4. SB : Bodoh

1K 93 2
                                    

Follow your brain. Your heart is a stupid as shit.”

Niel










“Bodoh.”

Vera menoleh, memincing dengan cepat apa yang barusan ia dengar. Niel duduk di depannya dengan tampang pongah, berusaha tampak sangat sombong dan dingin di waktu yang sama.

“Apa?”

“Kamu. Bodoh.”

Vera memincing dengan sangat tajam—sementara laki-laki di depannya ini hanya menyeringai kecil lalu pergi kembali menghadap ke depan saat dirasa jam istirahat telah selesai dan teman-temannya mulai memenuhi kelas.

Seorang Mahasiswa PPL masuk dan tak bisa mengontrol kelas. Regan—si ketua kelas sama bobroknya dengan teman-temannya yang sibuk menggoda Miss PPL yang tampak semok depan belakang.

“Dek, Ini Tk atau SMA sih? Atau miss salah masuk?”

Vera menunduk, menelungkupkan kepalanya di atas meja dan menyumpal kedua telinganya dengan headset.

Brak!

Vera menegakkan duduknya. Ia melihat Niel didepan masih bersikap tenang tapi sudah menggebrak meja dengan begitu kerasnya.

“Diam.”

Satu kata, dingin sekali nadanya, sukses membuat siswi yang sedari tadi ribut menjadi diam. Tapi Siswa kelasnya tidak. Gak ada istilah takut sama Niel, One by One pun mereka terima.

Muak dengan kerusuhan, Niel pergi keluar kelas, berjalan dengan pongah hingga sosoknya tak terlihat oleh mata lagi.

“Sok keren. Satu lawan satu tanding dia, ku Kasih. Pikirnya karena dia Yang "Paling" disini, aku takut. Gak akan.”

“Dewa gym berbicara.”

“Humor Anjlok.”

Miss Reta begitu pusing, ia kemudian memukul papan tulis dan memerintahkan supaya semuanya  buka buku PKN nya.

“Nah. Sekarang, Karena arti demokrasi adalah bebas. Coba sebutkan apa jenis-jenis demokrasi.”

Tipikal umum anak sekolahan, ribut menjawab secara bersamaan dan tidak mau mengangkat tangan satu-satu—mengajukan diri menjawab pertanyaan.

“Pemilihan Umum, miss.

“Sekolah bebas!”

“PR bebas!”

“Seks bebas!” Aga berteriak paling kuat di akhir membuat Miss Reta naik pitam. Jawaban paling kurang ajar rasanya selama baru saja 2 minggu menjadi PPL di sekolah ini.

Miss Reta menunjuk Aga, “Kamu maju! Pertanggungjawabkan apa kalimat yang kamu katakan tadi.”

Aga maju dengan pongah,“Apa Miss?”

“Ulangi yang kamu katakan. Jenis demokrasi itu menurutmu apa tadi, Aga?”

“Saya gak ngomong, miss.

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang