MY SOULMATE 13

11 0 0
                                    

"Woi, Ray. Napa lo ngelamun mulu?" Vano yang sedang asik dengan gitarnya pun nampaknya juga memperhatikan raut wajah Rayyan yang murung. Sama seperti malam-malam minggu sebelumnya, mereka selalu berkumpul di tempat tongkrongan biasa untuk latihan band atau sekedar ngobrol-ngobrol.

Rayyan yang tersadar ada yang memanggil namanya kemudian membuyarkan lamunan.

"Ray lo kenapa?" tanya Brian kepo.

Sebelum menjawab pertanyaan, Rayyan menatap ke arah tiga temannya itu. Dan tatapan terakhir, tertuju pada Attar. "Gue kangen Leo." jawabnya lirih.

"Kangen maksud lo? Tinggal chat lah, telfon, vidcall. Lo punya hp kan? Atau gaada kuota sini gue hotspot kasian amat lo, miskin." Brian menarik ponsel dari saku celananya-berniat hendak memberi hotspot untuk Rayyan.

Tangan Rayyan menepis ponsel Brian yang dijulurkan kepadanya. "Bukan itu masalahnya."

"Terus masalah apa lagi? Kaga bisa ngetik lo? Sini gue yang ketik." timpal Brian lagi.

Attar yang melihat nada bicara Brian sudah semakin naik memotong obrolan mereka. "Bri, udah. Apaan si lo main bentak. Kita ini team." tuturnya bijaksana.

Brian hanya mendengus kesal lalu menutup kembali layar ponselnya dan memasukkan ke saku kembali.

"So, apa masalah yang ngebuat lo gabisa hubungin Leo, Ray? tanya Attar penuh pengertian.

Ditatapnya lagi raut muka Attar yang tidak setenang tadi. "Gue break." jawab Rayyan.

"Apa?!" serentak mereka semua.

"Gimana bisa? Lo pasti ga becus jadi cowo kan?" Brian langsung tuduh.

"Sorry, Tar. Gue belum bisa jadi yang terbaik buat mantan lo." Rayyan tersenyum miris.

Ada getaran tersendiri dalam hati Attar saat Rayyan menyebut kata mantan. Karena memang hanya satu mantan Attar di dunia ini sekarang, yaitu Leonna Salsabilla.

"Gausah sebut dia mantan gue, sekarang dia itu pacar lo. Gausah korek lagi yang udah berlalu, Ray."

"Tapi dia tetep mantan lo." sahut Rayyan.

"Tapi dia pacar lo sekarang. Lo yang lebih berhak." Attar mencoba menstabilkan napasnya.

"Gue perlu banyak belajar dari lo, Tar." Rayyan seakan memohon pada sahabatnya itu.

"Belajar untuk?"

"Bikin Leo bener-bener sayang sama gue, sama kaya pas dia sayang ke lo. Please, tolong gue Tar. Gue gamau kehilangan dia."

Attar cukup tertegun mendengar apa yang baru saja diucapkan Rayyan. Rayyan minta bagaimana caranya agar Leo menyayanginya sepereti saat Leo menyayanginya dulu? Ah, ini benar-benar permintaan tolong yang sangat kocak, sekaligus buruk.

"Kenapa harus minta cara ke gue?" tanya Attar.

"Karena selama ini cuma lo yang bisa bikin hati Leo mencair seutuhnya. Bahkan mungkin sampe sekarang hatinya ga bakal beku kalo buat lo, Tar." jelas Rayyan.

"Please, bantu gue. Sekalipun itu dengan cara lo pas waktu masih pacaran sama Leo, it's ok. Lo mau jadiin gue cerminan dari diri lo sendiri juga boleh kok, Tar. Apapun bakal gue lakuin demi ngga kehilangan Leo, meski itu ngerubah jati diri gue." mohon Rayyan pada Attar.

"Ray tapi lo gabisa gitu. Ini terlalu rendahan." Vano mengomentari.

"Apapun, Tar, apapun. Demi Leo, gue rela."

Hening.

---

Sudah pukul 11 malam. Tapi Leo masih terjaga di meja belajarnya itu-tempat favorit saat ia produktif di malam hari.

MY SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang