Sandia-24

2.6K 103 5
                                    

"Mari semuanya kita berdoa. Semoga Arwah almarhumah Irma septiani R akan tenang disisinya."Ucap pemimpin upacara pemakaman Irma.

Mayat Irma sudah dibawa ke Indonesia semalam.Sania ingin memberitahu kondisi Irma kepada orang tuanya.Namun yang ia dapat adalah Orang tua Irma yang pergi entah kemana bersama Qia.Jadilah Sania hanya memberi tahu kak bio yang berada di inggris langsung berangkat ke Indonesia.

Jujur Sania tak kuat melihat jenazah Irma yang dikuburkan dalam tanah.Rasanya ia ingin menyimpan Jenazah Irma. Namun ia masih berfikir ke Irma.Kasihan.

Sania menangis di pelukan kak Bio yang hanya menangis dalam diam

Acara pemakaman sudah selesai.Satu persatu orang orang yang datang pergi meninggalkan Sania dan Kak Bio diatas gundukan tanah rumah baru Irma.

"Udah San.Jangan nangis. Mending kita pulang. Kalo lo nangis kasihan Irma juga bakal nangis disana."Ucap Kak Bio.

Sebenarnya dirinya sedih.Namun ia sadar menangis bukan hal yang tepat. Lagipula apa dengan menangis Irma bisa bangun lagi?

"Gak kak. Gue masih mau disini. Kakak aja yang pulang.Kakak capek kan baru dateng langsung kesini. Gue masih mau nemenin Irma. Kasihan dia sendiri disini"Isak Sania.

"Enggak San. Bentar lagi hujan.Nanti lo kehujanan.Balik bareng gue yuk"Ajak Bio.

"Enggak Kak. Gue sendiri aja. Kakak duluan aja"Ucap Sania ia masih ingin disini mungkin sampai besok.

"Beneran?" Jujur Ia juga capek. Sampe bandara langsung kesini.

"Iya kak.."Bio meninggalkan Sania.Ia sebenarnya ingin menemani Sania namun tubuhnya sudah sangat lelah sekarang.

Bio pergi. Rintik Rintik Air turun satu persatu.
Langit seperti merasakan hal yang sama dengan Sania.

"Ya Tuhan. Apa lagi yang akan terjadi setelah ini?" Setelah mengucapkan hal itu. Air hujan turun dengan deras dan Sania ingin pulang.

"Ma.. Gue balik dulu. Lo banyak temen kan disana?Jangan lupain gue. Kalo bisa nanti lo mampir ke mimpi gue. Ajak cogan juga"Ucap Sania dengan mata yang  berair dan senyum dengan terpaksa.

Sania berjalan. Ia tak tahu ingin kemana.
Tak lama ia berjalan ia menemukan kedai kopi. Masuk dan memesan.

Sania memilih duduk di pojok yang bersampingan dengan kaca.

Pesanannya datang. Dan ia minum.
Dirinya melihat Mama Irma yang sedang duduk. Kelihatannya Mama Irma sedih.

Apa Mama Irma tau tentang kematian Irma?Dan Mama Irma pengen pergi ke pemakaman namun hujan yang tak kunjung berhenti?Tapi siapa yang memberitahunya?
Berbagai pertanyaan ada di benak Sania.

Sania langsung menghampiri Mama Irma.

"Permisi"Ucap Sania.
"Boleh Saya duduk disini?"

"Silahkan."Ucap Mama Irma dengan senyum manis terukir di wajahnya yang membuatnya bertambah cantik. Namun tak bisa dibohongi bahwa dirinya habis menangis.

"Sepertinya saya pernah melihat mu?"Ucap Mama Irma.

"Oh iya.. Saya Sania. Teman Almh Irma. "Ucap Sania.

"Oh iya saya ingat kamu yang waktu itu menentang kami bukan?Trus apa maksudmu dengan Almh?"Ucap Mama Irma. Mungkin kami adalah singkatan dari Papa dan Mama Irma.

"Bukankah anda sudah tahu?"

"Apa maksudmu?Saya tahu?Tahu apa?"Heran Mama Irma.

"Maaf...Saya kira Anda sudah tahu bahwa --
Irma telah meninggal"Ucap Sania dengan tangisnya.

"Jaga ucapanmu. Irma anak saya baik baik saja. Tak mungkin dia bisa meninggal"Teriak Mama Irma. Orang tua mana yang rela anaknya dibilang sudah meninggal.

"Maafkan Saya. Semua yang ada di penglihatan Anda. Itu semua tidaklah benar. Mungkin di penglihatan kita Irma adalah anak yang kuat,Sehat. Namun di dalamnya Irma adalah sosok yang rapuh. Dia juga menderita leukimia"Jelas Sania.

Sania melihat Mama Irma yang sedikit lemas.
"Dimana kuburannya.Bisa Kamu antar saya?"Tanya Mama Irma. Ia ingin membuktikan bahwa ucapan Sania adalah salah. mungkin Irma yang lain. Tapi melihat ekspresi Sania. Ia sedikit ragu. mungkin benar.

"Bisa"Sania berdiri dan ingin mengantarkan Mama Irma. Kebetulan juga Hujan sudah berhenti walaupun masih ada air air yang turun.

Tak lama mereka berjalan. mereka sampai ke depan kuburan yang masih basah dan baru.

"Irmaa"Teriak Mama Irma melihat anaknya yang telah dikuburkan. Ia menyesal. Sangat menyesal kenapa ia tak adil kepada anak anaknya. Ia hanya memikirkan Qia dan yang lain jadi korbannya.

"Sebenarnya ...

Flashback

"Apa dok?Anemia"Tanya Papa Irma.

Qia dari kecil sudah mengalami beberapa penyakit. Namun itu semua sudah diobati. Kecuali penyakit Anemia. Dan membuat Qia setiap bulannya harus menerima transfusi darah.

Jika tidak,Penyakit Qia akan kambuh membuat Qia harus di opname berhari hari.

Irma yang masih kecil hanya menurut saja jika darahnya diambil untuk adiknya. Terkecuali Bio yang sudah mengerti akan rasa sakit setiap bulannya lebih memilih pergi meninggalkan Irma yang masih kecil.

Sebenarnya jika Irma tak mau bisa saja darah dari rumah sakit yang diambil. Namun Papa Ir.a mengalami trauma. Karna saudaranya pernah mendapat transfusi darah dari rumah sakit. dan ternyata darah itu tak steril membuat Saudara Papa Irma meninggal dunia. Itulah membuat Papa Irma trauma dan memilih mengorbankan seseorang walaupun itu anaknya sendiri.

Irma yang sudah besar pun memilih mengikiti jejak Bio. Kabur dari rumah.Membuat Qia berbulan bulan menginap di rumah sakit

Sampailah Mereka bertemu Irma di rumah Bio.Mereka ingin Irma pulang mendonorkan darahnya. Karna Semakin hari keadaan Qia semakin buruk. Hingga akhirnya Qia koma dan meninggal dunia pada hari ini

"Jelas Mama Irma dengan tangis.

Sania yang mendengarkan pun menangis. Ia tak tahu jika berada di posisi Orang tua Irma  dengan trauma dan mengorbankan.

Tapi jujur,Sania menyalahkan keduanya.Orang tua Irma yang tak bicara dan Irma yang keras kepala.

Namun tak memungkinkan juga Irma tak mau karna Irma telah mengetahui penyakitnya dan jika ia mendonorkan darahnya maka dokter akan tahu dan memberitahu ke orang tua Irma yang akan menjadi beban lagi bagi orang tua Irma.

Tapi bukankah itu yang namanya keluarga?Saling berbagi,Saling menyayangi,Saling terbuka.

Tbc.

Couple fake nerd(Complete)#wattys2018 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang