MY SOULMATE - 8

14 1 0
                                    

Dia aja bisa bahagia sama yang lain, kenapa gue ga bisa?

---

"Woi!" seru Disty melihat Leo asik sekali dengan ponselnya yang menampangkan applikasi instagram.

Disty mendekat ke arah Leo dan melirik ponsel sahabatnya itu. "Tumben lo liatin ig buat stalker account tentang makanan. Biasanya juga buat quotes." cibir Disty.

"Dih, paan." Leo memindahkan posisi duduk agar Dis tak bisa melihat ponselnya lagi.

"Lo udah ga galau lagi? Lo udah move on sist?!" tanya Disty.

"Udah lah." jawab Leo tersenyum bangga. Ia menatap sekilas ke arah Disty dan melihatkan jari tangannya membentuk 'ok'.

"Kok bisa udah ga galau lagi?" tanya Disty heran.

"Karena dia udah sama gue." Lelaki dengan perawakan atletis itu datang menghampiri Leo dan Disty yang masih betah di ruang kelas meskipun bel istirahat sudah berbunyi 3menit yang lalu.

"Lo?" Disty menaikkan alisnya.

"Lo belum cerita ya ke Disty?" tanya Ray pada Leo lalu merangkul pacarnya itu.

Leo menggelengkan kepala sambil cengengesan.

"Yaudah nanti aja ceritanya, yuk buruan kantin." ajak Ray kemudian berlalu keluar kelas.

Leo menutup ponselnya dan segera bangkit dari duduknya untuk menghampiri Ray yang sudah lebih dulu keluar.

"Tunggu." Disty menahan pergelangan tangan Leo.

"Ayo ke kantin, Dis." ajak Leo.

Disty tak menghiraukan ajakan Leo. Karena memang saat ini ia masih kenyang sarapan 2 porsi chicken cheese.

"Lo jadian sama Ray?" tanya Disty kemudian melepaskan kepalan tangannya yang bertengger di pergelangan tangan Leo.

"Baru kemarin sore, Dis. Sorry gue ga bilang sama lo." jawab Leo. Leo memang sudah niat akan memberitahu Disty soal kabar jadiannya dengan Rayyan. Tetapi semalam Leo kebablas tidur saat sedang videocall dengan Rayyan dengan durasi 3.04.08.

"Mentang-mentang lo punya cowo, terus lo jadi lupa gitu sama gue?" tanya Disty.

"Nggak, bukan gitu maksud gue."

"Kenapa harus Ray, Leo?"

"Lo ga suka gue sama dia?" tanya Leo to the point.

"Ga ada hujan ga ada angin aja lo bisa jadian sama Ray. Bahkan lo ga pdkt udah main samber aja, keren lo. Apa jangan-jangan lo udah deket lama tapi ga bilang ke gue?"

Duh kenapa Dis jadi sans gini si. Salah gue juga ga langsung bilang kalo gue taken sama Ray si ah. Jadi berabe gini kan.

"Gue ga pdkt, Dis." jawab Leo pelan.

"Terus kenapa bisa jadian? Lo tau kan Ray sayang banget sama lo? Dari dulu sampe sekarang hati Ray masih buat lo. Tapi lo sendiri, emang sayang sama Ray? Gue ga yakin ini. Karena gue tau hati lo pasti ga seutuhnya buat Ray. Masih ada Attar di dalem hati lo." kata Disty emosional.

Leo terpaku. Cukup kaget pernyataan yang dikatakan Disty barusan. Memang ini semua mungkin terlalu cepat bagi Leo. Mereka saja belum pendekatan, belum tau apakah akan merasa cocok atau tidak. Sekali saja kesalahan yang kau perbuat, kau harus mampu menerima resiko dan mempertanggungjawabkannya.

"Leo, jawab gue. Lo belum sayang kan sama Rayyan?" tanya Disty lembut.

Leo menarik napas dan tersenyum kecut. "Gue akan berusaha semampu gue, Dis. Gue juga udah niat sama diri gue sendiri ga akan ngecewain Ray. Gue tau dia sayang banget sama gue, makanya gue ga sampe hati nolaknya. Apalagi Ray nembak gue langsung dihadapan teman-temannya.

"Oo, jadi instastory Vano sama Brian kemarin petang yang ditaman itu Ray lagi nembak lo?"

"Iya, Dis. Sorry gue mendadak gini ceritanya."

"So, lo nerima Ray karena kasian gitu?"

"Not full. Disisi lain gue juga pengen berusaha sayang ke cowo selain Attar. Inshaa Allah, gue bakal bahagia sama Ray."

"Bahagia itu bukan hanya bersama orang yang mencintai kita, tapi bahagia itu bisa bersama orang yang mencintai dan kita cintai." tutur Disty.

"Gue bakal berusaha. Doain yang terbaik ya buat gue?"

"Iya, sorry tadi gue nanyanya agak ga nyante gitu." Disty tersenyum.

"Keep calm."

"Ikut ke kantin sekalian aja Dis, bareng Ray juga."

Disty menganggukan kepala.

"Ngomong apaan si serius amat." Ray dari arah luar kelas datang menghampiri Leo dan Disty.

"Ga kok, gapapa." jawab Leo agar tidak memperpanjang masalah.

"Disty ngomongnya ga slow banget." komentar Ray.

"Lo denger kita ngomong apa?" tanya Disty membulatkan matanya lalu melirik ke arah Leo.

"Denger lah." jawab Ray santai. Mereka bertiga kini tengah berjalan beriringan menuju kantin.

"Kita ngomong apa?" tanya Leo was-was. Tak sampai hati jika memang benar Ray mendengar percakapannya tadi dengan Disty. Siapa yang tidak sakit jika mengetahui pacarnya masih berusaha untuk menyayangi? Bukankah jika ada status berarti perasaan yang sudah pasti? Ah, Leo hanya berharap Ray tidak mendengarnya.

"Ngomongin gue pasti." jawab Ray lagi.

"Lo kenapa emang?" tanya Leo menatap wajah Ray yang sok cool.

"Gue ganteng." jawab Ray spontan.

Disty dan Leo memecahkan tawanya.

"Gausah ngaco deh." timpal Leo lalu mengacak-acak rambut Ray.

"Jujur kenapa si kalo gue ganteng, ga ada romantis-romantisnya banget jadi pacar." Rayyan ngode.

"Mau lo jelek mau ngga kek gue ga peduli, Ray." sahut Leo.

"Aaa soswittt." Ray gantian mengacak rambut hitam sebahu milik Leo.

"Jangan jadiin gue kambing congek plis." rengek Disty.

"Ga kok, Dis. Tenang aja lo. Yang ada gue jadiin curut congek." balas Ray.

"Ih lo mah, ga sayang sama sahabat pacar." gerutu Disty.

"Ogah gue sayang sama sahabat pacar, mending sayang sama pacarnya aja ya kan?" tanyanya ke Leo.

"Apaan si lo, Ray." Leo tertawa.

Semakin lama semakin Leo dibuat nyaman oleh Ray. Good, mungkin ini adalah awal yang bagus buat hubungan mereka. 1 hal yang Leo harapkan saat ini ialah, bisa sungguh-sungguh menyayangi Ray, dan bisa benar-benar menghilangkan rasanya untuk Attar.

Jika Atta saja bisa bahagia dengan cewe lain, kenapa gue gabisa?

---

Makasih yang udah mau baca cerita aku sampe part ini! See u in next chapt and happy reading yaay! :))

NabilaFayyaza.

MY SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang