Suara tangisan itu menekan telinga, membuat rumah yang hanya di huni dua orang tersebut terasa gaduh, seakan tak ada hari esok untuk melanjutkan tangisannya
Sebenarnya faiz harus tidur dengan tenang setelah seharian berkutat dengan bebagai pelajaran, di tambah lagi dia juga harus bekerja agar memperoleh pendapatan
Suara tangis bayi tersebut semakin kencang membuat anak berusia 17 tahun yang mengendongnya merasa kewalahan
Dengan mengayun-ayun lembut tubuhnya tubuh mungil yang masih terbungkus gendongan, Faiz berjalan keluar dari kamar mengambil botol susu keza yang tinggal setengah
Faiz mencoba membujuknya dengan susu, tetapi apalah daya, tangisnya seakan tak mau berhenti, bayi itu meronta mencoba menarik apapun, tetapi tangan mungil bayi tersebut masih terkurung oleh sarung tangan yang melekat bersama dengan tubuhnya di dalam gendongan
Faiz melirik jam yang hampir pukul 🕚 sebelas,
Sebenarnya dia masih ingat bahwa memiliki tugas sekolah yang perlu di kumpulkan besok pagi, tapi apalah daya, dia bahkan tak sanggup memegang bulpoin dengan sosok mungil di gendongannya ini
Faiz hanya bisa mendesah dan menghela nafas singkat, bahunya terasa ngilu mengendong keza yang masih kecil terasa berat hingga membuat Faiz sangat kesulitan menopangnya
"Putri bulan, sayangku, Tidur ya dek, Jangan nangis terus " ucap Faiz di sela-sela kesibukannya menepuk-nepuk adik kecilnya
"Malem ini rewel banget kamu dek, kangen sama mas ya kamu?"
"Hm iya sayang, kamu bobok ya, mas capek masih banyak tugas buat besok pagi sayang" ucap Faiz mencoba membujuknya untuk tidur
Faiz menatap wajah mungil sang adik dengan tersenyum ia menganggap bahwa tangisan yang dikeluarkan bayi tersebut merupakan sebuah nyanyian yang datang dari surga
Agak absurd memang, tapi memang begitulah, tangisan putri bulannya merupakan alunan nada yang terangkai indah untuknya
Membawa semangat serta harapan bagi hidupnya yang hampa menjadi lebih berwarna
"Kakak, liat deh keza cantik seperti kakak, kak kenapa aku nggak boleh menghajar bajingan itu? Bukankah dengan begitu kakak akan senang di sana?" Faiz hanya tersenyum kecut
Hidupnya sangat menyesakkan, dia telah dibuang oleh ibunya, tidak dianggap oleh ayahnya, dan hanya hidup bersama kakak yang sayangnya harus pergi sangat saat harus berjuang melahirkan sosok mungil yang ada di pelukannya
Bahkan dalam ingatannya, tak pernah sekalipun faiz melihat kakanya mengeluh,
keza bukan anak yang tidak di inginkan
Keza lahir bukan karena kesalahan
Keza lahir karena rasa cinta sang kakak pada lelaki bajingan yang bahkan tidak pernah sudi untuk melihat malaikat mungilnya
Keza lahir membawa kebahagiaan
Keza seorang putri bulannya yang selalu ada untuk menghiburnya
Dalam keadaan yang paling rapuh pun sang kakak masih terus memperingatkannya untuk tidak datang dan membunuh ayah keza
Sejak kematian sang kakak, suaminya belum pernah menemui keza, Faiz selalu mencoba sabar karena dia tak ingin mengecewakan sang kakak
Seakan terlalu lelah menahan beban du pundaknya
Faiz tersenyum dan membawa masuk bayi kecil tersebut kedalam salah tempat tidur yang benuansa biru muda, menidurkan dengan menepuk-nepuk lembut perutnya
"Tidur sayang, kakak lelah"
Lama-kelamaan faiz mulai memejamkan mata, mungkin dia terlalu lelah setelah menangis dan seakan tau dengan keadaan sang kakak, keza yang tadinya terus bergerak sekarang terdiam dan mulai mengikuti jejak sang kakak yang tertidur
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess for faiz
Teen FictionBayi itu "Keza" Putri bulan untuk faiz Pembawa lentera dalam gulita "Ahhh... sepertinya dia salah" faiz menghela napas, menghapus kembali sinopsis yang kini telah tertera pada layar ponselnya "Keza semangatku... tujuan hidupku, tujuan pendidikanku...