Bukan perkara mudah menghadapi ketakutan dan kecemasan. Tapi Jung Renjun memiliki tekad kuat yang diturunkan oleh kedua orangtuanya, walau dengan kaki gemetar dan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya Renjun telah berdiri di depan pintu yang menunjukkan nomor 116.
Ruang rawat inap Jung Renjun, sekali lagi ia harus mengingatkan diri sendiri bahwa ia adalah Seo Renji bukan Jung Renjun.
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, benda persegi panjang itu terbuka menampilkan sosok Papa Renjun, Jung Jaehyun.
"Renji?"
Renji bisa melihat itu, gurat wajah yang terlihat lelah melebarkan matanya tapi ia bisa melihat binar disana.
"Iya.. O—m.."
"Siapa?"
Ahh.. Suara itu..
Suara yang sangat Renjun rindukan.
"Renji?"
"I—ya tante.."
Renjun gugup tentu saja, apalagi ketika mereka telah masuk ke dalam ruangan, suasana kesedihan sangat kental rasanya, sampai-sampai membuat perutnya terasa mulas.
"Aku senang kamu datang."
"Bukankah Renjun itu saudaraku?"
Doyoung tersenyum pedih. "Kalau kamu tahu dia saudaramu, saudara kembarmu—"
Doyoung tercekat, meremas selimut yang menutupi sebagian tubuh Renjun yang terbaring lemah. "Kenapa kamu masih memanggilku seper—seperti orang asing?"
Inilah yang ditakutkan Renjun, cara bersikap dengan kedua orangtuanya sangat mengganggu pikirannya. Ia takut salah bertindak ataupun berbicara—bahkan ia tidak pernah mengetahui bagaimana watak seorang Seo Renji.
"Ma—afkan aku—"
"Dia terlihat nyenyak sekali—"
Doyoung tergugu, menutup wajahnya dengan telapak tangan. "Aku takut kehilangannya— dan kamu datang seperti orang asing, pa—padahal kamu itu juga anakku.."
"Ma—" Jaehyun mendekat, meremas pundak Doyoung mencoba memberi kekuatannya.
"Ma—afkan aku.. Aku benar-benar tidak tahu caranya bersikap.." Renjun menunduk dalam, tidak kuat melihat kedua orangtuanya yang terlihat rapuh, apalagi melihat kondisi tubuh aslinya yang terbaring.
"Jangan salahkan diri—"
"Lihatlah dia Ren— adikmu ini, ia terlihat seperti tertidur, luka yang dialaminya tidaklah parah, ta—tapi kenapa dia ti—tidak terbngun juga?"
"Ma—kumohon.." Jaehyun bersimpuh, meremat kedua jemari Doyoung yang bertumpu pada lututnya.
"Ren—Renji bolehkah Mama memelukmu?"
Keduanya —Renjun dan Jaehyun— mendongak, menatap penuh rasa terkejut dan tanya. "Su—dah lama aku ingin merasakan pelukan anakku yang tak pernah ada disisiku."
"Ma—"
"Baik."
Jaehyun menoleh, menatap penuh kekhawatiran disana, sedangkan mata Doyoung yang penuh air mata memancarkan sebuah binar.
"Men—mendekatlah.."
Jaehyun menyingkir, memberi ruang keduanya.
Mereka saling mendekap erat, Doyoung menangis disana, menangis di pundak Renji.
Bukanlah keinginannya melepas buah hatinya bukan juga keinginan dari seorang Jung Jaehyun.
Hanya saja mereka harus melepaskan Seo Renji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanfictionKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...