PFF || Part 1

73 1 3
                                    

Suara tangisan itu menekan telinga, membuat rumah yang hanya di huni dua orang tersebut terasa gaduh, seakan tak ada hari esok untuk melanjutkan tangisannya

Sebenarnya faiz harus tidur dengan tenang setelah seharian berkutat dengan bebagai pelajaran, di tambah lagi dia juga harus bekerja agar memperoleh pendapatan

Suara tangis bayi tersebut semakin kencang membuat anak berusia 17 tahun yang mengendongnya merasa kewalahan

Dengan mengayun-ayun lembut tubuhnya tubuh mungil yang masih terbungkus gendongan, Faiz berjalan keluar dari kamar mengambil botol susu keza yang tinggal setengah

Faiz mencoba membujuknya dengan susu, tetapi apalah daya, tangisnya seakan tak mau berhenti, bayi itu meronta mencoba menarik apapun, tetapi tangan mungil bayi tersebut masih terkurung oleh sarung tangan yang melekat bersama dengan tubuhnya di dalam gendongan

Faiz melirik jam yang hampir pukul 🕚 sebelas,

Sebenarnya dia masih ingat bahwa memiliki tugas sekolah yang perlu di kumpulkan besok pagi, tapi apalah daya, dia bahkan tak sanggup memegang bulpoin dengan sosok mungil di gendongannya ini

Faiz hanya bisa mendesah dan menghela nafas singkat, bahunya terasa ngilu mengendong keza yang masih kecil terasa berat hingga membuat Faiz sangat kesulitan menopangnya

"Putri bulan, sayangku, Tidur ya dek, Jangan nangis terus " ucap Faiz di sela-sela kesibukannya menepuk-nepuk adik kecilnya

"Malem ini rewel banget kamu dek, kangen sama mas ya kamu?"

"Hm iya sayang, kamu bobok ya, mas capek masih banyak tugas buat besok pagi sayang" ucap Faiz mencoba membujuknya untuk tidur

Faiz menatap wajah mungil sang adik dengan tersenyum ia menganggap bahwa tangisan yang dikeluarkan bayi tersebut merupakan sebuah nyanyian yang datang dari surga

Agak absurd memang, tapi memang begitulah, tangisan putri bulannya merupakan alunan nada yang terangkai indah untuknya

Membawa semangat serta harapan bagi hidupnya yang hampa menjadi lebih berwarna

"Kakak, liat deh keza cantik seperti kakak, kak kenapa aku nggak boleh menghajar bajingan itu? Bukankah dengan begitu kakak akan senang di sana?" Faiz hanya tersenyum kecut

Hidupnya sangat menyesakkan, dia telah dibuang oleh ibunya, tidak dianggap oleh ayahnya, dan hanya hidup bersama kakak yang sayangnya harus pergi sangat saat harus berjuang melahirkan sosok mungil yang ada di pelukannya

Bahkan dalam ingatannya, tak pernah sekalipun faiz melihat kakanya mengeluh,

keza bukan anak yang tidak di inginkan

Keza lahir bukan karena kesalahan

Keza lahir karena rasa cinta sang kakak pada lelaki bajingan yang bahkan tidak pernah sudi untuk melihat malaikat mungilnya

Keza lahir membawa kebahagiaan

Keza seorang putri bulannya yang selalu ada untuk menghiburnya

Dalam keadaan yang paling rapuh pun sang kakak masih terus memperingatkannya untuk tidak datang dan membunuh ayah keza

Sejak kematian sang kakak, suaminya belum pernah menemui keza, Faiz selalu mencoba sabar karena dia tak ingin mengecewakan sang kakak

Seakan terlalu lelah menahan beban du pundaknya

Faiz tersenyum dan membawa masuk bayi kecil tersebut kedalam salah tempat tidur yang benuansa biru muda, menidurkan dengan menepuk-nepuk lembut perutnya

"Tidur sayang, kakak lelah"

Lama-kelamaan faiz mulai memejamkan mata, mungkin dia terlalu lelah setelah menangis dan seakan tau dengan keadaan sang kakak, keza yang tadinya terus bergerak sekarang terdiam dan mulai mengikuti jejak sang kakak yang tertidur

Princess for faizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang