30. SB : Dear, Anak SMA [1]

698 74 4
                                    

Dear, Anak SMA

Waktu SMA,
Kamu sulit membedakan mana teman, mana musuh. mana kawan, mana lawan.

Karena, Teman adalah musuh terbaik.
Dan musuh adalah teman terbaik.

Siapa bilang?

Aku.

Ttd
Regantara Gayuda

⏺️⏺️⏺️

   

Vera dulu sering menonton drama korea, beberapa film pendek yang mencakup kehidupan anak SMA sebelum masuk ke sekolah formal. Vera sering membayangkan, akan jadi apa dia saat SMA nanti.

Bagaimana bahagianya jadi anak SMA kata orang, seberharga apa itu jadi anak SMA, Bagaimana Indahnya masa putih abu-abu, bahwa masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan, katanya.

Vera terkekeh mengingat apa alasannya mengambil sekolah formal. Hanya karena penasaran bagaimana rasanya menjadi anak SMA. Harap-harap di tahun-tahun sekolahnya akan mendapatkan hal yang katanya indah, yang katanya menyenangkan, yang katanya berharga.

Tapi, hingga saat tangannya tinggal satu dan nafasnya was-was akan berhenti tiba-tiba, ia tak merasakan hal-hal yang katanya menyenangkan.

Sejak awal divonis menderita penyakit sialan itu, Vera hanya punya satu keinginan. Ia tidak meminta kesuksesan di masa depan, ia tidak meminta hal muluk-muluk lainnya. Hanya satu, sejak dulu.

Ia ingin bahagia.

Ia ingin merasakan bagaimana rasanya bertingkah di luar batas. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya cinta pertama. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya menangis akan perpisahan. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya memikiki teman. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya Dianggap berharga. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya tertawa lepas dengan teman. Ia tak ingin sendiri. Ia ingin bahagia. Secara tulus, secara harfiah bukan semata kepalsuan belaka. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya dianggap ada. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya orang lain menyayangi dirinya, membalas perasaanya, mendekapnya erat, menjaganya tulus, menggenggam jemarinya kala ia tak mampu berdiri lagi, tertawa selepas mungkin, menangis sesedikit mungkin, menghargai sebesar-besarnya. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya orang tak rela ia pergi, orang menahannya agar tak jatuh dan muak akan hidupnya.

Vera ingin.

Bak menelan pil pahit, ia merasakan hal 180° berbeda dari apa yang ia harapkan. Meski pejaman matanya berdoa meminta satu kata pada Tuhan, ia ingin bahagia. Ia tak kunjung bertemu.

Ia kebal akan rasa sakit, Jika dilihat dari luar.

Vera ingin bahagia, sekali saja.

Vera ingin merasakan apa itu, masa SMA sebenarnya, si putih abu-abu yang diangan-angankan.

Vera menghabiskan waktunya untuk merenung. Sebab, pesan dari teman mengatakan bahwa ia diperbolehkan sekolah kembali entah atas dasar apa, secara tiba-tiba si gendut berubah pikiran.

Tin! Tin!

Suara klakson sepeda motor yang agak asing menarik atensinya, mengintip sebentar melalui jendela dan bergegas turun setelah tahu siapa yang bertamu.

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang