"Dia adalah mantan tetangga kita sewaktu di Indonesia, Anna." jawab Marvin.
Anna mengangguk mengerti, ia menatap kedua orang tuanya.
"Lalu kenapa dia ingin mengajakku jalan-jalan? Apa dia teman, sahabat, atau... Pacar?" tanya Anna.
Halaya dan Marvin saling bertatapan, mereka bingung harus menjawab apa. Mereka tak begitu mengenal Dixon ataupun keluarganya dengan begitu baik, hanya beberapa kali mendengar rumor tentang mereka.
"Dia bukan siapapun. Sudahlah, jangan memikirkannya." elak Halaya.
Anna mengangguk dan berdiri setelah menyingkirkan bantal yang menutupi pahanya yang terekspos.
"Aku akan ke kamar, ponselku tertinggal." pamit Anna.
"Aku ikut." ujar Alcio sambil berdiri dan tanpa persetujuan Anna. Sementara Anna mendengus tak peduli.
Halaya dan Marvin hanya menatap kedua anak adam itu.
"Alcio benar-benar mencintai Anna. Semoga kehidupan Anna menjadi lebih berwarna dengan hadirnya Alcio dalam kehidupannya." ujar Halaya berdoa.
Marvin mengamini, dia juga mengharapkan hal yang sama. Terlepas dari fakta bahwa Anna adalah putri tirinya, ia begitu menyayangi Anna seperti ia menyayangi Lean.
Di kamar, Anna mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Tak sengaja matanya menangkap selembar kertas tak bertuan. Bertepatan dengan kedatangan Alcio yang langsung mendekatinya dan ikut melihat isi kertas tersebut.
"Selamat atas kebahagianmu yang akan segera berakhir. Ucapkan selamat tinggal pada kakak perempuanmu." eja Anna. Ia cukup terkejut dengan isinya, firasatnya berkata jika kakak perempuan yang dia maksud adalah... Zarra.
"Apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan?" tanya Alcio sambil menatap Anna yang juga tengah menatapnya.
"Zarra." ujar mereka bersamaan.
Anna menghubungi Navendra dengan tergesa-gesa. Ia mengajak Alcio untuk ke ruang baca.
"Halo, Anna... Apa ada yang ingin kau bicarakan dengan daddy-mu?"
Anna terkejut. Ini benar nomor Navendra, tetapi kenapa yang menjawabnya... Ia kenal suara ini, ini adalah suara pria yang telah menjerumuskannya ke dalam lembah hitam. Pria yang menjadi alasan dimana ia berada di London sekarang, pria itu adalah..
"Dokter Bayu." desis Anna tajam.
"Hahahahaha... Apa kau sudah mendapatkan ingatanmu, Anna." ejek Dokter Bayu.
Anna menggeram kesal. Di sana, tempat dimana daddy-nya berada, pria gila itu telah menyabotase segalanya. Membuatnya kehilangan seluruh anggota keluarga, membuatnya kehilangan masa kanak-kanak juga masa remajanya, membuatnya kehilangan seluruh kepercayaan dari keluarganya.
"Bukan aku tak ingat, Dokter Bayu. Hanya saja, vonis seorang dokter berkata jika aku amnesia." ujar Anna tenang, beruntung ia mampu menahan gejolak amarah dalam hatinya.
Alcio memperhatikan Anna dari samping. Ia cukup penasaran dengan sepak terjang gadis pujaannya.
"Benar juga. Kau sedang mengalami amnesia, betapa bodohnya aku." ujar Dokter Bayu membenarkan.
"Kalau begitu, Anna. Bisa kita bicara?" tanya Dokter Bayu.
Anna menatap Alcio penuh teka-teki. Ia ingin tau, apa Alcio dapat membantunya atau tidak.
"Tentu, dokter. Dimana kita akan bertemu?" tanya Anna tanpa mengalihkan tatapannya dari Alcio.
Mendengar ucapan Anna, Alcio memasang telinganya baik-baik. Ia ingin tau dimana dokter itu akan menemui Anna.
"Bagaimana jika cafe Dandelionz?" tawar Dokter Bayu.
"Tentu. Besok pagi, pukul delapan aku kosong." ujar Anna menyetujui.
"Besok pagi, pukul delapan? Oke, aku setuju." ujar Dokter Bayu sebelum mematikan panggilan sepihak.
"Bagaimana?" tanya Alcio penasaran sekaligus cemas.
Anna mengalihkan pandangannya ke ponsel dan mencari nomor seseorang. Ia tak yakin jika hanya dengan mengandalkan kekuatan Alcio dan dirinya, mungkin akan jatuh korban untuk kedua kalinya.
"Halo, Darrel! Kumpulkan semua anggota!" seru Anna saat Darrel mengangkat panggilannya.
"Hei! Hei! Tenang Angel, tenang. Bicarakan dengan perlahan." pinta Darrel.
"Dia kembali, Darrel." ujar Anna pelan.
"Hah~ Sudah kami duga dia tak akan menyerah. Kau tenang saja Angel, dalam lima menit kami sudah ada dalam markas." ujar Darrel menenangkan Anna.
"Ya. Aku akan ke sana."
Anna menatap Alcio, ia menarik tangan Alcio keluar dari ruang baca dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Beruntung Alcio mampu mengimbangi lari Anna yang bagaikan di kejar pembunuh bayaran.
"Ada apa, Anna?" tanya Marvin saat melihat Anna menarik tangan Alcio dan berjalan dengan tergesa-gesa.
"Tak ada waktu untuk menjelaskan. Kami akan pergi, katakan pada Nyonya Ruth agar seluruh keluarga Zaxiusz pergi ke mansion utama Zaxiusz. Jangan biarkan mereka keluar dari sana sebelum aku yang menjemput mereka." jawab Anna pelan.
🐣🐣🐣🐣
"Darrel!!" teriak Anna saat menapaki lorong panjang menuju ruangan yang mereka jadikan tempat berkumpul.
Alcio mengekori Anna dari belakang, ia cukup terkejut karena Anna kenal dengan seorang mafia kelas atas.
"Nyonya!" sapa seorang pria yang mirip dengan Darrel.
"Darren, antar Alcio menemui anak-anak. Aku ingin mengambil ponsel lamaku di kantor." titah Anna.
"Baik nyonya." jawab Darren. Ia mengajak Alcio menemui anggota Black Angel.
"Nyonya!!" teriak seorang gadis bernetra merah darah.
Anna berbalik menatap gadis tersebut.
"Soft lens lagi, Joe?" tanya Anna jengah. Gadis kecil itu suka sekali memakai soft lens dengan warna cerah, tetapi sekarang...
"Ada pesan dari Dean, ayah nyonya dalam pengawasan Dokter Bayu." lapor Joe sambil menepuk pundak Anna sengaja.
Anna mengurut keningnya frustasi. Ia bingung harus apa sekarang.
"Pergilah Joe, mereka sudah datang." titah Anna lalu pergi ke kantornya meninggalkan Joe yang berlari menuju tempat mereka berkumpul.
Anna mengobrak-abrik laci di meja dan menemukan kedua ponselnya dalam keadaan hancur.
"Sial!! Aku kalah cepat. Siapa yang telah berani merusak ponselku?!" umpat Anna geram.
Dengan cekatan Anna menghidupkan laptopnya. Ia ingin tau siapa yang telah berani menyentuh miliknya.
Di sana, seorang gadis yang amat ia kenal memasuki ruangan dengan penuh kewaspadaan. Terlebih dahulu ia merusak keempat CCTV yang berada di sudut ruangan. Namun, ia cukup bodoh karena tak mengetahui CCTV ciptaan Anna yang memiliki ukuran mikro. Dia membuka laci Anna dan mengambil kedua ponsel didalamnya, meletakkannya ke lantai dan memukulnya dengan palu yang sudah ia siapkan sebelumnya. Setelah yakin jika kedua ponsel itu hancur, di meletakkan kembali ponsel itu ke dalam laci da membersihkan kekacauan yang ia buat. Setelah merasa aman, ia bergegas keluar dari kantor Anna. Secara tak sengaja Anna melihat tato berbentuk elang di tengkuk gadis itu.
"Astaga! Aku terlambat. Mereka pasti sudah menungguku." guman Anna kesal.
Ia keluar dari kantornya dan pergi menemui seluruh anggota Black Angel. Dalam hati ia mengumpati gadis yang telah menjadi mata-mata bagi dokter gila itu. Baru dua minggu dan sudah berkhianat? Lucu sekali.
"Maaf aku terlambat." sapa Anna saat memasuki ruangan. Matanya tak henti mengabsen setiap anak buahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLYZANA ZAXIUSZ [TAMAT]
Roman pour AdolescentsSUDAH TAMAT YH ^^ Ini sekuel dari 'Dad N' Family'. Ceritanya bakal beda banget dari DNF. Saking bedanya sampe sequel ini hampir 60% nggak ada hubungannya dengan DNF. Tapi nggak juga sih😧 Ceritanya saling berkesinambungan, kayaknya. Tapi nggak tau j...