Part 6

2.5K 114 56
                                    

Jika Angin Bisa Menjawab Keluhanku Beri Aku Jawaban Tentang Rasa Ragu Ini  Terhadapnya

Happy Reading...

Setelah apa yang Ia lihat barusan,  Gerald tidak percaya akan keberanian Gadis itu terhadap Bu Betri,  dirinya saja malas berurusan dengan guru yg satu itu, tetapi Gea?  Yatuhannn terbuat dari apa gadis macam Gea.

Tidak lama Gea keluar,  Gerald langsung izin ke toilet kepada Bu Betri, dan Bu Betri pun mengizinkannya, karna beliau sudah agak tenang sekarang semenjak Gea pergi dari hadapannya.

Sebenarnya, Gerald tidak ke toilet,  Ia pengen menghampiri gadis semacam Gea, Gerald memberanikan diri untuk ngomong secara langsung kepada gadis aneh itu.

Selang beberapa langkah,  gerald melihat seseorang yang berjalan ke arah dimana rooftop berada, tidak salah lagi, itu gadis yang ia cari, segera saja gerald memanggilnya dengan sebutan aneh.

"Hei cewe jadi jadian."

Gerald tidak sadar dengan apa yg dia sebut barusan,  tapi sabodolah,  yang penting orang yg di panggil menoleh kebelakang dimana gerald berdiri, terlihat jelas wajah gea yang tampak kebingungan.

"Lo manggil gue?" bingung,  jelas saja gea bingung,  kenapa lelaki ini memanggilnya?  Apa tadi dia sebut?  Cewe jadi jadian?  Astaga! Lelaki macam apa yg berdiri di depannya saat ini?  Apakah dia tidak bisa memanggil nama dirinya dengan baik?

"iya elo!" gerald merasa dirinya bodoh sekarang, berani sekali ia memanggil gadis garang ini dengan sebutan seperti tadi, apa yang ada di dalam otaknya sekarang?  Oh come on gerald berfikirlah secara jernih.

"ngapain lo manggil gue?" gea bertanya dengan wajah yang sudah kesal setengah mati, karena ia di panggil seperti itu,sungguh moodnya bertambah hancur sekarang,  sudah di usir oleh guru yang sedang mengajar,  eh ditambah lagi ia harus berhadapan dengan spesies manusia es seperti gerald.

Gerald tampak berfikir sejenak,  iya ya?  Ngapain dirinya mencari gea?  Dan dengan lantangnya dia memanggil gadis itu, seolah olah mereka sudah begitu dekat, geraldpun menggaruk tengkuknya yg tak gatal, ia bingung mau menjawab apa.

"hmm itu,  gue cuma asal manggil aja,  eh lo yang merasa." gerald malu,  sungguh ia malu sekarang.

"duh otak gue kenapa jadi gini sih? Malu sendiri kan lo!" batin gerald.

Tunggu,  apa yang barusan lelaki ini bilang?  Gea yang merasa?  Ya jelas lah dirinya merasa,  sebab orang yang berlalu lalang disini hanya mereka berdua,  karena masih dalam jam pelajaran,  bodoh sekali lelaki didepannya ini,  tidak mau menguras tenaga lagi, hanya karena pembicaraan yg unfaedah ini,  gea memutuskan untuk berjalan langsung ke rooftop, dengan meninggalkan gerald yang masih berdiri di tempatnya.

Gerald yang melihat gea akan segera pergipun, ia berfikir sejenak,  bagaimana cara menahan gadis ini, agar tidak pergi dari hadapannya sekarang juga,  dan gerald memutuskan untuk memanggilnya.

"gea!  Tunggu!" lagi-lagi gerald harus memanggil gea, dan lagi-lagi gadis itu harus berhenti berjalan hanya karena ulah dirinya.

Sungguh gea sangat geram dengan lelaki es ini,  apa maunya?arghh frustasi gea dibuatnya.

"apa lagi hah? Mau bilang gue merasa lagi?  Iya? kalo panggilan lo yang barusan,sorry bukan gue kegeeran,  tapi dengan jelas kuping gue mendengar itu nama gue." dengan ekspresi yang campur aduk gea menatap gerald.

"lo mau kemana?" dengan percaya diri gerald mulai bertanya,  untuk hari ini biarlah ia buang sifat es nya,  karena hanya ingin berbicara dengan gea, bukan! Bukan karena dirinya suka,  gerald masih ragu, ia suka apa tidak dengan gadis ini,  masa secepat itu dia suka,  tapi jika boleh jujur,  setiap bertemu dengan gea,  dirinya jadi lebih berbeda,  ntahlah berbeda seperti apa, yang jelas ia merasakan hal yang aneh jika sudah berdekatan dengan gea, nyaman,  satu kata yang bisa ia deskripsikan sekarang,  bahkan dengan gadis lainpun gerald tidak merasakan apa-apa, bisa dikatakan biasa-biasa saja,  tetapi mengapa dengan gea rasanya berbeda?

"urusan nya sama lo apa?" gea mulai risih dengan lelaki didepannya ini.

"ikut.." mendengar penuturan gerald barusan gea membulatkan mata tak percaya.

"apa kata lo?  Ikut?  Gue bukan mak lo yang bisa ngajak anaknya ke pasar!" ucapnya sarkas

"duh mulut gue!" batin gerald

"bukan itu!  Gue cuma mau ikut aja,  bosen di kelas! Jgn kegeeran dulu jadi cewe! Lagian gue juga mau ke rooftop,  pas banget ketemu lo,  karena lo juga mau kesana kayaknya,  ya gue ikut aja" tuh kan apa yang terjadi dengan dirinya?  Mengapa ia bisa berbicara sepanjang itu?.

Gea yang mendengar penjelasan gerald barusan hanya melongo tak percaya,  ternyata manusia es didepannya ini bisa juga ngomong panjang,  gea anggap itu lucu,  ya lucu sekali dia.

"kalo mau ikut ya ikut aja! Jangan nyusahin gue juga!" balas gea kesal.

Keheningan terjadi,  tidak ada lagi percakapan di antara mereka,  hanya langkah kaki yang terdengar,  baik gea maupun gerald tidak ada yang memulai pembicaraan, sampai di rooftoppun mereka masih diam,  gea benci jika ada yg ngusik ketenangannya tapi apa boleh buat,  tidak mungkin juga gea melarang gerald kesini,  toh ini tempat umum bukan?  Dan geraldpun tidak masalah mereka tidak berbicara,  toh dia juga sangat irit berbicara.

Disinilah mereka berdua berada,  di rooftop hanya untuk menghilangkan rasa bosan mereka,  gea sudah terbiasa disini,  semenjak dirinya mulai sekolah disini gea sudah tak merasa asing lagi tempat ini,  tapi tidak bagi gerald,  ini kali pertama ia ke rooftop,  kalian sudah tau bukan?  Gerald tidaklah suka cabut,  atau apa,  iya, dia begitu irit ngomong,  tapi bukan berarti ia harus menjadi siswa nakal yang harus setiap hari membolos, gerald tidak seperti itu,  dirinya terlalu baik untuk membolos,  tapi kali ini?  Apa dia masih menganggap dirinya baik?  Hari ini ia membolos dan tidak ada rasa berat hati sedikitpun.

"ngapain lo bolos?" dengan berani gea memulai percakapan.

"ya gue males aja,  bosen soalnya." itu adalah jawaban terkonyol yang gerald ucapkan.

"ohh" gea hanya ber-oh ria.

"lo sendiri ngapain disini?" bodoh sekali gerald, sudah jelas dia diusir oleh bu Betri,  masih juga bertanya.

"Gue rasa lo tau jawabannya!" gea hanya memutar bola matanya malas.

"kok berani"

"apanya?"

"bu Betri"

"ngapain bu Betri?"

"melawan"

"eh es!  Kalo ngomong tuh yang jelas! Mana gue ngerti bahasa planet lo!" kesal gea.

"Ck, kenapa lo seberani itu melawan ucapan bu Betri?" akhirnya gerald mengucapkannya dengan jelas dan panjang,  ia rasa ia barusan sudah membuang buang kalimat saja dengan berbicara panjang seperti itu. Tapi apa boleh buat, gadis ini tidak mengerti dengan kalimat singkatnya.

"nah itu baru jelas!  Elah, apa susahnya sih lo ngomong dengan jelas?"

"dasar es!  Udah dingin kayak kutub utara! Irit ngomong lagi,  aneh!" gea bergumam dengan pelan.

"gue denger!" balas gerald kesal.

Aku udah lanjut partnya nih,  gimana?  Suka ga?  Kalo suka alhamdulilah kalo ga suka ya disuka suka ini aja 😂 btw aku up langsung 3 chptr yahh krna udh lama ga up sih hahahaha, anggap aja itu bonus karna udh lama ngegantung wkwkw

Budayakan vote and comment gays jangan lupa kritik dan saran kalian yaa ditunggu ok? 

Tunggu aja part selanjutnya😘

Dadahh dapat salam manis dari aku muah😘

Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang