Part 13 -Aku ingin Egois-

322 51 12
                                    

Seoul menunjukkan pukul 11.00 PM. Lee Daehwi menekan tombol Apartmentnya dengan tergesa-gesa. Hari ini ia pulang lebih lama karena harus membantu dokter Han melakuan operasi. Bukan tanpa sebab Ia tergesa-gesa seperti ini. Pasalnya gadis yang saat ini tinggal dengannya untuk beberapa hari tak menjawab pesannya dari tadi siang. Daehwi memasuki Apartmentnya dengaj rasa cemas. Ia langsung mencari keberadaan Somi. Entahlah Ia mempunya firasat buruk tentang Somi. Dilihatnya punggung Somi yang sekarang duduk di ruang tengah dengan televisi yang menyala. Ah, rupanya hanya kekhwatirannya saja, nyatanya Somi baik-baik saja sekarang. Lee Daehwi lalu mendekatinya dan berusaha untuk mengagetkannya.

"Somi-yya!" Daehwi berteriak kencang dengan memegang bahu Somi. Tapi, reaksi yang di berikan Somi tak sama dengan yang diharapkan Daehwi. Ia tak bergeming membuat Daehwi mengernyitkan dahinya.

Daehwi akhirnya duduk di Sofa, sebelah Somi. Ia menatap Somi lekat. Dia salah. Somi yang berada di sampingnya seperti bukan dirinya. Tatapan gadis ini benar-benar kosong.

"Somi. . . . Jeon Somi!!!" Daehwi menggoyangkan badan Somi. Tapi tetap tak ada reaksi. Lalu tiba-tiba Jeon Somi menengokkan kepalanya dan menatapnya horror.

"Ah, Daehwi-ah kau sudah pulang" ucap Somi. Ekspesinya begitu dingin dengan tatapan yang masih kosong.

"Apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau tak membalas pesanku -uh?" Daehwi mencoba bersikap biasa saja. Ia mengusak rambut Somi dengan lembut.

"Aku tak menagis.... Aku tak boleh menangis" Ucap Somi. Pandangannya kembali lurus kedepan.

"Somi-yya, kenapa?"

"Aku tak boleh menangis... Aku tak menangis" Somi mengucapkan kata itu berulang-ulang. Daehwi tak sanggup melihat Somi seperti ini. Ia lalu menarik badan Somi dan meletakkan kepala Somi di bahunya.

"Apa ini ada hubungannya dengan Woojin-hyung?" batin Daehwi. Ia membelai rambut Somi dengan lembut, berharap gadis itu lebih rilex.

"Aku tak boleh menangis... Aku tak menangis" Lagi, kata itu lagi.

"Menangislah Somi-yya jika menangis membuatmu lebih baik"

"Aku tak boleh menangis"

"Aku takkan memberitahu siapapun jika kau menangis, Somi-yya. Menangislah"

"Aku tak menangis. Hiks.... Aku... Tak boleh me..nangis"

Akhirnya air mata Somi tumpah. Daehwi masih terus membelai rambut Somi. Sakit rasanya melihat gadis yang Ia cintai seperti ini. Jeon Somi. Gadis kuat, yang tak pernah menangis pada suatu keadaan tertentu. Daehwi telah mengenalnya sejak Dia duduk di bangku sekolah dasar. Somi yang selalu di bully karena Ia tak seperti orang Korea pada umumnya. Di bully pun Somi kecil tak pernah menangis. Ini yang kedua kalinya, Daehwi melihat Jeon Somi menangis. Yang pertama adalah saat ayahnya meninggal. Bukan ayah Somi, tapi Ayah Daehwi.

Daehwi mengangkat kepala Somi untuk lebih mendekapnya. Somi menangis kencang disana.

"Aku. . . telah berusaha selama 4 tahun untuk mendapatkan hatinya... Hiks,,"

"Tidak bisakah Dia menghargainya" rancau Somi. Kali ini feeling Daehwi benar. Semua karena Park Woojin. Kakak tirinya.

Hanya sekitar 10 menit Somi menangis. Somi lalu menjauhkan diri dari Daehwi. Wajahnya masih memerah. Air mata juga masih ada di kelopak matanya.

"Daehwi-ah, tolong katakan padaku. Park Woojin hanya milikku kan? Park Woojin hanya milik Jeon Somi, kan?

"Yah, kau tak perlu takut Somi-yya. Woojin hyung hanya milikmu" ucap Daehwi lembut. Somi menyeka air mata nya dan memeluk Daehwi.

Get UGLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang