S E V E N T E E N

13K 1.5K 332
                                    

[st]

Kenapa aku melamar Jaemin sangat cepat. Menikahinya di umur yang terbilang muda, dan hal paling membahagiakan, kami tidak pernah sekali saja bertengkarㅡsebelum pertengkaran pertama kami itu.

Aku memang tidak pernah menyapanya. Saat berpapasan di sekolah saja, meski kami sudah cukup dibilang akrab setelah sesi mengobrol pada malam reuni itu, sesungguhnya banyak hal yang bergejolak.

Aku terlalu malu untuk mengajaknya bicara. Setelah berhasil mencium pelipisnya, kalau aku membayangkan harum rambutnya, kakiku langsung gemetar. Melihat matanya saja sudah membuatku terserang hiperventilasi. Pokoknya Jaemin benar-benar sesuatu.

"Jeno."

Aku berbalik. Mengernyit mencari tahu siapa yang memanggilku, waktu itu aku langsung terdiam saat menemukan Haechan yang berjalan mendekat ke arahku.

"Kau memanggilku?"

Haechan mengangguk mengiyakan. Salah satu tangannya yang terlihat penuh oleh buket bunga seketika mengingatkanku akan satu hal.

Aku menjentikkan jariku kemudian, "Mark menitipkan sesuatu untukmu," lanjutku sembari merogoh saku celana.

Aku menyerahkan surat titipan Mark. Hari ini ada ujian akhir, Mark tidak bisa datang memberi ucapan selamat pada pacarnya. Oleh karena itu, aku mau tidak mau diwajibkan menjadi kurir pengantar surat miliknya.

Niatku pergi meninggalkan Haechan berhenti ketika aku mendengar suara serotan lendir hidung dan tepukan punggung yang bersahutan. Oh, sesungguhnya mereka mendatangiku secara bergandengan.

"Mark benar-benar tidak pandai menulis surat."

"Kenapa? Aku suka isi suratnya."

"Oh, tentu kau suka. Perlu kubacakan ulang?"

"Ya."

Dan keduanya benar-benar membuatku sangat-sangat penasaran hanya melalui percakapan itu.

"Eung, haechan-ah. Sepertinya tidak usah kau bacakan lagi. Aku tidak mau."

"Kenapa?"

Jaemin terlihat menggigiti kukunya. Sekilas aku melihat dirinya melirik ke arahku yang masih berdiri di sana. Membuatku berkedip-kedip kaget karena tak sengaja saling bertemu tatap.

"Pokoknya jangan di sini."

Jaemin melengos pergi dengan cepat. Meninggalkan aku dan Haechan hanya berdua saja di lorong itu.

Aku mendengar desisan napas Haechan kemudian sebelum dirinya pamitan untuk pergi mengikuti Jaemin dia bilang, "Saudaramu ini benar-benar tolol. Baca bagian bawahnya," dengan tangan menyerahkan lembaran suratnya. Aku meraihnya kemudian.

Ps! Kalau di situ ada Lee Jeno, beritahu dia, bro! Kalau kau masih diam saja, mungkin setelah ujian ini aku yang akan melamar dia.

Ada Apa? - L. Jeno + N. JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang