Part 24

357 21 3
                                    

Della menelusuri setiap rak berisi ratusan buku demi mencari buku yang akan digunakannya sebagai referinsi mengerjakan laporan yang diminta Bu Endang, guru biolojgi. Seharusnya ini adalah kerja kelompok yang setiap kelompoknya berisi dua orang, namun sudah dapat dipastikan hanya Della yang bekerja, atau lebih tepatnya gadis itu memilih berkerja sendiri karena satu kelompok dengan Arga. Tidak mungkin jika mereka mengerjakan berdua mengingat hubungannya yang tengah renggang, lebih baik Della mengerjakan sendiri.

Senyum manis terukir di paras juita gadis itu saat menemukan buku yang dicarinya di rak paling atas, tanpa pikir panjang, gadis itu mengulurkan tangannya sembari berjingkit untuk meraih buku itu.

Ujung jarinya sudah menyentuh buku dengan sampul coklat itu, namun tiba-tiba sosok lain lebih dahulu mengambilnya. Sosok itu berdiri tepat di belakang Della, membuat gadis juita itu berbalik badan.

Menemukan Arga di belakangnya, Della melangkah mundur, hampir menabrak rak jika Arga tak menyangga punggung Della dengan lengannya. Aroma mint khas cowok itu menyeruak memenuhi indra penciuman Della, jarak yang begitu dekat di antara mereka, menciptakan debaran yang sempat hilang. Bolehkah Della egois dengan mengatakan ia merindukan sosok di hadapannya itu?

"Mau ngerjain laporan Biologi?" tanya Arga serak, Della terdiam

"Del," panggl Arga, elusan di pipi Della menyadarkan gadis itu, segera ia memalingkan wajahnya, membuat tangan Arga yang ada di pipinya mengambang di udara.

Della berdeham singkat, kenapa perpustakaan harus sepi seperti sekarang. Atmosfer di antara keduanya terasa menyesakan untuk Della, ia bingung harus bersikap bagaimana dengan Arga yang kini berstatus sebagai... mantan.

"Iya," jawab Della akhirnya, "Biar gue aja yang ngerjain. Nanti nama lo bakalan gue tulis kok."

Gadis berpakaian putih abu-abu itu siap beranjak, namun Arga menahannya. Cowok itu menatap Della dalam, entah mengapa Della melihat sorot kecewa di sana.

"Segitunya lo pengen ngejauh dari gue, Del?" Arga berbisik dingin, ia menuntut jawaban.

Della mencoba melepaskan dirinya, namun Arga semakin memojokan gadis itu, "Lo udah benar-benar jatuh cinta sama Dello? Murid pertukaran pelajar itu?"

Arga salah paham. Bukan Dello yanh membuat Della milih untuk berhenti menjalin hubungan dengan Arga, namun segala sikap protective, segala tuduhan, dan segala ketidakpercayaan Arga pada Della yang membuat Della muak.

Ia bisa setia, tanpa harus Arga tuntut. Ia bisa menjaga hatinya, tanpa harus Arga kekang. Della hanya ingin bebas, bukan pergi dari Arga, tapi Arga salah mengartikannya.

"Gue pikir lo udah mengenal gue dengan baik, Ga."

"Gue pikir cuma gue, Del."

"Emang cuma lo, Ga, tapi pikiran lo yang bikin seakan-akan bukan cuma lo di hati gue. Gue muak, Ga. Gue bosan, lo selalu nuduh gue ini itu, lo pacar gue, tapi lo bahkan gak percaya kalo gue cinta sama lo," ujar Della panjang lebar, gadis menatap marah pada Arga, sebelum beranjak pergi.

***

"Nih," Satya meletakan bakso di atas meja kantin yang di dudukin Agatha, Rere, dan Rian. Mereka berkumpul tanpa Della dan Arga karena keduanya sudah keluar dari kelas lebih dahulu.

"Jadi, gimana soal rencana kita buat bikin Arga sama Della baikan, kalo perlu balikan," kata Rian membuka perbincangan, Agatha dan Rere yang mengerti betul bagaimana perasaan Della saling tatap, lalu memilih melanjutkan memakan baksonya.

"Kalian punya ide, gak?" kali ini, Satya yang bertanya, cowok tampan itu menatap gadisnya serta Rere bergantian, kedua gadis itu menggeleng bersamaan.

Jangan tanyakan perasaanku jika kau pun tak bisa beralih
Dari masa lalu yang menghantuimu, karena sungguh ini tidak adil
Bukan maksudku menyakitimu, namun tak mudah 'tuk melupakan
Cerita panjang yang pernah aku lalui, tolong yakinkan saja raguku

Pergi saja engkau pergi dariku, biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah, hatiku hanya tak siap terluka
Beri kisah kita sedikit waktu, semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah

Hidup memang sebuah pilihan, tapi hati bukan 'tuk dipilih
Bila hanya setengah dirimu hadir dan setengah lagi untuk dia

Pergi saja engkau pergi dariku, biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah, hatiku hanya tak siap terluka
Beri kisah kita sedikit waktu, semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah

Bukan ini yang ku mau
Lalu untuk apa kau datang?
Rindu tak bisa diatur
Kita tak pernah mengerti
Kau dan aku menyakitkan

Pergi saja engkau pergi dariku, biar kubunuh perasaan untukmu
Meski berat melangkah, hatiku hanya tak siap terluka
Beri kisah kita sedikit waktu, semesta mengirim dirimu untukku
Kita adalah rasa yang tepat di waktu yang salah
Di waktu yang salah

At This Very Moment✔ #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang