1. SB : Sudah 2 Tahun

1.8K 106 6
                                    

Di dedikasikan untuk
Yang sedang duduk di bangku
Sekolah Menengah atas.

Ini tahun keduaku di Sekolah Menengah atas, masih berusaha membuktikan kalimat masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan hingga seorang anak introvert tak pernah duduk di bangku sekolah umumnya tabu mencari kebenaran hal itu.

Karena Jujur, Saat Kelas 10 aku tak mendapatkan kebenaran dari kalimat itu. Yang aku dapatkan adalah, Vera si Introvert dan dingin yang tak memiliki teman.

"Kumpul, Yok kumpul!"

Ketua kelas kelasku datang, sambil membawa gagang sapu yang sudah patah memaksa beberapa teman sekelasku yang bermain gitar di luar kelas masuk.

Regantara, Panggilannya Gan berdiri dengan konyolnya di depan. Walaupun aku masih tetap pada reaksiku, berwajah datar.

"Setelah abang Gan pantau saat kelas 10, kita ini benar unggulan sampah." ujarnya mengawali Hari pertama dalam minggu ketiga setelah masuk sekolah.

Aku mengernyit, apalagi mendapati respon teman sekelas ku mengangguk setuju.

"Banyak perjanjian dari kelas 10, tak ada yang mau jadi wali kelas kita mengingat tabiat saat kelas 10. Tidak malukah?"

Aku mengangguk dalam hati, walau sedikit pun aku tak pernah berpartisipasi dalam kegiatan kelas.

"Tapi Gan, Yang aku lihat," Guntur mengangkat tangan di belakang, "Kelas kita gak kompak. Masih banyak geng, egois dan mengikut geng. Jika kawannya tak ingin ikut, maka yang lainnya tak ikut. Seperti itu."

Regan tampak mengangguk, ia memukul meja dengan sapunya, "Benar. Harusnya kita semakin kompak. Tak ada yang berkelompok, saling membaur. Benar kan Vera?"

Aku terkejut. Tapi tidak terlihat, aku kuat sangat telak disindir sedari tadi.

Semua pandangan mengarah padaku, termasuk pandangannya.

Raka. Dia yang kuperhatikan sejak kelas 10, menatapku dari sudut kelas. Ah, Raka tampak semakin tampan.

Regan tampak maju, menghampiri mejaku, "Bisa kan vera? Jangan merasa dimanfaatkan di kelas ini, ya mungkin itu benar tapi kan semua bisa diperbaiki. Bisa berbaur kan?"

Aku menghela nafas, "Bisa."

"Oke. Selanjutny-"

"Pak Mahmud datang itu!!"

Forum kelas dibatalkan, syukur puji Tuhan.
Telingaku sakit mendengar sindiran.

***


Selagi kau sibuk berkelakar
Aku sibuk terbakar
Tak pernah mau tahu kau adalah api
Yang suka membakar
Entah itu kertas, kayu
Bahkan perasaanku. - 'V

"Vera, Matematika minat selesai?"

Aku melirik, ke arah Tere yang menatapku takut-takut. Sudah ku katakan, mereka adalah Teman yang saat butuhnya baru datang sok sibuk berbasa-basi berujung hal seperti ini.

Setelah menutup catatan kecilku, aku hanya mendengus, "Tak selesai." Jawabku datar.

Tere nelangsa, "Tolong dong, Ra. Bu Susi les depan, Cuma kamu yang selesai."

"Aku belum selesai, tanya yang lain." ujarku singkat. Cukup saja saat kelas sepuluh aku tak melakukan perlawanan, terlalu naif saat itu untuk memiliki seorang teman.

Tere merenggut kesal, "Pelit kamu! Gan, lihat ini Vera yang katamu tadi setuju."

Regan yang sibuk menyalin, hanya melirik sekilas, "Jangan mengadu samaku. Raka Saja sana. Yang suamimu dia, bukan aku."

Raka mengangkat pandangannya sambil melepas headset nya, "Hoi, apaan panggil-panggil aku."

Regan tertawa, "Tere Tak dikasih contekan tugas tuh sama Vera. Ngadunya malah ke aku."

Rak melirik sekilas aku, lalu Tere, "Sudah re. Kalau Vera gak ngasih, kamu bisa minta di aku. Aku sudah selesai, dapat dari google. Daripada mohon-mohon sama Vera yang anti sosialnya jelas tak ingin berbagi."

Tere memekik senang.

Aku mendengar sedari tadi. Mendengar kalimat Raka serta sindiran pedasnya. Sumpah, Aku juga bisa mendengar retakan hatiku sendiri.

Bukan Rahasia umum lagi jika Tere menyukai Raka tapi tak ada kata pacaran dari mereka berdua. Anak-anak lain sibuk mencomblangi mereka berdua, dan Raka malah menanggapi nya santai-tampak berengsek. Raka itu tipikal orang yang suka buat baper anak orang tapi tak dipertanggungjawabkan.

Dan bodohnya aku suka dengan Raka.

Sibuk mendengar retakan hatiku, tampak berasumsi bahwa Raka benar tak bisa kugapai dan tak menyukaiku aku juga harus menelan bulat-bulat sinisan teman-temanku dan cibiran mereka.

Ini masa SMA ku, dan sudah tahun kedua.

Apakah ada dari kisahku yang bisa dimasukkan ke dalam pembuktian

Masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan?

Jika tidak ada, kisahku hari ini bisa kututup kan?

Tbc.

Minggu, 19 Agustus 2018.

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang