15.

220 11 0
                                    

Anna yang berada di belakang Alcio hanya berharap jika pria tua didepannya ini tak hanya sekedar bermain-main.

"Duduk." titah Alcio pada Anna saat mereka telah sampai di meja.

Dengan terpaksa Anna duduk di kursi dan menatap Alcio yang juga duduk di kursi yang berlawanan dengan tempatnya. Kini mereka duduk dengan saling berhadapan, ditemani ribuan lampu cantik dan suasana yang romantis. Namun, bagi Anna begitu menjemukan.

"Anna." panggil Alcio sambil menggenggam tangan Anna.

"Jika boleh jujur-"

Anna menarik tangannya saat mendengar ucapan Alcio.

"Apa kau mencoba untuk melamar Zarra Zaxiusz?" tanya Anna memastikan. Ia tak akan terbawa perasaan hanya karena ucapan Alcio yang ambigu.

Alcio menarik tangan Anna dan menggenggamnya erat.

"Tidak. Aku ingin melamar Ellyzana Zaxiusz dan menjadikannya ibu dari anak-anakku." jawab Alcio tenang namun serius.

Anna menatap Alcio syok, meski hanya sandiwara belaka. Tak mungkin jika ia menatap Alcio datar seperti sebelum ia kecelakaan, bisa terbongkar seluruh rahasianya.

"Kau duda??" tanya Anna dengan mimik wajah se-syok mungkin. Jujur saja ia ingin tertawa saat ini.

Alcio yang mendengar ucapan Anna menatapnya dengan mata melotot horor lalu kembali bersikap normal.

"Tentu saja tidak! Maksudku aku ingin kau menjadi istri sekaligus ibu bagi calon anak-anak kita." jawab Alcio dengan kata-kata romantis.

Anna hanya mengangguk malas.

"Kalimat yang romantis." komentar Anna acuh.

"Apa hatimu tak tersentuh dengan ucapanku barusan?" tanya Alcio bingung, ia sangat berharap jika Anna akan luluh dan mau menjadi istrinya. Terlepas dari umur mereka yang terpaut delapan belas tahun.

Anna menatap Alcio datar. Membuat Alcio panas dingin, benar-benar gadis yang tak mudah di tebak.

"Apa yang akan kau berikan jika aku mau menjadi istrimu?" tanya Anna sambil menatap tangan Alcio yang masih menggenggam tangannya.

"Segalanya yang kau minta, apapun akan kukabulkan. Kecuali untuk menjauhimu, aku tidak akan pernah bisa." jawab Alcio yakin sambil meremas tangan Anna mesra.

Anna mengangguk puas. Meski bukan itu jawaban yang ia inginkan.

"Bagaimana jika aku meminta jantung dan hatimu?" tanya Anna yang tersirat teka-teki.

Alcio terkesiap, apa Anna sudah ingat? Atau Anna hanya mengajukan pertanyaan jebakan padanya? Ia harus berhati-hati dalam menjawab jika begini akhirnya.

"Akan kuberikan padamu, sekarang jika perlu." jawab Alcio mantap sambil mengeluarkan belati dari jas hitamnya. Akan ia buktikan keseriusannya melamar Anna.

Anna menatap Alcio dengan sinis. Ia tak habis pikir, kenapa pria tua itu tak kunjung pintar. Ia menarik tangannya dengan pelan, sangat menguras emosi jika berhadapan dengan pria tua ini.

"Setelah kau tau makna tersirat dari pertanyaanku, datangi aku kembali." ujar Anna sambil berdiri.

Alcio yang siap menghunuskan belatinya ke dada sontak menatap Anna terkejut. Apa lamarannya ditolak? Apa ia telah melakukan kesalahan hingga Anna menolak lamarannya?

"Dengarkan aku. Jika kau sudah mengerti dengan ucapanku, datangi aku dengan sebuket bunga mawar kuning strip merah dan sebuah cincin dengan permata yang cantik ditengahnya." ulang Anna sambil mencondongkan tubuhnya ke depan Alcio.

Anna pergi meninggalkan Alcio yang mematung di pinggir danau.

"Apa yang Anna minta sebenarnya? Kenapa bocah itu suka sekali bermain teka-teki." guman Alcio frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

🐣🐣🐣🐣

"Menyenangkan sekali hari ini, meski aku sendiri yang menghancurkan suasana romantis itu." guman Anna sambil menatap cermin dan melepas kepangan pada rambutnya.

Tokk... Tokk...

"Anna!! Ada Alcio di bawah. Dia ingin bertemu denganmu!!" seru Halaya dari luar kamar Anna.

"Aku akan ganti baju dan akan segera turun." sahut Anna.

Ia mengambil tank top hitam dilapisi kaos oblong berwarna hitam dan hotpants berwarna putih. Rambutnya ia pony tail. Setelahnya ia mengambil sandal rumahan dan keluar dari kamar.

"Nak Alcio. Kenapa membawa bunga mawar kuning dengan strip merah?" tanya Halaya bingung.

Anna yang baru saja menuruni tangga terakhir hanya menatap mereka berdua datar dan menghampiri Lean yang duduk tak jauh dari mereka.

"Hei, pergilah ke kamar dan mainan ini untukmu." bisik Anna sambil menyerahkan sebuah bolpoin berbentuk robot kepada Lean.

"Baiklah." jawab Lean menyanggupi dan menerimanya dengan senang hati lalu pergi ke kamarnya.

Anna menghampiri Alcio yang sedang berbincang dengan Halaya. Ia duduk di samping Halaya namun menjaga jarak.

"Kenapa?" tanya Anna to the point.

Alcio menyerahkan sebuket bunga mawar kuning strip merah kepada Anna.

"Jelaskan padaku." pinta Anna datar sambil menerima buket bunga itu.

"Nyonya, boleh aku berbicara  berdua dengan Anna?" tanya Alcio sambil mematap Halaya.

Halaya mengerti dan pergi dari ruang tamu. Alcio mendekati Anna dan duduk disampingnya.

"Apa maksudmu adalah kau ingin aku mencintaimu seutuhnya?" tanya Alcio gugup.

"Tidak." jawab Anna acuh sambil memainkan buket bunga itu.

Alcio murung saat mendengar jawaban Anna.

"Tetapi ... Aku harap jantungmu berdetak cepat saat didekatku dan hatimu menghangat saat bersamaku." lanjut Anna sambil menatap Alcio intens.

Perasaan Alcio menghangat saat mendengar ucapan Anna. Ia mengarahkan tangan Anna menuju dada kirinya, tepat pada jantungnya yang akhir-akhir ini selalu berdetak hebat jika menyangkut Anna.

"Jadi, apa kau menerima lamaranku?" tanya Alcio berharap cemas.

Anna menatap Alcio dan menarik tangannya.

"Aku... Aku ingin tau, apa aku gadis- maksudku perempuan pertama yang-"

Anna sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin tau reaksi Alcio. Meski ia tau jika pria tua itu bukan lagi perjaka.

"Maaf, kau bukan yang pertama." sesal Alcio.

Anna beringsut mendekati Alcio.

"Dan bagaimana jika dua orang laki-laki dewasa telah mengambil first kiss dan second kiss milikku?" bisik Anna.

Anna menjauh dari Alcio hanya untuk melihat reaksinya.

"Apa kau telah-"

"Tak perawan?" tebak Anna sambil mengangkat sebelah alisnya.

Alcio meneguk ludah kasar. Ia tak akan siap jika tebakan Anna adalah sebuah kenyataan. Anna yang ia kenal tak mungkin melakukan hal seperti itu. Memang alasan yang sebenarnya adalah ia tak akan terima jika Anna tak lagi perawan, mungkin egonya sebagai laki-laki dewasa akan memilih untuk meninggalkan Anna dan ia berharap semoga semua itu tak akan terjadi. Ia akan menerima Anna apa adanya. Semoga...

"Aku masih perawan. Hanya ciuman yang direnggut dariku." sahut Anna datar sambil mengalihkan pandangannya kemana pun selain Alcio.

Alcio menghempuskan napas lega tanpa sadar dan Anna menyadarinya.

"Apa kau tau kenapa aku meminta bunga ini?" tanya Anna sambil mengangkat buket bunga itu.

Alcio menggeleng sebagai jawaban jika ia tak tau.

"Mawar kuning strip merah, mempunyai arti-"

Anna sengaja menggantung ucapannya.

ELLYZANA ZAXIUSZ [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang