'Gausah malu kalo lagi jalan sama aku di depan umum. Kecuali kalo aku itu selingkuhanmu, kamu baru boleh malu.'
---
Hari ini adalah hari Senin. Hari yang paling dibenci para pelajar, konon katanya. Memang benar, hari Senin itu menyebalkan. Karena apa? Karena dengan adanya hari Senin, hari Minggu tidak bisa memperpanjang usianya.
"Males banget gue upacara, ngantuk." ujar Disty dengan lesu.
"Dih, gakboleh gitu lo. Upacara itu sebagai tanda hormat kita buat pahlawan." kata Leo berlagak menggurui.
"Belagu lo." timpal Disty yang sedang menguap.
Leo pun tertawa kecil. Ia dan Disty lalu berjalan beriringan mendekati anak-anak kelasnya yang sudah membentuk barisan di lapangan.
Leo menarik tangan Disty, mereka berdua berjalan ke barisan paling depan. Disty hanya menuruti sahabatnya itu dengan raut wajah bingung, karena tak biasanya Leo mau berdiri di barisan paling depan. Biasanya, Leo dan Disty selalu berada di barisan paling belakang.
Mereka sudah berbaris dengan rapi. Sementara upacara belum juga dimulai, Disty mencoba bertanya pada Leo yang tengah asyik melihat ke sekelilingnya.
"Tumben amat lo milih barisan paling depan?" tanya Disty sambil membenahi topi upacaranya.
"Biar gue makin jelas liat Rayyan, hehe." jawab Leo tanpa menoleh sedikitpun ke arah Disty. Leo tengah bertatapan dengan Rayyan yang berada di barisan seberang sana. Senyuman dari mereka berdua pun, tak segan-segan disembunyikannya.
"Hmm." Disty hanya berdehem pelan.
---
Bel istirahat pertama berbunyi. Murid-murid pun menutup buku yang berada di mejanya, merapikannya, lalu bergegas menuju keluar kelas.
"Perpus yuk, gue kehabisan stok novel." ajak Leo pada Disty sembari melangkahkan kakinya ke teras kelas.
Belum sampai di teras kelas, Leo memberhentikan langkahnya, ia sedikit kaget.
"Ray, kok lo ke-sini?" tanya Leo gugup. Ia spontan merapihkan anak rambutnya yang sebagian menutupi alisnya.
Rayyan melekukkan bibirnya. "Semalem bilang mau pinjem novel bareng, lupa ya?"
"Eh-- iya. Sorry-sorry." jawab Leo patah-patah. Ia pun menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah, Leo. Lo sama Ray aja. Lagian gue juga ga pengen ke perpus, laper. Mau ke kantin aja. Babay kalian!" selepas Disty melambaikan tangannya, ia langsung meninggalkan mereka berdua di ambang pintu kelas.
"Eh-eh, Dis!" Leo sedikit berteriak memanggil Disty yang sudah menjauh."
Rayyan menutupi pandangan Leo dengan bahunya yang bidang, agar Leo tak terus memanggil Disty yang sudah berjalan jauh.
"Udah sama aku aja, yuk." Ray menggandeng tangan Leo. Mereka berjalan melewati koridor sekolah, dan sukses menarik perhatian murid-murid lain.
Leo yang melihat tatapan murid-murid lain pun merasa risih. "Lepasin, Ray. Malu." katanya pelan sambil menundukkan kepala agar wajahnya tak terlihat jelas oleh murid-murid itu.
"Kalo aku selingkuhanmu, kamu baru boleh malu." ujar Ray perlahan.
"Ish." decak Leo.
Melihat pacarnya yang semakin salah tingkah itu, membuat Ray semakin gemas dengan Leonna. Bukannya ia melepaskan genggaman, justru Ray malah mempereratnya.
Merasakan tangannya yang semakin dipegang erat oleh Ray, membuat Leo mendongak ke arah Ray lalu berkata, "Sakit, ih!"
"Biarin, yang penting gak kubuat sakit hati."
"Rayyan!!"
Rayyan tertawa lagi. "Iya udah nih dilepasin, udah sampai perpus nyonya."
"Bodo!" Leo langsung masuk ke perpus tanpa menunggu Ray yang masih berdiri di luar.
Setelah mengisi daftar hadir, Leo menuju ke bagian perpus dimana bagian itu tersedia novel-novel dari Inggris, atau novel dari negara lain yang sudah diadaptasikan ke dalam bahasa Inggris. Ia memang suka bahasa, terlebih lagi genre fantasi. Meskipun kelasnya yang ia ambil saat ini adalah mipa. Leo juga punya keinginan di masa depan, akan melajutkan kuliah di jurusan hubungan internasional. Ia ingin menjadi duta besar. Oleh karenanya ia suka membaca buku yang diterjemahkan ke berbagai bahasa internasional.
Saat ingin berpindah ke rak buku yang lain, mata Leo mendadak membulat. Raut mukanya mendadak lesu.
"Leonna?" Nei yang tak sengaja melihat ke arah Leo pun langsung mendekati Leo dan memeluknya.
Attar menoleh ke arah Leo dengan novel yang dipegangnya. Ia berhenti menceritakan sinopsis novel pada Neira tadi dan mendadak bungkam.
"Eh, Nei. Suka bahasa juga?" tanya Leo basa-basi. Jujur ia hanya tidak ingin suasana jadi canggung.
"Iya ini, diajarin Attar soalnya. Sekarang jadi lumayan tertarik deh."
Tanpa Neira beritahu pun, Leo sudah tahu jika Attar memang suka bahasa. Attar memang punya genre buku yang sama dengannya, genre fantasi. Itulah salah satu poin lebih dari Attar yang mampu menarik perhatian Leo kala itu.
Leo tersenyum menimpali perkataan Neira barusan.
"Kesini sama siapa Leo, sendirian?" tanya Neira.
"Sama gue." tiba-tiba Rayyan muncul dari belakang Leo dengan suara yang cukup lancang.
Leo pun tersontak lalu menoleh ke arah Rayyan.
"Yuk, Leo. Lanjut cari novelnya." ajak Ray pada Leo.
"Duluan, bro." seru Ray untuk Attar yang berada cukup jauh darinya.
Attar pun mengangguk, lalu mengembangkan senyumnya.
Rayyan dan Leo berbalik arah. Rayyan kemudian memegang bahu kanan Leo sambil berjalan mencari buku yang sedang Leo inginkan.
"Mau cari buku kaya apa sih?" tanya Rayyan.
"Buku itu pokoknya yang cerita ke-4. Judulnya panjang, males ngomongnya ribet. Udah ada belum ya di perpus?" tanya Leo sambil melihat dengan detail kumpulan buku di dalam rak.
"Buku apa neng? Gajelas ish."
"Yaiyalah, kamu aja gak suka baca buku, ya mana jelas."
Rayyan cengengesan.
Attar yang mendengar percakapan mereka dari balik rak, pun langsung mencarikan buku yang Leo minta.
"Nei." panggil Attar.
"Kenapa? Oh ya, aku jadinya pinjem buku yang kamu bacain tadi deh, bagus keliatannya." ujar Nei sambil menunjukkan bukunya pada Attar.
"Iya, nanti aku yang tulis di daftar peminjaman." jawab Attar.
"Oh ya, Nei?"
"Kenapa?"
"Tolong kasihin ini ke Leo ya, tadi aku ga sengaja denger omongan Leo sama Ray, Leo lagi cari buku ini." Attar memberikan bukunya.
"Oh iya, oke." Nei bangkit dari duduknya untuk segera memberikan buku itu pada Leo.
"Jangan bilang itu dari aku ya!" kata Attar saat Nei sudah setengah berjalan.
Nei hanya mengiyakannya dalam hati tanpa menoleh ke arah Attar. Ia pun langsung menghampiri Leo.
'Aku tau, kamu pasti mau cari buku itu. Dulu pas kita masih pacaran, bukunya masih cerita ke pertama. Sekarang pas kita udah putus, bukunya udah cerita yang keempat. Lucu yah, waktu begitu cepat.' gumam Attar dalam batinnya.
Leo akhirnya menerima novel dari Neira. Ia cukup kaget, soal mengapa Neira tau novel itu adalah novel yang ia cari. Karena satu hal yang Leo ingat, tidak ada yang tahu novel kesukaannya itu , kecuali Atta.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY SOULMATE
Teen Fiction"Aku tau, Na. Sejauh apapun kamu pergi dari hidupku, kamu pasti akan selalu balik lagi ke aku. Cinta selalu tau jalan pulang. Dan perasaan aku ke kamu ini beda, Na. Aku bener-bener jatuh pada cinta yang baik sepertimu. Dan aku harap, meski kita diha...