S I X

12.5K 1.9K 236
                                    

[F]

Jeno itu manja benar ternyata. Selama lima tahun terakhir, aku tidak pernah mendapati si gila kerja ini sakit. Tidak sedetik pun.

"Rasanya tidak enak."

Aku menghembuskan napas. Ingin memukulnya saja kalau begini terus.

"Tidak ada yang enak untuk orang sakit. Makan teratur dan istirahat dengan begitu sakitnya akan hilang." aku belagak menasihatinya. Padahal dalam hati sudah diam-diam ingin menangis dan meminta maaf karena membuatnya menjadi masuk angin.

Tapi ego yang tak pernah seperti ini tiba-tiba merubahku. Aku bahkan ikut bingung setelah mengatakannya.

"Maaf." begitulah akhirnya aku mengubah pendirianku. Jeno sendiri langsung melotot ke arahku.

"Memangnya ada yang salah?" katanya.

Aku menggeleng menunduk, "Maaf sudah membuatmu sakit."

Aku tak benar-benar menunduk. Saat itu juga aku kembali memerhatikan wajah pucatnya. Penuh dengan kebingungan dari maksudku.

"Kenapa jadi salahmu?" Jeno akhirnya bertanya.

Mencuri kesempatan. Kumasukan sesendok bubur ke mulutnya yang masih terbuka. Membiarkan dirinya meronta sementara aku membalasnya, "Karena aku kau ikutan ketiduran di luar. Harusnya kau tidak perlu menyusulku."

Tapi lucunya Jeno malah tersenyum tiba-tiba membuatku merinding. Ia menelan cepat sisa bubur yang ada di dalam mulutnya. Setelah selesai kedua tangannya tiba-tiba menangkup kedua pipiku,

"Karena aku ingin."

♣🔹♣

Aku masih tidak mengerti kenapa Jeno berubah menjadi seperti sekarang ini. Jeno yang begitu manja dan selalu menginginkan macam-macam.

Pagi ini Jeno pamit akan pergi ke kantornya. Sementara aku berhenti mengantarnya sampai depan pintu rumah. Aku balik menuju kamar berniat untuk mandi pagi.

"Aku tambah gemuk?" aku bergumam saat tidak bisa mengancingkan celanaku yang ke sepuluh.

Closet kami sudah terlihat begitu acak-acakan karena ku. Beberapa potong celana milikku terlihat tergeletak di beberapa tempat. Bahkan beberapa kaosku juga sudah terbengkalai di lantai akibat ulahku.

Oh, tapi akhirnya aku berhenti memilah dan menggunakan pakaian milik Jeno. Meski tidak sebanding dan terasa kedodoran, ini lebih baik karena aku tidak merasa sesak.

Lantas aku memulai hariku dengan menyalakan audi kesayangan. Menarik persneling dan bersenandung pelan keluar dari rumah menuju studio tempat kerja ku.

Ketika aku tiba, beberapa orang suruhan Jeno segera berjajar di depan studio. Seperti mengamankan saja. Well, aku sekarang sudah terbiasa, sehingga tidak ada pemberontakan untuk kabur dari mereka lagi.

Haechan yang paling pertama menangkap kehadiranku. Ia berlari dan memelukku seperti biasanya seraya berkata, "Morning, baby."

Aku terkikik mendengarnya. Meskipun begitu, aku membalas sapaannya sama seperti yang dirinya lakukan.

Setelah itu, aku tahu dia akan mengomel perihal absenku beberapa hari kemarin.

Ada Apa? - L. Jeno + N. JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang