part 13

913 67 0
                                    


Semua anak anak berkumpul di lapangan mengadakan makan bersama sebelum pulang nanti.

Canda dan tawa menggiringi di sela mereka makan. Tak ayal Della, Rere dan Agatha pun ikut bersenda gurau.

"Gue punya tebakan nih buat yang bisa jawab gue kasih hadiah," ucap Natha membuat semua telinga orang orang mendengarkannya apalagi saat dia mengatakan akan ada hadiah nya semua terlihat antusias.

"Oke, emang apaan tebakannya?" tanya Della sambil mengangguk angguk.

"Bentar dulu, hadiah nya apaan nih? Nanti malah yang gak enggak lagi," sela Darel saat Natha membuka mulut untuk memberi tebakan.

"Ya rahasia dong masa gue kasih tau, gak asik lah," balas Natha.

"Oke. Apa?" kata Darel.

"Dengerin baik baik ya, nih bungkusan apa yang di beli orang dan bukan dia yang pakai terus orang itu tidak menyukainya bahkan orang lain pun gak suka? Tebak kalo bisa." Natha menurun naik kan alis nya yang lumayan tebal itu.

"Mana ada bungkusan dibeli tapi gak suka," ucap salah satu anak di sana.

"Ada dong."

Semua terlihat berpikir keras dengan jawabannya, walupun teka teki yang di beri Natha ini terdengar konyol tetapi semua tetap berusaha tidak pantang menyerah, seperti salah satu motto sekolah mereka.

"Ini bungkusannya masih baru kan ya?" tanya Rere menyakinkan.

"Menurut lo aja gimana?" tanya balik Natha.

"Kalo usah kucel ya pasti gak suka," sambung Agatha.

"Jadi jawabannya bungkusan yang udah kucel dong." Dello.

"Bentar, masa iya itu jawabannya ya gak mungkin dong kan tadi orang beli bungkusan dan gak dia pakai sama gak disukai berarti...." Della.

Teng teng....

Lonceng berbunyi menandakan saat nya mereka semua harus membenahi apa yang sepatutnya seperti membongkar tenda, membersihkan sampah sampah yang ada tidak boleh ada yang tertinggal satupun dan lainnya.

Rere, Della dan Agatha mengemas barang barang mereka terlebih dahulu sebelum merobohkan tendanya.

"Re lo ada liat hand and nail gue gak?" tanya Della yang tidak menemukan barangnya.

"Oh itu kalo gak salah gue liat tadi subuh, di dekat pintu tenda yang itu," kasih tau Rere dan menunjuk pintu tenda yang satunya.

"Ketemu?"

"Iya udah, thanks ya."

"Iya sama sama."

***

Di lain tempat tiga cowok juga sedang sibuk berkemas masing masing.

Yang namanya cowok, mereka tidak membawa yang merepotkan diri seperti cewek pada umumnya, jadi mereka lebih cepat selesai mengemas di bandingkan dengan para cewek.

"Yok bantuin gue lepas tendanya," ajak Dello yang di iyakan oleh Natha dan Darel.

Ketiganya meletakkan tas di pinggir pohon agar tidak terinjak orang atau mereka sendiri.

Darel mengambil palu untuk mencopot pasak yang tertanam di tanah untuk menahan tenda agar tidak roboh saat ada angin.

Dello membantu Darel dengan memegang tenda, sedangkan Natha sendirian mencopot jemuran yang terbuat dari tongkat yang dibawa dari rumah atau disebut tongkat pramuka.

Selesai dengan semua pekerjaan mereka, ketiga nya beristirahat sebentar di bawah pohon di mana tas mereka tergeletak.

"Wihh kita yang pertama selesai ternyata," bangga Darel ketika matanya menjelajah ke semua penjuru dimana orang orang sibuk dengan tenda yang belum selesai.

"Ngomong ngomong si Agatha dkk juga belum selesai tuh, gimana kalo kita bantuin?" ajak Natha.

"Cie cie perhatian banget sama mereka, jangan jangan lo ada something sama salah satu nya yakan?" goda Darel.

Dello hanya mengangguk setuju dengan ucapan Darel, dia juga berpikir seperti itu karena jarang jarang seorang Natha memperhatikan sekitarnya apalagi cewek.

"Bukan gitu maksud gue kan baik bantuin mereka ya sebagai balas budi ke mereka aja karena udah bantuin kita selama di sekolah ini, bentar lagi kan udah selesai," ucap Natha panjang lebar menjelaskan.

"Bijak banget lo, yuk kita bantu mereka." Tepuk Dello di bahu kanan Natha dengan senyum, kemudian berjalan kearah Agatha dkk.

Natha tersenyum mendengarnya lalu menyusul Dello di depannya dengan jarak yang lumayan jauh.

Darel melongo mendengar perkataan sahabatnya itu yang sangat bijak sekali. Beberapa detik kemudian ia baru tersadar, dan dua sahabatnya itu sudah tiba di tempat yang dituju.

"Woy kok gue di tinggalin!" Darel lari menghampiri mereka.

Di ujung sana mereka mendengar Darel berteriak seperti itu tertawa geli.

"Hosh hosh....." Deru nafas Darel terdengar memburu ketika sudah sampai di tempat dimana teman temannya itu masih cekikikan menertawakannya.

"Kalian tega ya ninggalin gue," katanya dengan nafas tersenggal senggal.

"Hehe maaf deh." Dello menggaruk kepala nya yang tak gatal.

"Jadi kalian bertiga ngapain ke sini?" tanya Agatha to the point.

"Jadi gini kita bertiga datang kesini itu mau bantuin kalian," jelas Darel.

"Makasih ya udah mau bantuin repot repot gini." Della.

Mereka berenam mulai bekerja.

"Oh iya gue mau nanya nih Del dari mana lo tau kalo jawaban dari teka teki itu 'bungkus mayat'?" tanya Dello yang membantu Della membersihkan tenda untuk menaruh makan yang dibawa Della dkk.

"Oh itu, cuma kepikiran aja sih hehe." Della tersenyum menampakkan gigi nya yang putih dan rapi.

"Mau dong diajarin bisa jawab tebak tebakan konyol gitu."

"Eh?" Bingung. Della saja tidak belajar dari mana mana hanya kebetulan kepikiran saja waktu itu.

"Saran sih banyak baca buku teka teki jenaka," sambung Della.

"Lo punya?"

"Ada di rumah."

"Boleh pinjem gak mau gue fotocopy soalnya kan waktu gue disini udab gak lama."

"Kalo pinjem buat baca sih boleh, tapi kalo fotocopy gak gue izinin soalnya sama aja kita gak ngehargain penerbit itu masa dia udah cape nerbitin eh malah di jiplak," jelas Della membuat Dello semakin kagum dengan perempuan di depannya ini.

"Terus kalo gue baca kan gak bakal habis satu hari-"

"Mending lo beli aja di toko masih banyak kok," kata Della memutus kalimat Dello.

***

"Yah bentar lagi kalian balik kan?" tanya Rere dengan raut sedih.

Walau mereka bertiga itu menjengkelkan bagi Rere, tapi mereka itu sudah masuk kedalam kehidupan Rere membuatnya nyaman seperti memiliki saudara laki laki yang menjaganya, apalagi sampai saat ini Rere hanya sendiri tanpa seorang saudara di sisinya.

"Jangan sedih, kita kan masih bisa kontakan." Darel menghibur Rere sambil menepuk nepuk bahu Rere.

"Ya sih tapi beda nanti gak ada yang gue ajak beradu, kalo sama Rian kan gak bakal beradu."

Mendengar nama 'Rian' mendadak air muka Darel berubah, hatinya mendadak panas seperti terbakar api cemburu. Benarkah dia cemburu? Masa iya sih?

Darel menepis pikirannya tentang perasaan nya terhadap Rere. Kemudian bangkit mengambilkan mereka semua air mineral dalam bentuk gelas.

"Agatha?" Natha melihat Agatha yang melamun menyadarkan nya dengan memanggil nama perempuan yang berada di sampingnya kini.

"Agatha!" pekik Rere di depan sahabatnya itu.

"Iya kenapa?" cuek Agatha.

"Gak jadi telat lo," rajuk Rere mempaoutkan bibirnya.

Tbc.

At This Very Moment✔ #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang