part 10

1K 73 5
                                    


"Pengumuman semua murid serta kakak kakak pendamping untuk segera berkumpul di tempat sumber suara," Agatha, Della, Rere, Darel, Natha,  dan Dello mengakhiri perbincangan mereka.

"Yaelah udah di panggil aja," kata Dello dengan kekehan.

Mereka ber enam pun melangkah kan kaki menuju lapangan yang tersedia, dimana sumber suara tadi.

Di sana anak anak sebagian sudah berkumpul rapi siap mendengar pengumuman, dan  yang lainnya lagi sibuk berjalan cepat dan berlari ke lapangan.

Tak terkecuali juga Della dkk juga sudah membuat barisan memanjang ke belakang sebanyak enam orang. Dengan Della paling depan lalu Rere dan Agatha di belakang Rere, Natha, Dello dan Darel di barisan paling belakang.

Terlihat semua murid sudah siap mendengarkan apa yang akan di sampaikan pak Wawan, selaku guru pembimbing jadi langsung saja beliau memberikan arahan.

"Anak anak malam ini tepatnya jam 9 nanti kita akan mengadakan pencarian jejak atau jurit malam, yang dilakukan secara berpasangan yaitu laki laki dan perempuan secara bergilir, dan satu lagi jam 11 harus sudah selesai semuanya."

Semuanya bergidik ngeri, malam malam begini mencari jejak ke hutan yang lembab dengan pohon pohon yang menjulang tinggi.

Belum lagi kalau kalau di dalam sana ada hewan buas nya ihhh ngeri.

"Oh iya untuk pembagian orang orang nya bisa kalian liat di tempat panitia berjaga atau pos induk, yasudah itu saja dari bapak," kemudian pak Wawan mematikan toa, karna di sana tidak ada listrik jadi hanya menggunakan toa bukan mik. Lalu beliau meninggalkan tempat.

Di iringi dengan murid murid bubar dan menuju tempat yang di beritahukan untuk pembagian orang.

"Wah suka nih gue kek gini," kata Rere dengan gembira.

"Gila lo, suka masuk hutan malem malem gini, gak takut apa?" tanya Darel.

"Biasa Rere mah emang gitu, gendorowo aja takut liat tampang dia," ujar Della sambil terkekeh.

"Ih kalian ini! Ya kale gue se menakutkan itu." Rere mempoutkan bibirnya.

"Yaudah kita langsung ke pos ajalah," ajak Natha, menarik tangan Agatha yang hanya diam saja.

"Cie yang gandengan!" teriak Dello di belakang keduanya yang mengundang tawa Darel, Della dan Rere.

Di depan sana Natha tidak menghiraukan omongan teman temannya yang nyeleneh, lain lagi dengan gadis di sebelahnya yang pipinya sudah memerah entah karna hawa malam yang dingin atau malu.

Mereka ber empat lari menyusul Agatha dan Natha.

***

Sampai di tempat tujuan mereka langsung menanyakan pasangan masing masing.

Panitia memberikan kertas yang sudah tercetak nama nama bersama pasangan kurirnya serta urutan berangkatnya.

Pasangan 1 : Auliya dan Nugi
Pasangan 2 : Darel dan Rere
Pasangan 3 : Dello dan Della
Pasangan 4 : Natha dan Agatha
Pasangan 5 : Rizky dan Mauly
Dan bla bla bla ..........
Sampai pasangan yang terakhir.

"Anjir! Gue sama Rere yang kedua?" Darel terkejut melihat ia pergi yang kedua.

"Kenapa? Lo takut? Psstttt," goda Rere.

"Siapa juga yang takut, maksud gue itu kenapa gak yang pertama aja perginya. kalo yang kedua kan udah ke duluan yang lain tau di sana nya," elak nya tidak mau kalah.

"Halah bilang aja lo takut? Dulu kan waktu di LN gue sama Dello pernah nakutin lo pake pocong pocongan dan langsung jerit jerit sambil lari lari," bongkar Natha membuat Darel menjadi bahan tertawaan.

"Heh! Gue buktiin kalo gue gak takut."

"kalo gitu gimana minta panitia ubah jadi yang pertama?" tanya Della sambil menaik turun kan alis sebelah kirinya, Darel langsung gugup mendengar nya.

"Mending ke sana aja yuk? Liat tuh mukanya Darrel hihi," ajak Agatha melihat perubahan wajah Darel.

Walau Darel itu lelaki yang hebat dalam berkelahi, tetapi jika bersangkutan dengan gelap dan hal mistis ataupun hantu dia lah yang paling ketakutan.

"Darel....," ucapan Dello terputus.

"Jangan ngomongin gue lagi," kata Darel sarkas.

***

Tiba giliran Darel dan Rere untuk memasuki hutan gelap.

"Ini," salah satu panitia menyerahkan satu lilin dan 3 batang korek api.

Senter, hp di serahkan pada guru yang turut menjaga anak anak.

Rere dan Darel berjalan bersisian. Saat memasuki hutan hanya dengan penerangan lilin, yang cahayanya tidak seberapa itu membuat badan laki laki di samping Rere itu meremang, spontan memegang erat tangan Rere.

"Lepas dong, susah nih gue nya," kata Rere risih.

"Nanti lo hilang kan gawat, bisa bisa nyusahin nanti," kilah nya.

Rere memutar matanya malas.

***

Setelah beberapa menit pasangan kedua berangkat pasangan ketiga pun menyusul. Yaitu pasangan Dello dan Della.

Di tengah tengah hutan di mana keduanya berada, tiba tiba melintas sebuah cahaya dengan cepat.

"Duh itu apaan ya tadi?" gumam Della yang masih dapat di dengar Dello.

"Jangan takut ada gue," kata Dello di telinga Della.

Della menganggukkan kepalanya, mereka terus menyelusuri sambil mencari jejak dan harus menemukan bendera dengan warna yang telah mereka pilih.

***

Segera setelah 10 menit pasangan Dello dan Della, kini di susul oleh Natha dan Agatha.

"Nath lo gak takutkan?" tanya Agatha ketika mereka melewati pohon besar banyak akar akar yang melilit.

"Gak."

Hening. Tidak ada pembicaraan antara keduanya. Hingga Agatha melihat bendera mereka bergantung di pohon tepat di bawahnya terdapat gundukan tanah.

"Nath itu bendera yang kita cari bukan?" tanya Agatha memastikan.

"Iya bener, ayok ke sana," saat Natha menarik tangan Agatha, gadis itu menariknya membuat Natha berhenti.

"Kenapa?"

"Lo gak liat di bawahnya?"

Nathan menggelengkan kepala.

"Mana?"

Agatha menunjuk nya, dan melihatnya lagi dan ternyata tidak ada apa apa di sana.

"Loh tadi beneran di sana."

"Buktinya gak ada tuh, lo nya aja parnoan, ayok ke sana."

"Masa gue salah liat, gak mungkin kan mata gue masih bagus kok," batin Agatha.

***

Di sisi lain Rere belum juga menemukan bendera mereka.

"Aduh dari tadi kok belum ketemu juga sih, gegara lo nih milih kok gak bener, warnanya item lagi pasti gak keliatan lah!" Rere mencak mencak, bagaimana tidak si Darrel dengan tidak beruntungnya malah memilih kertas yang bertuliskan warna hitam.

"Jangan salahin gue dong, salahin tuh yang nulis, ada ada aja masa warna item, siapa sih yang nulis awas aja kalo ketemu gue habis tuh!"

"Halah sok loh, emang berani apa?"

"Ya berani lah!" dengan sombong nya ia berkata begitu padahal belum tau siapa yang menulisnya.

"Beneran?"

"Iya!"

"Woooo itu pak Wawan loh yang nulis."

Darrel langsung diam, membuat Rere menahan senyum.

"Yakin berani?" goda Rere membuat lelaki itu kesal.

Tanpa berkata apapun mendahului Rere.

Sadar ia sendiri langsung berbalik menuju tempat Rere yang belum beranjak dari tadi.

At This Very Moment✔ #wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang