23. SB: Ditakdirkan

684 93 13
                                    


“Semua orang lelah dengan saya,
Maka satu per satu mereka pergi.
Mereka semua.

Maka nanti, saat aku pergi, tak ada yang menyadarinya.”

[VERA SAYS, 2019]

Play list :
English song :
Julia Brenen-Inner Demons
Korean song :
•Lee Hi - Breathe

•••

TATAPAN vera kosong pada tikar bekas dimana semua orang tadi duduk waktu menatap neneknya yang dibaringkan di peti. Tatapan vera kosong ke arah dimana tadi semua orang ramai duduk dan mendoakan neneknya. Tatapan Vera kosong ke arah pintu yang masih terbuka lebar, pertinggal peti yang diangkut untuk dibawa ke peristirahatan terakhir.

   Tadi disini ramai, penuh duka.

   Sekarang, Begitu sepi seolah mencekik Vera. Vera tak ayal seperti tak berjiwa lagi. Ia tak punya pegangan lagi. Tak ada Mama, Tak ada Niel, Tak ada Nenek, Tak ada Ayah.

   Bahkan Jiwanya sendiri pun rasanya ingin pergi dari raganya sekarang juga. Tak ada yang membutuhkan Vera sekarang. Ia hanya sendirian. Ia tak beruntung, hanya beban dan pantas ditinggalkan.

    Sedari awal, ia tak bersuara hingga suara ramai dari awal mengalihkan perhatiannya. Keluarga serta kerabata mama dan neneknya kembali setelah dari pemakaman tadi, maka Vera yang hanya menjadi objek pengganggu disini sadar diri dan segera kabur dari pintu belakang dapur dan memutar ke gerbang samping rumah.

    Agaknya Vera bagai seseorang yang hidup luntang lantung, Tak jelas,tak ada tujuan. Berjalan tanpa arah dan tanpa tujuan menjadi keahliannya sebelum ia menabrak punggung seseorang di depannya.

   Ia berpakaian serba hitam dan bertubuh tegap. Rautnya dingin dan tampak mencemooh, sesuatu yang menggores Vera tepat di relung hati.

   Niel.

   “Kami semua tidur di rumah nenek nanti.” hanya itu ucapan Niel, tapi seolah mengerti maksud Niel, Vera mengangguk.

   Vera memutar langkahnya berjalan pelan ke arah rumah neneknya kembali, Mengambil beberapa lembar uang yang ditinggalkan ayahnya untuk memenuhi kebutuhannya dan sebuah ponsel. Selebihnya ia tinggalkan, Termasuk obatnya.

    “Anak Gadis yang kurus pucat tadi siapa, tih?”

   Vera langsung menguping dari belakang pintu kamarnya. Percakapan Mamanya dengan sanak saudaranya.

   Mama tak menjawab, hanya diam tak bergeming.

   “Oh, aku ingat.” Wanita paruh baya dengan gaya norak bertepuk tangan sekali, seolah ingat sesuatu yang lama ia lupakan,

    “Itu bayi yang kamu ambil dari panti asuhan waktu kamu kepengen banget punya bayi kan? Waktu itu kamu gak tau kamu lagi hamil niel udah 4 bulan ya?” Wanita itu tertawa, “Hah, karena perutmu gak besar-besar sih, gak ada tanda-tanda juga. Lagipun, kenapa masih sama kamu kalau kamu udah tau hamil niel waktu itu?”

    Mama mengangguk, “Tinggal sama ayahnya. Dia sakit.”

   “Ah, sakit apa?”

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang