Hari ini menyenngkan, itulah yang terlintas di benak Renjun.
Berterimakasih pada Mark yang telah mengajaknya berkunjung keperpustakan sekolah, yang membuat tas ranselnya berisi penuh dengan berbagai macam buku.
"Kamu gak capek bawa tas aku?" Renjun bertanya, setelah mereka keluar dari mini market untuk membeli es krim.
"Enggak tuh?" Mark menjawab santai, sembari menikmati suapan es krim dari tangan Renjun.
"Harusnya aku yang tanya kamu gak papa?"
Alis Renjun bertaut, kepalanya meneleng menatap Mark yang berjalan di sampingnya. "Memangnya aku kenapa?"
Mark terkekeh melihat ekspresi polos Renjun. "Kamu kemarin pengen banget naik sepeda, sekarang kenapa malah nyuruh aku nuntun sepeda?"
Renjun nyengir kuda mengingatnya. "Aku cuma mau menikmati waktu. Nanti keburu sampai rumah kalau naik sepeda, hari ini cuacanya bagus." Renjun menunjuk langit penuh bintang dengan sendok es krimnya, "lihat bintangnya banyak banget, jarang-jarang loh kelihatan." komentarnya sebelum memasukan satu sendok es krim ke dalam mulutnya.
"Ehh.. Iya-iya" Mark baru menyadarinya.
Tapi kemudian mata Mark kembali melihat sebelah tangan Renjun yang membawa plastik putih. "Kamu yakin cuma mau makan itu sama Jaemin?"
Renjun menoleh pada Mark dan mengikuti arah pandang mata Mark, melihat isi bungkusan yang ia bawa. "Sebenernya aku pengen makanan yang lain, yang lebih sehat." pipi Renjun menggembung, "tapi mahal, aku gak enak pakai uang keluarga Seo, lagian kalo beli bahan mentahnya aku juga gak pinter masak."
Curhatan colongan dari Renjun berhasil menghidupan lampu imajiner dikepala Mark. "Apa mau kubawakan bekal buatan Ayahku?"
Renjun menoleh bingung. "Ayahmu?"
Mark mengangguk mantap. "Iya Ayahku pintar memasak." membuat kerutan di dahi Renjun semakin berlipat.
"Seharusnya Ibumu yang pintar memasak.."
Mark gemas, ketika Renjun berbicara dengan wajah polosnya, ingatkan Mark agar menyuruh Renjun berhenti berbicara dengan sendok es krim yang masih bersarang di mulutnya.
"Bagaimana yah? Aku hanya memiliki seorang Ayah yang pintar memasak dan Seorang Papa yang jago kerja?"
...
"Kenapa kamu memaksa ikut sih?" Renjun berkomentar setelah keduanya memasuki gedung putih yang di dalamnya selalu menguarkan aroma khas yang menyengat.
"Karena Jaemin tiba-tiba menghilang di kelas tadi." jawabnya santai.
"Tapi dia bisa datang kapan saja, bahkan ketika aku membuka pintu."
Mark memasukan tangannya pada saku celananya. "Gak peduli tuh, aku cuma mau ikut aja."
Renjun memutar bola matanya jengah. "Tapi apa alasanmu mengunjungi Renjun nanti?"
Mark menggendikan bahunya tidak peduli. "Bilang saja menemanimu."..
Renjun hanya menggelengkan kepalanya, tidak bisa berargumen lagi.
"Dimana kamarnya? Kok gak sampai-sampai?" Mark merangkul pundak yang lebih sempit mendekat. "Aku gak suka bau obat, kepalaku jadi pusing."
Renjun menoleh cepat, melihat perubahan wajah Mark yang lebih pucat. "Kenapa memaksa ikut sih?"
Mark tersenyum tipis. "Seperti yang kubilang tadi, karena Jaemin tidak ikut."
Rejun diam tak berniat menjawab, dan segera membuka pintu di depannya sambil mengucap salam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanficKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...