6

10K 1.4K 131
                                    

Quot of the day

Sesusah - susahnya dirimu, jangan lupa untuk melihat kebawah.
Karena di luar sana, masih banyak yang hidupnya lebih tidak beruntung dari kita.
Jadi jangan lupa untuk selalu bersyukur dalam keadaan apapun.

Naluri seorang calon ibu yang mulai muncul, membuat Deena mendadak akrab dengan Wiku. Ia sibuk bertanya ini dan itu. Soalnya Windy hanya menggeleng - geleng kepala setiap kali Deena bertanya mengenai bapak Duren yang tinggal di sebelah rumah. Daripada merasa penasaran dan berefek anaknya jadi ileran, Deena pun memilih kepo langsung ke sang anak yang kini sedang asyik bermain dengan Ino.

"Wiku sering main ke rumah tante Windy ya?"
Deena memulai aksi investigasinya.

"Kalau ada tante Windy sih aku main, kalau nggak ya aku nggak main. Soalnya pintu gerbangnya sering terkunci."

"Ohhh...."
Deena mengangguk - angguk.

"Oh iya, nama papanya Wiku siapa?"

"Nama papaku pak Wisnu Adi Susanto."
Deena kembali mengangguk - angguk. Kemudian dalam hati merapal tiga nama. Windy, Wisnu, dan Wiku. Kok rasanya cocok sekali ya? Cengiran Deena menjadi semakin lebar.

Cihuyyy... akhirnya aku bisa balik godain mbak Windy nih. Hehehehehe......

"Mamanya Wiku dimana?"

Deena kan penasaran karena Wiku sudah tidak mempunyai ibu. Bisa jadi pak Duren bercerai dan istrinya yang tinggal di suatu tempat itu masih sering menemui anaknya.

Wiku menatap Deena dengan mata nelangsa. Ia paling baper kalau ditanya soal mamanya. Deena yang melihat mata sendu Wiku jadi merasa tidak enak hati.

"Eeee..... ya udah nggak usah dijawab. Maafin tante Deena ya."

Deena menepuk kepala Wiku dengan penuh kasih sayang. Perlakuan Deena mengembalikan binar ceria di mata Wiku.

"Nggak apa - apa tante. Kata papa, Wiku harus jadi lelaki hebat. Jadi nggak boleh cengeng kalau ada yang nanyain tentang mama. Karena kalau Wiku cengeng, nanti mama yang ada di surga jadi sedih."

Jawaban Wiku yang mak jleb plus hormon ibu hamil membuat Deena jadi merasa tersentuh. Direngkuhnya tubuh Wiku kemudian ia peluk.

Reaksi Deena dan Wiku menjadi perhatian Windy dan Fajar.

"Ciee.... mulai dapat feel sebagai calon ibu tuh istrimu."

Windy menyikut lengan Fajar. Sikutan Windy yang lumayan keras membuat Fajar meringis kesakitan dan refleks mengelus - elus sikutnya. Bar - bar juga ya si mbak jendes. Fajar rasa Deena tidak perlu mengkhawatirkan mbak sepupunya itu. Karena Fajar yakin dengan ke bar - baran yang dimiliki Windy, sepupu istrinya itu mampu menjaga dirinya sendiri.

"Sakit tauk mbak....."

Fajar memprotes aksi sikutan Windy. Yang ditegur hanya terkikik.

"Haiyah.... cuma disikut gitu aja bilang sakit. Lebih sakitan Deena waktu kamu bobol keperawanannya kaleee....."
Windy mencibir ke arah Fajar.

"Hasyem ik."
Fajar langsung keceplosan mengumpat. Soalnya pamali untuk seorang suami yang istrinya sedang hamil jika membatin sesuatu. Nanti kalau anaknya jadi mirip dengan Windy kan bisa berabe. Ya nggak?

An Annoying Windy Diary's (End) 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang