"Aku sudah keluar dari SA dan Black Angel." ujar Anna saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
Semua orang termasuk Alcio menatap Anna bingung. Anna berdiri dari kursi yang ia tempati dan menatap semua orang. Ia ingin melihat reaksi mereka setelah mendengar ucapannya.
"Menjadi warga negara biasa akan terasa menyenangkan jika aku membiarkan aparat pemerintah yang menyelesaikan segala masalah kita. Kecuali kita telah binasa saat baru mengetahui jika ada musuh dalam selimut. Bukankah menjadi penonton lebih menyenangkan?" sindir Anna sambil menatap seluruh anggota keluarga Zaxiusz di tambah Alcio.
Mereka semua menatap Anna dengan tatapan yang beragam. Tak ada yang berani menyanggah ucapan Anna, bahkan Navendra yang sempat bertengkar dengannya.
"Bukankah kau sangat menyukai keduanya?" tanya Alcio yang akhirnya membuka suara.
"Memang benar. Tetapi aku juga ingin seperti remaja lainnya yang hanya bisa menangis saat melihat keluarganya di bantai." jawab Anna sembari mengangguk kecil. Ekspresinya tak menunjukkan apapun, bahkan cenderung datar dan tak peduli jika ucapannya menyakiti hati seseorang.
"Jangan seperti itu, nak. Kau adalah Ellyzana Zaxiusz, bukan orang biasa. Kau terlahir dari keluarga berada, jangan merendahkan kami hanya karena rasa sakit hati." nasehat Eleanor.
Anna menatap Eleanor dengan tatapan kosong.
"Rasa sakit ada karena kita membiarkannya bersarang pada tubuh kita. Jika mereka terus saja dendam dan benci padaku, bukankah hati ini akan membusuk?" tanya Anna balik.
"Ellyzana! Kau adalah cicit ku, Natalie Zaxiusz. Jangan membuatku bersedih, nak. Kau tahu benar aku sangat menyayangimu." pinta Natalie.
"Ya! Kau sangat menyayangiku, nenek buyut. Tetapi, sama seperti mereka yang tak mampu berkutik ketika aku terjebak masalah maka jangan salahkan aku jika hati ini akan kosong." sahut Anna lantang.
Anna berjalan menuju kamarnya. Ia membuka pintu dengan keras dan menutupnya dengan keras pula sampai menimbulkan bunyi berdebum.
Di dalam kamar Anna berganti pakaian. Ia memakai dress merah dan heels merah pula, beberapa perhiasan menarik perhatian Anna untuk memakainya. Namun, Anna tak menyentuh make upnya sama sekali. Ia merasa tidak membutuhkan alat-alat kecantikan itu, tidak sebelum ia menikah dan memiliki suami. Bukankah akan lebih baik jika kita memperlihatkan kecantikan kita hanya kepada suami? Itu prinsip yang Anna pegang sampai sekarang.
Anna mengambil pouch berwarna putih dan segera membuka pintu. Ia cukup kaget saat melihat dada seseorang menutupi pandangannya, apalagi tubuh mungilnya ini tak membantunya sama sekali. Terpaksa Anna mendongak supaya mengetahui siapa orang yang berani menghadang jalannya.
"Mau kemana?" tanya orang itu dengan tatapan dingin.
Anna mengerjapkan matanya lucu, apa pria itu baru saja mengeluarkan nada dingin padanya?
"Aaa... Kenapa memangnya? Alcio, aku... Bukannya aku tak menghargaimu, tapi sepertinya ini bukan urusanmu." jawab Anna.
Rahang Alcio mengeras. Ia tak suka penolakan Anna padanya. Dengan kasar Alcio menarik Anna masuk ke dalam kamar Anna dan menghempas tubuh mungil itu ke ranjang.
"Apa aku harus melakukannya agar kau menjadi urusanku?" tanya Alcio seduktif sambil membelai pipi Anna.
"Tidak perlu." jawab Anna sambil merebahkan tubuhnya dan menarik Alcio jatuh ke atasnya.
"Dengarkan aku. Kepercayaanku sangat mahal harganya. Sekali kau merusak kepercayaanku, selamanya aku akan membencimu." bisik Anna.
Alcio menatap Anna dan mengecup pipinya cepat.
"Aku mencintaimu, Anna." bisik Alcio.
Anna tersenyum dan mengecup dahi Alcio lalu mendorong Alcio agar ia dapat duduk.
"Aku ingin menemui Dokter Bayu, mau ikut?" bisik Anna agar tak ada yang mendengarnya selain Alcio dan dirinya.
Alcio berdiri dan menarik tangan Anna keluar dari kamar. Tanpa memperdulikan tatapan yang lain, ia mengajak Anna menuju mobilnya. Sesekali Alcio bertanya arahnya pada Anna agar tak tersesat karena Anna tak mau memberitahu dimana tempatnya.
"Stop! Stop!" pinta Anna.
Dengan cepat Alcio memberhentikan mobil dan menatap bangunan besar di samping mobilnya.
"Hotel?" tanya Alcio bingung.
"Ya. Entah kenapa dia ingin bertemu denganku di sini." jawab Anna sambil melepas seat beltnya diikuti Alcio.
🐣🐣🐣🐣
"Bagaimana?" tanya Alcio saat melihat Anna berjalan menghampirinya.
Anna melarangnya untuk ikut masuk ke dalam, terpaksa ia harus menunggu di lobi hotel.
"Buruk." bisik Anna sambil merangkul lengan Alcio.
Mereka berdua berjalan beriringan keluar dari hotel menuju mobil Alcio.
"Kita bicarakan dirumahku." ujar Anna sambil menyerahkan sebuah kertas berisi alamat.
"Masuklah..." ujar Alcio sambil membukakan pintu untuk Anna.
Selama perjalanan tak ada yang berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
"Anna!" panggil Alcio sambil mematikan mesin mobil.
"Kita sudah sampai." ujar Alcio sambil melepas seat belt.
"Lalu kenapa tak turun?" tanya Anna yang juga tengah melepas seat belt.
Alcio menatap Anna bingung. Kenapa Anna malah memberikan pertanyaan seperti itu?
"Kenapa kita tak turun sekarang? Alcio, kau mengunci pintunya." ujar Anna mencoba untuk bersabar.
Alcio mengerti sekarang, ia membuka kunci pintu dan keluar dari mobil diikuti Anna. Dengan cepat Alcio merangkul pinggang Anna dan menariknya mendekat. Pintu mansion terbuka saat mereka mendekati pintu itu, dua orang maids muncul di depan mereka dan membungkuk hormat.
"Oom Al. Bukankah mansion ini indah? Bak istana megah yang berdiri kokoh." ujar Anna tiba-tiba.
Alcio melotot pada Anna karena ucapannya itu.
"Pergilah. Jangan ganggu kami." titah Alcio.
Dua maids itu pergi meninggalkan Alcio dan Anna. Mereka cukup heran karena nona muda mereka membawa seeorang. Dalam hati mereka iri dengan rambut Anna yang sampai menyapu lantai karena saking panjangnya.
"Kau! Jangan lakukan lagi." tolak Alcio sambil mendelik ke arah Anna.
Anna menahan tawanya saat melihat reaksi Alcio yang sesuai dugaannya.
"Lalukan apa?" tanya Anna sok polos.
Alcio mengacak-acak rambut Anna gemas.
"Jangan menggodaku, Anna. Atau kau akan berakhir di ranjang." erang Alcio.
Anna terkekeh melihat reaksi Alcio yang menggemaskan. Ia tak marah karena Alcio berani mengacak-acak rambutnya atau karena kata-katanya yang vulgar.
"Mau kuceritakan tidak?" tawar Anna sambil mengerling ke arah Alcio.
"Tentu saja harus. Aku sudah sangat penasaran dengan hasil pertemuanmu dengan Dokter Bayu." jawab Alcio antusias.
Anna mengangguk dan menarik Alcio mendekat padanya. Dengan sengaja Anna mengalungkan tangannya pada leher Alcio.
"Ini pembicaraan yang sangat rahasia." bisik Anna.
"Tunjukkan dimana kamarmu." bisik Alcio seduktif.
"Lantai dua, pintu pertama."
Spontan Alcio menggendong Anna ala pengantin dan membawanya menaiki tangga menuju kamar Anna. Alcio mendorong pintu dengan kaki dan menutupnya dengan kaki pula.
"Katakan, bagaimana hasilnya?" tanya Alcio sambil membawa Anna menuju ranjang.
"Turunkan aku." pinta Anna.
Alcio menurunkan Anna ke ranjang dan duduk di samping Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELLYZANA ZAXIUSZ [TAMAT]
Fiksi RemajaSUDAH TAMAT YH ^^ Ini sekuel dari 'Dad N' Family'. Ceritanya bakal beda banget dari DNF. Saking bedanya sampe sequel ini hampir 60% nggak ada hubungannya dengan DNF. Tapi nggak juga sih😧 Ceritanya saling berkesinambungan, kayaknya. Tapi nggak tau j...