Happy reading..
"cok!"
"ucok!" desis delon.
"apaan?" jawab ucok enteng.
"ngomong2 yang punya rumah mana ya cok?" tanya delon bingung.
"mana gue tau, gue juga heran kenapa tuh bang erald ilang." ucok berdiri, mau mengambil cemilan lagi di kulkas milik gerald, tidak ia fikirkan gerald ada atau tidak sekarang, yang ada difikirannya, memakan cemilan gerald mumpung gratis.
Delon yang mendapat jawaban seperti itu merengut kesal, iya juga, ngapain ia fikirkan gerald ada dimana, toh dia lelaki bukan? Bisa menjaga diri juga, tetapi kalo aurelnya ilang, barulah delon akan mencari sampai keujung dunia, lebay emang, tapi hatinya yang mengatakan begitu.
Saat ucok telah berada di lantai bawah mau mengambil cemilan berikutnya, isi kulkas gerald sudah kosong dengan cemilan, ternyata 2 toples tadi cemilan terakhir yang gerald punya, kesal, ucok sangatlah kesal, pasalnya ia mau memakan apa nanti di kamar gerald?
Lebih baik ucok bergegas lagi ke kamar gerald yang berada di lantai atas, saat ucok menginjakkan kakinya di jenjang pertama, suara decitan pintu utama terbuka, segera ucok mengintip dengan hati-hati, mana tau ada maling masuk, bisa-bisa di iket badannya yang sedikit besar itu. (bukan sedikit lagi elah! Emg udh besar -,-)
Ucok masih dengan posisi yang menyamping di tembok, dikit demi sedikit kepalanya ia condongkan kedepan, agar bisa melihat lebih jelas lagi siapa yang masuk, mau teriak manggil delon, ia takut nanti malingnya tau kalo ada dia di balik tembok, mending ia diam dan tahan nafas, agar tidak ketauan.
Saat kepalanya ia sundulkan lagi ke depan, tidak ada siapa siapa di pintu utama, dan tidak terdengar langkah kaki, ucok semakin merinding dibuatnya.
"Duh, mati gue makkk." gumamnya pelan, di ulang lagi untuk melihat siapa yang masuk, masih tidak ada keliatan siapa siapa, ucok semakin takut, ingin berlari ke atas untuk manggil delonpun rasanya kakinya sudah kaku, kini ia bagai bak patung yang tak bisa bergerak."
"ini rumah ada hantunya kagak sih? Kan sering ditinggal, kata mak mak jaman dulu sih iya, rumah sering ditinggal kyk gini bakal ada yang ngisi." otak ucok semakin melayang entah kemana, rasa ketakutannya semakin besar, dasar badan aja yang besar, tapi penakut. :v
"Bodo ah, mending gue itung ampe tiga, kalo belum juga muncul tuh setan atau maling, gue kabur aja ke atas, ga kuat gue lama-lama berdiri di sini, ngeri!" ucok mete mete sendiri dibuatnya, mulailah ia menghitung.
"satu" tidak ada tanda-tanda ada yang masuk.
"duaa" masih tidak ada terdengar langkah kaki."
"duaa setengah" sungguh rasanya ia pengen pingsan saja disini, benar udh ga kuat lagi."
"ti..." baru hitungan ke tiga, dengan secara tiba-tiba saja gerald berada di depan ucok yang sedang memejamkan matanya takut, memang. Sedari tadi ucok sudah memejamkan matanya takut, karena ga kuat akan melihat hal apa yang terjadi setelahnya.
"gaa..." ucok masih tidak mendengar apapun, ia pengen membuka matanya, tapi rasa ketakutannya semakin besar, gerald masih saja memandangi wajah takut ucok, pengen rasanya gerald terbahak sekarang juga, karena wajah ketakutan ucok persis seperti orang menahan BAB. :v
Terlintas dalam otak gerald untuk mengerjai ucok, dengan langkah pelan dan dua kantong kresek di tangannya gerald kembali lagi ke arah pintu utama, lebih baik ia bersembunyi di balik pintu utama, lebih tepatnya diluar, gerald kembali menutup pintu, agar ketakutan ucok semakin menjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl
Teen FictionDasar! Cewe Bar-Bar ga punya Etika sopan santun! Eh apa lo? Dasar cowo tembok! Irit ngomong! Batu!