16. Kebenaran [1]

615 114 5
                                    

Hi, pada nungguin cerita ini lanjut?

===

(Namakamu) duduk di kursi tunggu depan ruang unit gawat darurat sendirian, tubuhnya gemetar. Kejadian tadi sungguh membuatnya kaget.

"Kamu gak papa?"

(Namakamu) menatap wanita parubaya yang menghampirinya dengan tatapan sendu. "Bella, gimana tante?" tanya (Namakamu).

"Udah sadar kok, dia cuma kaget aja tadi," jawab wanita parubaya itu, kemudian duduk di samping (Namakamu).

(Namakamu) merasa lega. "Syukurlah."

"Kamu, pacarnya Iqbaal?" tanya wanita parubaya itu dengan senyuman menenangkan, "saya bundanya Iqbaal," lanjutnya.

(Namakamu) menggeleng. "Bukan tante, saya cuma temannya. Kebetulan, Iqbaal memang ke rumah saya tadi, sebelum mendapat telpon kalau Bella kecelakaan," jawab (Namakamu).

"Iqbaal sering cerita tentang kamu sama tante. Dia benar-benar suka ke kamu, tante pikir kalian sudah resmi pacaran," ucap Bunda.

(Namakamu) terdiam, tidak tahu bagaimana ia harus merespon.

"Kamu pasti bertanya-tanya, mengapa Iqbaal sangat menyayangi Bella," lanjut Bunda.

(Namakamu) masih memilih diam.

"Iqbaal menyangi Bella, layaknya ia menyayangi adiknya."

"Adik?"

"Iqbaal punya kembaran, namanya Iqlima..." Bunda menggantungkan ucapannya, pandangannya lurus ke depan, seolah sedang mengingat sesuatu.

(Namakamu) menggenggam tangan Bunda, memberi kekuatan. Seperti ada luka yang tak kasat mata, mampu dirasakannya.

"Ketika mereka duduk di bangku kelas tujuh, Iqlima kecelakaan---" Bunda kembali terdiam, tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Bunda." Iqbaal keluar dari ruangan UGD, menghampiri Bunda.

"Bunda pulang aja, biar Iqbaal yang temanin tante Reni di sini," ucap Iqbaal.

Bunda mengangguk. "Bella gak papa kok, kamu jangan takut," balas Bunda.

"Iya Bunda, Pak Roni sudah nunggu bunda di parkiran," ucap Iqbaal.

Bunda berdiri. "(Namakamu), mau ikut pulang bareng tante?" tanyanya.

"(Namakamu), biar Iqbaal yang anterin," ucap Iqbaal.

Bunda mengangguk, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.

"Kaget yah tadi?" tanya Iqbaal.

"Iya," balas (Namakamu).

"Harusnya, lo gak perlu ikut gue. Gue tadi jadi ninggalin lo di parkiran," ucap Iqbaal merasa bersalah.

"Gak papa, gue ngerti kok. Lo cuma lagi panik aja," balas (Namakamu).

Iqbaal mengangguk, kemudian terdiam.

Hi Tuan Iqbaal (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang