MY SOULMATE - 7

17 2 0
                                    

"Please jangan kecewain aku ya? Tolong hargain perjuangan aku selama ini."

-Rayyan.-

***

"Kuy, buru bantu gue bawa barang ke bagasi." perintah Vano sesampainya Attar tiba di rumah Ray. Seperti janjinya tadi, ia akan membantu sahabatnya itu untuk mengungkapkan cintanya pada Leo.

"Woi, jangan bengong!" gentak Vano sambil membawa 1 gitar, dan 1 kajon.

Attar membatin melihat gitar dan kajon yang dibawa Vano masuk ke mobil. "Lo mau nyanyiin Unna lagu, Ray? Suara lo kan bagus, gimana bisa Unna nolak lo?"

Bug. Brian memukul bahu Attar yang tengah melamun dari belakang. Tidak keras, tapi anggap saja bunyi pukulannya 'bug'.

"Lo kenapa Tar, spaneng banget?" tanya Brian yang baru muncul dari dalam rumah Ray.

"Kenapa emang gue?" Attar malah bertanya balik.

Brian tertawa kecil. "Gue tau, lo masih belum siap kalo mereka taken kan? Ngaku lo." jari telunjuk Brian mengarah ke wajah Attar.

"Apaan. Kalo gue belum siap, ga bakalan gue mau lah nemenin Ray." elak Attar.

"Haha iya serah-serah lo dah." jawab Bri.

"Buruan coy, Ray juga katanya udah mau sampe." kata Vano memberi instruksi.

"Loh, Ray ga bareng kita?" tanya Attar sambil mengunci gembok pagar rumah Ray.

"Kaga lah, dia duluan nemuin Leo disana. Terus ntar dia pura-pura kemana gitu lah kaga tau gue intinya kek ngehindar dari Leo, and terus Ray dateng kasih surprise deh buat Leo." jelas Vano.

"Terus gitar sama kajonnya?" tanya Attar lagi.

"Jadi ntar kan si Ray itu bawa bunga sambil nyanyiin Leo lagu. Berhubung gue yang main gitar dan Bri yang dapet pegang kajon, jadi lo yang ngrekam ya Tar? Hp lo kan juga belum ada setahun, pasti memorinya masih banyak kan?"

Buset, gue yang ngrekam? Gue yang mengabadikan moment berkesan bagi Ray sama Leo? Ok, i'am ready to be strong and stay cool. Attar berbicara pada dirinya sendiri.

"Are u okay, Attar?" Vano memastikan.

"Alright." Attar menganggukan kepalanya.

45 menit kemudian..

"Leo, gue mau ke belakang dulu bentar ya?" ijin Ray saat mereka sedang asyik melihat langit biru yang mulai menjingga ditaman.

"Lah? Ke belakang mana? Disini ga ada toilet." timpal Leonna.

"Bentar aja kok nanti balik lagi. Boleh kan sayang?" Ray sudah berdiri dan ber-akting layaknya orang yang sedang kebelet beser.

"Dih sayang-sayang. Iya iya deh." jawab Leo.

"Ga boleh ya panggil sayang?" tanya Ray.

Leo mendongak.

"Bentar lagi juga boleh panggil sayang kok." ledek Ray lalu ngacir meninggalkan Leo.

'Bentar lagi boleh panggil sayang?' Ah apaan si Ray. Ga boleh baper gue.

Sudah 3 menit Leo menunggu Rayyan datang. Ia kembali menatap langit yang sudah berwarna jingga. "Langit yang cantik, tapi hanya sementara. Liat aja pasti ntar senjanya pergi." Leonna bermonolog. Ia menarik napas gusar.

"Buat apa cuma bikin senang sebentar, tapi ujung-ujungnya ninggalin tanpa pamit? Ah senja, kamu nakal tapi aku suka." gumam Leonna lagi.

MY SOULMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang