MY SOULMATE - 4

33 10 13
                                    

Cinta itu selalu tau jalan pulang.

---

"Na, lo tau apa yang gue takutin selain kecoa di dunia ini?"

"Tau." jawab Leo sok tahu.

"Apa?"

"Lo takut gue jadi saingan lo pas ranking paralel PTS besok kan?" kata Leonna diiringi gelak tawa.

"Ish, bukan." timpal Atta mengerucutkan bibirnya.

"Terus apa dong?" tanya Leonna.

"Kehilangan orang yang gue sayang." jawab Atta tegas.

Leo membungkam mulut dan menatap dalam mantannya yang hanya berjarak beberapa centi.

"Dan lo, salah satu orang yang paling gue sayang di dunia ini selain keluarga gue." Atta berbicara lagi.

Leonna bingung dengan arah bicara Attar yang tiba-tiba jadi seperti ini. Tadi Attar hanya mengajak Leo belajar bersama seperti biasa karena minggu depan sudah PTS. Tapi kenapa jadi bahas yang melo-melo gini sih?, gumamnya.

"Gue ga mau kehilangan lo lagi, Na. Please kasih gue kesempatan ketiga buat perbaiki semuanya."

"Ta, gue lagi ga mood bahas ginian. Jadi tolong-" pembicaraan Leo tersela.

"Tolong, terima gue jadi cowo lo lagi ya Na?" tampak jelas mata Attar kini berbinar-binar.

"Ga segampang itu lo bisa masuk lagi ke hidup gue Ta. Setelah apa yang udah lo lakuin ke gue dan itu semua cuma bisa bikin sakit." jawab Leo dengan nada bicara yang melemah.

"Na, lo tau kan? Rayyan juga suka sama lo waktu itu. Gue ga enak aja sama dia, seolah gue kek udah dibutain sama cinta banget kalo gue lebih milih lo daripada sahabat gue sendiri."

"Atta, it's ok. Gue maklumin hal itu. Makanya pas gue tau Rayyan suka ke gue dan dia coba buat ndeketin gue, malemnya gue langsung putusin lo. Gue ngelakuin semua itu demi persahabatan kalian, hati gue masih pengen sama lo Ta."

"Iya, Na. Gue juga masih pengen sama lo."

"Tapi apa yang lo lakuin setelah kita putus? Lo bener-bener lost contac. Gue coba tanya nomer lo ke Vano, Brian dan mereka bilang ga punya. Gue tau itu boong banget. Sampe akhirnya gue dapet nomer lo dari salah satu fans berat lo. Disitu gue nge-chat lo buat ngejaga pertemanan kita. Gue gamau, bukan berati kita mantanan terus kita jadi musuhan. Dan apa yang lo lakuin? Lo just read semua message dari gue. Hampir setiap bulan gue kirim pesan singkat ke lo, dan hasilnya sama. Nothing. Disitu gue sakit banget Ta." mata Leo sudah dipenuhi air mata yang tinggal menunggu beberapa detik untuk siap meluncur deras.

"Maaf, Na. Gue rasa itu yang terbaik. Karena semakin gue komunikasi sama lo gue malah semakin sayang, dan semakin ga rela lo ngelepasin gue gitu aja." Attar menggenggam jemari Leo.

"And now, dengan gampangnya lo minta gue comeback disaat gue udah mencoba mengikhlaskan? Ini perasaan bukan layangan yang bisa lo tarik ulur sembarangan Ta. Gue bukan mainan lo."

"Unna, aku sayang sama kamu."

"Untuk sekarang gue gamau rubah status kita. Gue pengen kita selalu temenan biar gaada rasa musuhan lagi diantara kita. Dengan kita terbiasa jadi seorang teman, Inshaa Allah perasaan kita juga akan hilang dengan sendirinya."

"Aku gamau, Na. Aku ga bakalan biarin perasaan ini hilang meskipun suatu saat nanti aku udah dapet pengganti kamu."

"Jangan bullshit, please." Leo tersenyum kecil, terlihat pahit.

"Kamu harus ingat satu hal, kalau ke depannya aku gandeng cewe selain kamu, itu hanyalah usahaku buat ngelupain segala tentang kamu, tentang kita, tentang UnTa."

"Pesan gue cuma satu, jangan sakitin perasaan cewe dengan lo jadiin dia pelampiasan. Gaada orang yang mau dijadiin yang kedua. Dan gaada orang yang mau dijadiin peran figuran dalam sebuah hubungan."

"Pesanku juga cuma satu, Na. Sejauh apapun kamu pergi, kamu pasti bakalan balik lagi ke aku. Entah kapan itu. Tapi aku percaya, cinta itu tau kemana arah jalan pulang." kata Attar seraya mengemas buku yang ada di meja dan menaruh di ransel kecilnya.

"Lo mau kemana? Kita belum selesai belajar." Leo mencegah Attar yang sudah berdiri untuk pergi meninggalkannya.

"Udah cukup, Na. Aku gamau lagi ganggu hidup kamu. Dengan kita berduaan gini sama aja ngingetin aku ke kita yang dulu. Mulai sekarang aku pengen mencoba jalanin hidup tanpa kamu. Kamu pun juga begitu. Jangan sungkan-sungkan kalo kamu butuh aku, nomer aku masih yang lama." ucap Attar lalu pergi berlalu meninggalkan Leo di balkon kamar dengan ransel yang digendongnya.

"Hati-hati Ta." lirih Leo yang tak didengar Attar karena ia sudah jauh menuruni anak tangga.

"Loh, nak Atta mau kemana? Ko pulang buru-buru. Emang jam 7 begini sudah selesai belajarnya?" tanya Kirana, bunda Leo yang berpapasan dengan Attar saat akan menuruni tangga.

Attar tersenyum. "Sebenarnya belum, tante. Tapi tadi papa suruh Atta pulang katanya ada yang ingin dibahas." alibi Attar.

"Oh gitu, yasudah. Hati-hati dijalan ya nak Atta."

Setelah Attar salim dengan tante Kirana, ia langsung mengucapkan salam dan pergi dengan motor sportnya melaju membelah indahnya kota Jakarta di malam hari.

"Aku sayang sama kamu, Na. Tapi kayanya udah cukup usahaku buat ngebalikin semuanya. Dua kali aku ngajak kamu balikan, tapi tetap saja ditolak. Mulai kali ini, aku harus benar-benar bisa hidup tanpa Unna. Aku harus bisa relain kamu untuk sementara waktu. Aku masih yakin, kalo suatu saat nanti Tuhan bakal pertemuin aku lagi sama Unna buat bersatu selamanya." Attar berbicara pada dirinya sendiri saat tengah berkendara.

Sementara Leo yang masih berada di balkon kamarnya hanya bisa merenung. Ditatapinya bolpoin dengan gantungan kunci boneka unta milik Attar yang tertinggal karena tadi ia buru-buru. "Atta, ini gantungan kunci yang lo kasih pas hari jadi kita ke 1 bulan. Aku juga masih simpen kok." Lalu Leo beranjak ke dalam kamar menuju nakas untuk mencari gantungan kunci unta mereka yang memang sengaja couple.

"Gantungan kunci ini manis, aku suka." Leo mengelus kedua gantungan kunci itu dengan lembut. Lalu ia memeragakan drama parodi yang biasanya Atta lakukan dengan gantungan kunci ini.

"Hai, aku Atta." kata Leo sambil menggerakkan gantungan kunci unta milik Attar.

"Hai, aku Unna." timpalnya lagi. Kali ini ia menggerakkan gantungan miliknya sendiri. Ia seperti sedang memainkan drama dengan boneka.

"Kamu manis, aku jadi suka sama kamu." gantungan milik Attar didekatkan menuju gantungan milik Leo.

"Kamu juga manis, aku suka." gantungan kunci unta milik Leo seolah bicara dan tersenyum kecil ke arah gantungan kunci Atta.

"Jangan pernah tinggalin aku ya. Nanti kalo gaada kamu, aku gabisa bahagia. Kalo aku ga bahagia nanti aku gaakan bisa senyum. Kalo aku ga senyum nanti aku ga manis. Kalo aku udah ga manis, nanti kamu ga jadi suka." kata Leo menggerakkan gantungan kunci milik Atta dan menirukan gaya bicara khas mantannya itu. Ingin sekali rasanya ia menumpahkan air matanya, tapi ia menahannya agar tidak jatuh.

"Iya, kita akan bareng terus selamanya." jawab Leo memeragakan gantungan kunci miliknya.

Flashback off.

Ah, Atta. Selalu punya cara tersendiri buat bikin gue bahagia. Gue sayang sama lo Ta. Tapi untuk balik ke lo gue rasa itu belum bisa gue lakuin. Gue hanya butuh keajaiban yang bakal bisa mersatuin kita lagi.


---

Kalo yang mau baper, gapapa aku bolehin kok hehe. RIP buat UnTa :((

Jangan lupa voment and see u in next chapt guyss! :))

-NabilaFayyaza.

MY SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang