8.SB : Dare

915 101 9
                                    

Ada kalanya
kita membutuhkan
reaksi cepat.
Ada kalanya juga
kita membutuhkan reaksi lambat

Vera - Master Kimia.













Ada yang sedang heboh-hebohnya di IPA 1, yaitu bermain dare dari aplikasi Hago.

Tadi, Semuanya sibuk. Sehabis praktik Kimia-Semuanya mendapatkan Jam kosong Sejarah.

Vera yang notabenenya tak punya teman hanya duduk menyendiri di tempat duduknya, dengan headset di telinga, sesekali membuka dan menutup bukunya bosan.

Vera mulai menscroll Segala yang ada di Ponselnya, termasuk membaca ulang chat whatsapp grup kelas yang ada Vera di dalamnya. Vera tak pernah muncul-bukan rahasia umum. Vera itu sider akut.

Bosan. Vera akhirnya menelungkupkan kepalanya yang sedikit pusing, mulai memikirkan siapa yang capek-capek menempelkan sticky notes di mejanya pagi tadi ditambah kalimat penyemangat.

Vera tidak baper, Ia tidak seperti perempuan di dalam novel. Ia hanya--kau tau, negative thinking. Takut itu adalah orang salah kirim.

Who knows?

Brak!

"Buahahahhaa...." Sandra tak berhenti tertawa ngakak melihat dare yang didapatkan Raka.

Tawa Terbahak dan membahana Sandra menarik perhatian Vera hingga ia menoleh ke belakang, tepat ke kumpulan pemain hago dibelakang.

"Aku gak mau tau. Ajak dia berfoto sekarang juga lalu yang lain sebar di story." Putus sandra mutlak selaku yang memberikan dare.

Raka hanya tersenyum ringan,"Dia siapa dulu. Kalau yang sudah punya pacar, up lah. Aku gak mau diamuk pacarnya."

Gege yang ikut bermain mulai ikut berpikir, dan seolah mendapat lampu terang benderang di kepalanya, "The second. Gimana?"

Raka sedikit membola terkejut, tapi masih tersenyum langsung menatap Vera di bangkunya. Keduanya bersitatap hingga Vera memutuskan duluan. Malu, simple.

"Oke."


Lalu Raka berjalan ke meja Vera dan Berjongkok di samping meja Vera, membuat vera berjengit kaget, lalu menoleh kecil dengan wajah datar.

"Bisa bantu aku?"

Vera mengendikkan dagunya tanda bertanya.

"Aku di dare, harus foto sama kamu."

Vera diam.

"Bantu aku, ya." Raka memegang lengan Vera, membuat Vera terkejut seperempat mati.

Vera bukan menjawab, malah memperhatikan tangan hangat raka di lengannya.

Raka menyadarinya dan tersenyum tertahan, menopang dagunya menatapi wajah terkejut Vera.

"Kalau kamu suka tanganku," Raka beralih menarik jemari vera, menyatukan dengan tangannya dalam genggaman lembut, "Begini lebih baik, Lebih cocok genggaman kita. Pas."

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang