T E N

11.5K 1.8K 219
                                    

[S]

Banyak pikiran yang berkecamuk. Membuatku begadang semalaman karena tak tenang. Waktu aku buka tirai balkon, aku langsung mengernyit karena silau sinar matahari pagi.

Aku buru-buru keluar kamar. Tidak memerhatikan bagaimana slipperku yang copot sebelah, saat aku tiba di lantai dasar aku segera melangkah mendekati pantry di dapur.

"Apa kau sudah melihat Jeno?" aku bertanya pada seorang pelayan yang tengah membalik telur.

Ia terlihat kaget mendengar suaraku. Tapi dengan sigap tubuhnya membungkuk cepat dan berkata, "Saya belum melihat Pak Jeno, Jaemin-ssi."

Lantas aku menganggukkan kepala. Menyuruhnya untuk kembali memasak sarapan. Aku dengan kepala menunduk berjalan menuju ruang tengah.

"Dia pergi sebulan lebih lima hari. Mungkinkah?"

Aku mulai menggigit jariku. Tidak ada hal lain yang mampu mengambil alih pemikiranku tentang Jeno dan dokter Doyoung sejak semalam.

Ini mengerikan.

Satu-satunya yang ada dibenakku sampai aku merasa perutku kontraksi sesaat semalaman karena; dokter Doyoung hamil.

Spekulasi ini membuatku semakin gelisah mengingat Jeno yang pergi cukup lama dan balik bersama dengan dokter Doyoung.

Lantas tidak mungkin juga Jeno meninggalkan rumah sampai pagi hari hanya untuk orang lain kalau bukanㅡ

"Ah, tidak tahu!" aku menjerit sendiri. Menendang-nendangkan kaki ke udara kemudian bersedekap dengan dahi mengerut.

Aku terlanjur masuk kembali dalam pikiran negatifku. Merasa resah sampi keringat mulai terasa bermunculan di kulit tubuhku.

Aku terlonjak di kemudian. Yang mana, saat itu seseorang tiba-tiba timpuh di dekat kakiku.

Aku menoleh memerhatikannya.

"Sampai lepas begini. Seperti cinderella saja."

Aku menganga sementara mataku menemukan senyumnya.

"Maaf pergi semalaman."

Aku menunduk kemudian. Tak mau menatapnya. Bibirku mengerucut.  Sesungguhnya, aku kecewa padanya.

"Jaemㅡ"

"Nana. Aku ingin dipanggil Nana." aku memotong ucapannya. Dongkol sekali sampai meminta aneh-aneh lagi.

Oh, bagus sekali hormonku ini.

"Oke, Nana." dia kemudian duduk di sampingku.

Secara tiba-tiba membawaku ke dalam lingkaran tangannya. Kedua mataku tentu saja melotot.

Ini Jeno versi manja?

"Kenapa tiba-tiㅡ"

Tangannya mengusikku. Dengan gerakan lembut mengelusi puncak kepala, dia memotong ucapanku cepat, "Jangan marah. Doyoung hyung semalam benar-benar butuh bantuan."

Ada Apa? - L. Jeno + N. JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang