13. Hilang.

817 89 3
                                    

⚫⚫⚫

13.30 WIB

Vera mendengus merasa bodoh dan sedih dalam waktu bersamaan. Niatan menghabiskan waktu sendiri sekadar memperbaiki luka hati sekaligus mencari kesenangan baru adalah salah.

Benar kata ibunya dulu. Jika sedang kacau, jangan berkeliaran atau sesuatu hal yang buruk akan terjadi.

Persis.

Vera mengalaminya kali ini.

Uang nya hanya tersisa 10 ribu rupiah. Yang lainnya habis dibelikan novel dan beberapa makanan tadi.

Dia kelelahan dan belum minum obat.

Ponselnya tertinggal di mobil ayahnya.

Dia tak tahu jalan pulang, tak tau dia tepatnya berada di mana. Mau naik angkutan umum———berhubung karena sisa uangnya hanya cukup untuk itu——dia lupa naik angkot jenis apa untuk ke rumahnya.

Vera dengan es krim matcha yang melumer di tangan dan didukung dengan tampang bak anak bayi ingin menangis adalah perpaduan pas saat terik matahari mulai berkurang.

Vera yang bertitel anak hilang hari ini adalah perpaduan kesialan dari seorang anak introvert yang tak pernah keluar rumah selain ke sekolah. Vera pun sulit berinteraksi dengan orang lain sekadar bertanya naik angkutan jenis apa menuju perumahannya.

Karena ketidakjernihan pikirannya, Vera memutuskan berjalan lurus dari kafe terakhir yang ia sambangi. Ia berjalan ke tempat yang ramai dikunjungi dengan langkah lesu.

Wajahnya sudah pucat dan jemarinya lengket karena es krim, tapi Vera memang si introvert berjalan menunduk ke depan, melupakan tujuannya untuk bertanya jalan pulang atau bertemu dengan orang yang ia kenal di jalan.

Oh Tuhan, bantulah Vera dan kebodohannya kali ini.














“Ver?”



Vera mendongak dengan wajah lesu. Tadi dia duduk di depan Minimarket dengan tampang putus asa ingin dikasihani. Setelah menghabiskan sepuluh ribu terakhirnya untuk membeli tisu karena dia mimisan kembali akibat kelelahan, Dia hanya duduk di depan indomaret dengan nasib terombang-ambing.

Maka mendengar ada yang memanggil namanya adalah suatu Fatamorgana yang tak akan dilewatkannya. Secara Harfiah, benar-benar tidak akan dilewatkannya.

Namun berkatilah jantungnya mendapati Raka yang ada di depannya dengan sekantung besar minuman bersoda.

“Kamu kenapa disini?”

Vera bingung menanggapi. Takut makan hati lagi pikirnya.

“Aku..”

Raka mendelik bingung, Vera masih diam dengan kata 'aku' yang digantungkan. Vera hanya menunduk, memandangi jemarinya yang memucat akibat gugup.

Vera menggigit bibir bawahnya, terpaksa menggunakan kesempatan ini agar bisa pulang. Ia menarik nafas pelan,

“Aku kesasar.”

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang