19

8.8K 1.4K 183
                                    

Quot of the day

I'm single and very happy...
🎤🎤🎤
💃💃💃

Malam ini Windy tidak bisa tidur. Bukan karena ini maljum sehingga rumah berasa horor. Nonono..... karena biarpun malam Jumat Kliwon, rumah mami Anggela tetap tenang. Terbukti dari si kecil Paino yang tidak menggeram atau mendengking menandakan munculnya sesuatu yang salah.

Yang salah adalah otak Windy. Entah mengapa ia teringat istilah maljum yang lain. Maljumnya para pasutri yang sedang melakukan ritual sunah Rasul.

"Kenapa tiba - tiba aku jadi teringat itu." Windy menggerutu sendiri. Padahal saat masih mempunyai suami, ia santai - santai saja dengan malam Jumat. Bahkan Windy terkadang malas mengabulkan keinginan suaminya yang ingin mengajaknya beribadah.

Jangan salahkan wanita karena 90% mengandalkan perasaannya. Kondisi yang mempengaruhi hormon untuk menyenangkan suami. Ternyata benar kata pepatah 'ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang'.

Windy yang di awal - awal pernikahannya dulu ganjen dan suka menyenangkan suami dengan fashion show lingerie mulai berubah. Setelah mendapati kenyataan mendapat jatah bulanan sistem rapelan, ia mendadak memensiunkan semua koleksi lingerinya. Dan setelah merasakan jenuh karena kondisi keuangan yang semakin memburuk, rasa sayang itu pun melenyap. Meskipun mulutnya diam tidak pernah protes dengan cara sang suami memberinya nafkah, tetapi hatinya berteriak menyuarakan protes. Alhasil, Windy menjadi enggan melakukan aktivitas sex dengan suaminya. Lha kok setelah bercerai, dorongan itu justru muncul.

"Sial." Windy mendengus sebal. Tangannya terulur untuk mengambil ponselnya. Windy mulai searching mbah gugel untuk mencari apalagi kalau bukan mendownload film bokep.

"Gila kamu Windy.... entar kalau kamu makin mupeng gimana oi......" Windy mengingatkan dirinya sendiri.

Sayangnya kata hatinya tidak kompak dengan jemarinya yang sudah terlanjur menekan enter untuk menjelajah deretan film bokep yang maknyus itu.

Windy menyaksikan tayangan film itu dengan khusu. Membuat tubuhnya bergerak gelisah. Apalagi saat ia teringat Wahyu mengatakan di sebelah rumah ada yang menganggur.

Sekelebat bayangan paras tampan Wisnu mengganggu akal sehat Windy. Membuat Windy semakin merana. Ia jadi membayangkan hal yang iya - iya dan berbonus adik lucu untuk Wiku.

Windy meletakkan ponsel dan nyungsep di bawah bantal berusaha mengenyahkan pikiran ngaconya. Mungkin sudah waktunya ia membeli si dildo dan kawan - kawan untuk memuaskan batinnya yang merana itu.

"Aaaarrrgghh...." Windy mengacak - acak rambutnya dengan frustrasi. Katanya untuk mengenyahkan pikiran jelek itu kita harus sholat. Tapi waktu untuk sholat malam belum lewat. Mungkin dengan beraktivitas yang mengeluarkan keringat akan membantu Windy mengenyahkan kegelisahannya.

Dengan semangat Windy bangun dan menyambar jaket serta mengganti hotpants nya dengan celana training.

"Dek, temani mami jalan - jalan malem yuk."

Paino yang sudah rebah di dalam keranjangnya yang nyaman segera bangun. Dengan ekor yang bergerak lincah, ia pun mengikuti maminya.

കകകകകകകകകകകകക

Wisnu berbaring sambil menatap ke langit - langit kamarnya. Sudah 8 tahun ia selalu tidur tanpa bisa memeluk guling hidup.

Demi Wiku dan ibu suri, Wisnu sanggup melalui kesendiriannya. Tapi entah mengapa semenjak aksinya mengintip Windy beberapa hari yang lalu, hati dan sesuatu yang berada di antara pangkal pahanya dengan kompak menjeritkan keinginan yang sama.

Terbayang tubuh Windy yang kuning langsat berbalut tanktop dan celana pendek ketat sedang menyusui seekor anak anjing. Wisnu jadi membayangkan, yang sedang Windy susui adalah anak mereka berdua.

Wisnu segera bangun dari rebahannya. "Kenapa otakku jadi error begini, sih."

Pria itu segera bangun dan menyambar celana training dan memakainya. "Nyari angin keliling kompleks ah. Siapa tahu otakku bisa balik normal."

Setelah mengganti pakaiannya, Wisnu segera meraih kunci pintu gerbang. Kemudian menengok Wiku yang tertidur lelap di kamarnya sendiri. Ia berharap anak lelakinya itu akan tidur lelap hingga pagi, sehingga Wisnu bisa tenang meninggalkan bocah itu sendirian hingga hati dan pikirannya kembali tenang.

Wisnu tidak menyangka, ia keluar rumah bersamaan dengan Windy yang juga sedang mengunci pintu gerbang.

"Mbak Windy mau kemana." Teguran Wisnu membuat Windy terkejut. Alamak..... maksud hati ingin gerak badan untuk mengenyahkan bayang - bayang mas Wisnu, kenapa justru ia dipertemukan dengan pria itu?

"Eh... ini, Pak. Saya mau mengajak Ino berjalan - jalan. Kalau siang saya nggak sempat mengajak Ino, dan saya juga takut Ino mengejar anak - anak. Nanti jadi kasus kan berabe." Entah mengapa meskipun grogi, tapi Windy masih bisa berbicara panjang lebar.

"Tapi ini kan malam - malam, Mbak." Suara Wisnu yang terdengar merdu dan menunjukkan kepedulian itu membuat hati Windy berdesir. Alih - alih berhasil mengenyahkan pesona si bapak duren, hatinya justru tertarik semakin dalam.

Windy tertawa untuk mengenyahkan rasa groginya. "Saya kan di temani Ino. Yah sekalian ronda malam, Pak."

Tawa Windy yang terdengar merdu membuat Wisnu menatap Windy. Entah mengapa di malam yang gelap ini, Windy tampak berkilau di bawah pendar cahaya bulan sabit.

"Kebetulan saya juga sedang tidak bisa tidur. Mbak Windy nggak keberatan kan kalau saya temani jalan - jalan keliling kompleks."

Seketika Jantung Windy rasanya mau copot, cyn.

കകകകകകകകകകകകക

Paino bergerak dengan riang di depan Windy dan Wisnu. Sesekali anjing itu menoleh ke arah maminya yang wajahnya terlihat bahagia.

"Wah komplek ini lumayan juga ya, Pak." Windy memulai sebuah obrolan.

"Lumayan bagaimana, Mbak."

"Lumayan dijadikan target ngepet. Saya nggak keberatan kok bantuin Bapak jagain lilin." Ucapan asal Windy membuat Wisnu tertawa. Tapi pria itu menahan tawanya agar jangan sampai mengganggu tetangga. Sudah malam lho.... Nanti kalau tawanya membangunkan warga bisa berabe. Tapi maljum begini mereka pasti masih belum tidur karena sedang melakukan ritual kan, ya? Cuma Windy dan Wisnu saja yang kebetulan menganggur dan absen dari kegiatan maljum karena tidak ada sparing ritual. Dua orang merana yang menghabiskan maljum untuk meronda.

"Mbak Windy, anda tidak keberatan kan kalau saya bertanya - tanya tentang Anda."

Wisnu meminta ijin untuk mewawancarai Windy. Hati Windy jadi kebat - kebit plus berbunga - bunga.

"Memangnya pak Wisnu mau bertanya apa."

Tbc

Hohohohohoho..............

An Annoying Windy Diary's (End) 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang