merasa tidak enak, "lambung gue perih, telat makan soalnya." Lanjutnya.

Tentusaja alasan (Namakamu) tadi tidak benar, ia hanya merasa tidak enak jika terlalu terang-terangan kalau tidak suka Iqbaal dan Bella ikut gabung di meja mereka.

"Bawa obat gak?" Balas Iqbaal terlihat khawatir.

(Namakamu) terdiam, tidak menyangka akan respon Iqbaal.

"Kalau gak ada biar gue beliin di apotek depan," lanjut Iqbaal.

"Ada kok, btw gue ke toilet dulu."(Namakamu) langsung berdiri segera berjalan menuju ke arah belakang caffe dimana toilet berada, keliatan sekali jika dirinya sedang gugup sekarang.

"(Namakamu),"

(Namakamu) menoleh, rupanya yang memanggilnya adalah Bella. "Gue ikut. Gue juga pengen ke toilet," Bella kini ikut berdiri lalu menyusul langkah (Namakamu).

Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang