Part12 kebencian

1.8K 74 0
                                    

Happy Reading💟


Bunyi kunci yang dimainkan, terdengar sangat nyaring ditelinga seorang cowo jangkung, yang sedang berjalan di lorong koridor yang sepi ini. Melihat keadaan sangat sepi, ia melirik jam hitam yang bertengger di lengan kirinya menunjukkan pukul 6.12 "Pantes aja sepi" gumamnya yang bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Tanpa pusing memikirkan itu, ia segera melangkahkan kakinya ke dalam kelas yang kosong dan berjalan santai ke bangku yang berada tepat di pojokan.

Setelah bokongnya berhasil menduduki bangku yg ia yakini kalau ialah sang pemiliknya.  Ia segera melipatkan kedua tangan di atas meja dan meneggelamkan kepalanya di atas liapatan tangannya. Cowo itu kembali meneruskan tidur paginya yang terusik sebelum berangkat sekolah.

Drrrttt Drrrtt

Getaran benda pipih yang berada di saku celananya, berhasil membuat cowo itu terbangun, segeralah ia merogoh sakunya dan meletakkannya ditelinga tanpa tahu siapa pemilik nama dari sang penelpon.

"Hallo?"

Terdengar suara yang lembut selembut sutra itu menyapa indra pendengarannya. Setelah mendengar suara itu. Detak jantung yang begitu cepat, dengan nafas yang tertahan dan bungkaman mulutlah yang mendeskripsikan bagaimana respon Gerald sedari ia mendengar suara dari sang penelpon.

"Hallo Rald?  Kamu ada disana?"

Lagi terdengar suara lembut itu lagi yang menyadarkan Gerald dari lamunannya dan segera kembali sadar kedunia nyata.

Merasa tak kunjung ada respon lagi. Sang penelpon berusaha untuk berbicara kepada putra tunggalnya itu. Ia merasa Gerald sedang menahan diri untuk tidak berbicara kepadanya.

"Mama tau kamu mendengarkan suara mama, terserah kamu mau berbicara atau tidak. Yang penting mama tau kalau kabar kamu baik-baik saja disana.  Dan pesan mama cuma satu. Jaga diri kamu disana walaupun mama ga berada disisi kamu sekarang. Jangan nakal, jangan berantem,  jaga kesehatan, mama disini merindukanmu sayang. I love u."

Setelah berbicara seperti itu. Telponpun diputuskan secara sepihak oleh sang penelpon yang tidak lain dan tidak bukan adalah Ibunya sendiri.

Hening. Hanya keheningan yang tercipta diruangan kelas yang masih tanpak kosong ini,  sebisa mungkin Gerald menahan emosinya yang bakal tiba-tiba meledak kapan saja.

Dengan mata yang tajam, tangan yang terkepal kuat dan nafas yang memburu. Gerald memperhatikan benda pipih itu dalam diam. Kalau saja itu benda tidak berguna sudah Gerald lemparkan keluar dengan membantingnya secara kasar dan membuat benda itu retak seketika. Tetapi Gerald masih berfikir dengan jernih,  tidak ada gunanya menghancurkan barang karena emosi sesaat.

Satu persatu murid sudah berdatangan,  mengisi bangku-bangku yang terlihat kosong tadi. Tak lama datanglah Ucok dan Delon secara bersamaan, sambil bersenda gurau dengan ketawa yang super kencang tanpa memikirkan keadaan telinga yg mendengarkan akan sakit atau tidak. Mereka masa bodo dengan situasi kelas. Yang hanya mereka pikirkan cuma satu "Kalau bahagia dengan apa adanya seperti ini,  kenapa harus memikirkan orang yang tidak menyukainya? leave a person who don't like US and draw near to the people who love US." so sesimple itu bukan?.

Tak berakhir disini,  kedua curut itu diam-diam memperhatikan Gerald yang tidak bergerak sama halnya seperti patung yang diam membisu seribu bahasa. Tak membutuhkan waktu lama bagi mereka berdua untuk duduk di samping dan dihadapan Gerald dengan ekspresi yang membingungkan dan bertanya-tanya dalam hati mereka.

5 menit sudah berlalu mereka hanya saling diam, Ucok dan Delonpun sedari tadi saling pandang tak mengerti apa yang terjadi terhadap sahabatnya itu.

Delon yang mengerti situasi yang sangat mencekam itupun memilih bungkam dan memperingati Ucok untuk tidak bersuara dengan bahasa isyaratnya, Ucokpun mengerti dan memilih diam juga.

Baru saja Gerald akan beranjak dari bangku yang ia duduki tadi,  sebuah suara menghentikan langkahnya.

"Mau kemana?" tanpa menoleh Gerald tau siapa pemilik suara itu. Merasa tak ada respon Delonpun berbicara lagi "udah bel,  bentar lagi Bu Susi datang." Delon memperingati Gerald yang sedang anehnya saat ini.

Gerald pura-pura tuli dan segera melangkahkan kakinya tanpa mau mendengarkan ocehan Delon yang tidak penting itu. Delon hanya bisa membuang nafas kasarnya dan memilih diam.

...

"OMG GEAAAA!!!"

Dengan langkah cerianya. Aurel memekik cukup keras dengan suara melengking membuat suasana kelas yang ribut tadi menjadi diam dan memandang Aurel dengan pandangan tak suka.

Gea yang menjadi sasaranpun menutup telinganya dengan cuma-cuma sambil manatap Aurel tajam dan mematikan.

"Hehe sorry sorry kalo suara gue bisa membuat sakit telinga para fans gue. Tapi gue engga menyesal kok punya suara super duper merdu ini." dengan cengiran polos tanpa rasa bersalah Aurel tunjukkan. Dan itu membuat Gea jengah.

"Apa?."

"Syaallah mba jutek bener."

Nampak Gea hanya memutar bola mata malas menghadapi sahabatnya yang aneh itu. Gea kembali memilih sibuk dengan Earphone kesayangannya itu dan tidak lagi memperdulikan keberadaan Aurel disebelahnya yang menggerutu dengan kesal.

Aurel kembali membuka suaranya lagi dengan bertanya "Lo ga penasaran nih kenapa gue teriak-teriak kayak orang gila didepan kelas tadi?."

Lagi. Tak ada respon dari lawan biacaranya. Dan itu membuat Aurel menggeram dengan sangat kesal seraya menarik paksa earphone yang bertengger cantik ditelinga Gea.

Gea yang memperhatikan sahabatnya itu kini melirik Aurel dengan tatapan tajam dan wajah yang merah menahan amarah. "Lo apa-apaan sih!"

"Lo yang apa-apaan! Gue lagi ngomong sama lo bukan sama tembok!" kesal Aurel.

"Makanya kalo mau ngomong jangan teriak-teriak gitu. Apalagi gantung kayak tadi!" cerca Gea tak kalah kesal.

Hanya cengiran yang Aurel nampakkan. Jadi gini "Kita kedatangan murid baru!! ANJIRRR GANTENG BANGET YA ALLAH!" dengan senyum yang mengembang. Aurel sekali lagi berteriak dengan suara cemprengnya dan membuat perhatian seisi kelas tertuju kepada mereka berdua.

"Terus?" respon Gea acuh.

"Siapa Rel siapa? Kok gue ga tau ya?" dengan tingkat kadar kekepoan yang tinggi temen sekelas Aurel yang bernama Virly itu bertanya dengan antusiasnya karena mendengarkan kata-kata ganteng.

Virly Pamela cewe cantik, hidung penyet dan dengan gaya centilnya itu segera menghampiri tempat duduk Aurel dan Gea dengan mata yg berbinar.

Jelas saja Aurel mendengus dengan kesal kepada Virly karena perempuan cantik itu selalu saja membuat list para cogan disekolah ini dan tidak mau ketinggalan berita.

"Lo liat aja sendiri noh diruang pak kepsek!" balas Aurel judes.

"Ah payah lo!" balas Virly kesal. Dan segera berjalan santai keluar kelas untuk mencari sosok anak baru yang notabenya dibilang ganteng oleh Aurel.

"Masa terus sih Ge?." balas Aurel kesal. "Lo ga kepo gitu?  Seganteng dan secool apa anak baru itu?"

"Engga! Buang-buang waktu!" balas Gea sarkas.

"Nih ya Ge, seandainya saja gue engga sama Delon sekarang,  mungkin udah gue pacarin tuh anak baru karna kelewat ganteng banget sumpah deh."

Gea hanya memutar bola mata malas. Tidak mau lagi berdebat dengan Aurel masalah cowo. Karena tidak akan ada habisnya,  mending ia memilih untuk memasang kembali earphone cantik miliknya dan mengabaikan Aurel yang tampak sedang memanyunkan bibinya.

"Nanti gue marah loh Ge!" kata-kata yang berhasil membuat Gea meliriknya sekilas "marah aja sana!" hanya jawaban judes lagi yang keuar dari bibir pink alami milik Gea.

Segera saja Aurel memilih bungkam dan tidak lagi mau berbicara sama Gea untuk saat ini,  dirinya terlalu kesal karena ulah Gea.

Hallo gais hihi i'm comeback egenn yuhuuu.. Jangan lupa tinggalkan jejak ya, aku sangat membutuhkan satu vote dari kalian..

Salam manis dari aku 😋


Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang