Which Shouldn't Happen.

2.6K 229 40
                                    

Renjun menutup aplikasi skyipenya, dan merakan berat dipundaknya. "Udah?"

Renjun mengantuk, hari sudah cukup malam tapi dirinya dan Mark masih berada ditaman kompleks.

Mark ikut berdiri saat Renjun beranjak. "Mampir bentar ya ke minimarket.."

Mark mengangguk, menyembunyikan tangannya pada kantung hoodienya, udara malam cukup dingin, sampai membuat wajahnya terasa kaku.

"Mau ikut masuk gak?"

Mark menggeleng seraya mengusak puncuk kepala Renjun. "Enggak, aku tunggu diluar aja."

Renjun mengangguk dan mengadahkan tangannya di depan Mark, membuat pemuda bermata bulat itu berdecak dan mengeluarkan beberapa lembar uangnya dari dompet, membuat senyum Renjun mengembang sempurna.

"Tunggu sebentar.."

Setelah itu Renjun masuk, meninggalkan Mark yang masih bersandar pada dinding selagi menunggunya.

Sudah empat tahun Jeno keluar negeri dan hanya beberapa kali kembali ke korea, setelah kembali dari pertukaran pelajar, pemuda dengan senyum manis itu kembali melanjutkan studynya diluar negeri.

Meninggalkan Renjun yang masih berada disamping Mark.

Dan pemuda bermata bulat itu masih bertahan dengan perasaannya, walau ia sering sekali mengalami hal seperti tadi. Menemani Renjun menghubungi kekasihnya melalui aplikasi skype, hari ini teman manisnya ingin berada di taman. Membuatnya harus merasakan dingin dan menahan agar tidak berbicara selama Renjun menghubungi Jeno, walau Jeno tahu Mark ada disampingnya hanya saja Mark tidak ingin mengganggu keduanya.

Biar keduanya menikmati itu semua untuk melepas rasa rindu, berbeda dengan Mark yang setiap hari bisa bertemu dengan pemuda manis itu.

Mark melirik ke dalam, melihat Renjun yang tengah memilih minuman di depan lemari pendingin.

"Aku harus memilih apa?" Renjun bermonolog dengan dahi yang terus berkerut.

"Lebih baik beli cokelat bubuk untuk diseduh.."

Renjun tersentak, menoleh dan menemukan Jeon saem di depannya. "Saem?"

"Wah.. Renjun?"

"Iya saem.." Renjun menggaruk kepalanya, bingung ingin berkata.

"Malam-malam begini lebih baik menyeduh cokelat hangat, udara malam ini sangat dingin." jeda sejenak, "bagaimana kuliahmu?"

Renjun tersenyum canggung. "Aku akan mengambilnya nanti, dan kuliahku lancar saem."

"Nah-Eh?"

Keduanya terdiam, terutama Renjun yang melihat guru Senior High School nya dulu tengah dirangkul oleh seseorang yang juga dikenali Renjun.

"Wah.. Renjun?" seseorang itu berucap sembari meletakan dagunya diatas pundak Jeon saem.

"Kamu kenal dia?"

Orang itu mengangguk. "Dia salah satu mahasiswaku.."

Jeon saem melepas tangan orang itu sedikit canggung. "Wonie~ kenapa?"

"Soonyoung! Berhenti memanggilku seperti itu!"

Renjun terkekeh, sebelum membungkuk. "Saya permisi dulu saem."

Setelah itu Renjun melangkah ke rak dimana ia bisa menemukan cokelat bubuk, meninggalkan dua pasangan tadi.

"Sudah tahu dia mahasiswamu, kenapa masih peluk-peluk disembarang tempat sih?"

Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang