15. SB : Raka dan Mulutnya

797 83 12
                                    


[Happy holiday! Sering berkunjung ya!]



•••




VERA masuk ke kelas agak telat. Bersama Niel tentunya. Vera dengan segala perubahannya berusaha dengan jelas untuk tak menampakkan wajahnya di hadapan teman-temannya, yang sialnya memperhatikannya sejak dari awal ia masuk ke kelas dengan niel yang tampak menggenggam tangannya, padahal ia diseret.

Psst..” Niel mengode vera untuk meresponnya. Vera melirik langsung membuang muka saat Niel menuntunnya untuk tersenyum.

Niel berdecak. Baru saja ingin menghempaskan tangan Vera karena kesal, ia langsung menggenggam tangan kurus itu erat.

Iya, karena Raka datang dan berdiri di depan mereka.

Iya, Raka si pembawa masalah.

“Kalian Pacaran ya?”. Bukan Raka yang bertanya, Tapi Tere yang ada di meja guru. Raka yang mendengar Tere bertanya seperti itu segera menelisik si Juara Satu dan dua dengan Detail.

Tangan yang saling menggenggam.

Raka berdecak, bergerak maju dan segera memisahkan tangan si Niel dan Vera. “Gak usah pamer kalo udah pacaran.”


Vera sontak mengangkat kepalanya karena tangannya dipisahkan dari tangan Niel dan yang lain nampak terkejut.

“VERA DANDAN?”

Teriakan dari Regan membuatnya malu seketika dan duduk di bangkunya, diikuti Niel dengan Aura dingin.

Sementara Raka, ia masih sedikit terkejut. Raka masih dalam mode mengingat wajah Vera. Rambutnya diikat rapi, wajahnya tampak begitu berseri, tampak begitu segar dan —— manis?

Raka segera sadar dan kembali menatap Vera saat Vera mencoba tersenyum saat teman perempuan di kelas mengelilinginya, bertanya.


Raka menampakkan seringaiannya, dan sialnya betul mengabaikan jantungnya yang berdetak begitu abstrak.

Aku,” Vera menggigit bibir bawahnya——agak ragu mengatakan kalimat selanjutnya. Ia melirik niel yang tampak begitu tak peduli dengan mereka yang mengelilingi vera dan membombardir Vera dengan segala pertanyaan.

Vera menghela nafas. “Aku—pengen coba berteman. Boleh?”

Terdiam. Yang mengagumi paras vera tampak terkejut saat si Juara Dua kelas mengungkap keinginannya.

Lelah dengan keterdiaman, Tere angkat bicara. “Kita Teman kan Ver? Kita semua Teman kok, dari awal.”

Vera ragu, ia menghela nafas lagi. “Teman dalam artian yang sebenarnya, maksudku.”

“Emang Teman itu Gimana? Kan kayak kita kita kan?” Tanya Yesi.

Vera menggeleng.

“Jadi?”

“Gak usah banyak cincong deh ver. Kamu dianggap teman sama mereka aja harusnya udah syukur. Gak usah muluk-muluk.” Ujar Raka tiba-tiba.

Siapa Bilang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang