Jaemin membuang pandangannya, kemana pun asal bukan bertemu pandang dengan Renjun.
"Hei, ayo jelaskan! Kenapa kamu bersekolah?"
Huh! Rasanya Jaemin menyesal melakukan hal ini. Tidakkah Renjun mengerti situasi?
Semua yang dilakukannya itu untuk Renjun? Sebagai permintaan maaf?
"Apa dialam baka juga ada sekolah? Makanya kamu pindah?"
Jaemin kesal, ia menangkup wajah Renjun dan menarik pipi pemuda itu gemas. "Berhenti bertanya, yang jelas disini aku menjadi temanmu!"
"Awh.. Sakit!" Renjun menepuk tangan Jaemin kesal, setelah tangan tak beradap itu tak lagi mencubit pipinya barulah Renjun mengusap pipinya yang memerah.
"Tidak perlu sampai begitu, aku masih bisa menjalaninya.."
"Bisa menjalaninya?" Jaemin mencibir, "siapa yang kemarin menangis tak memiliki teman?"
Skakmat.
Renjun bungkam, lebih memilih menyendok makanannya.
"Tapi kurasa teman-temanmu tidak terlalu buruk tuh.."
Renjun mencibir. "Dikatakan oleh anak baru yang famous."
Jaemin terkekeh. "Kamu bisa bertingkah seperti dirimu sendiri Renjun-ah.."
"Ingat.. Aku Renji.." Renjun mendesis mengingatkan, "tapi apa maksudmu?"
Jaemin menghela napasnya, menatap Renjun yang masih sibuk dengan makanannya, tangan Jaemin terlipat di atas meja, matanya menatap lurus pada Renjun, mengabaikan fakta bahwa keduanya jadi pusat perhatian di kantin.
Siswa baru berteman dengan siswa aneh.
"Jangan berpikir bagaimana cara Renji bersikap, lakukan saja seperti biasanya seperti dirimu, semaumu."
Renjun mendongak menatap Jaemin ragu. "Tapi bukankah itu terasa aneh?"
Jaemin memutar bola matanya jengah. "Lebih aneh lagi jika kamu meniru sikapnya."
"Apa tidak masalah?"
Jaemin menggeleng. "Tidak, lagipula jika benih bunga kehidupan telah mekar kamu akan kembali pada tubuh aslimu. Akan terasa aneh jika kamu membiasakan sikap Renji."
Renjun mengangguk paham, sudah membulatkan tekadnya. Ia adalah Jung Renjun dan selamanya itulah yang terjadi. Tidak peduli jika ini adalah raga Renji karena sebenarnya ini adalah jiwa seorang Jung Renjun.
"Baiklah aku akan mengembalikan ini dulu.."
Renjun beranjak, setelah selesai dengan makanannya, berniat mengembalikan peralatan makan di kantin. Baru saja ia akan melangkah, tubuhnya sudah terdorong, membuatnya harus terjatuh dan mengenai isi mangkuk yang di bawa seseorang yang menabraknya.
"Upss!"
Renjun mendongak, menatap sang pelaku. Mulutnya ingin mengumpat tetapi kembali tertahan. "Bisa kau berjalan dengan hati-hati?"
Renjun bergidik, mendengar untuk pertama kalinya suara itu terdengar dingin.
"Chenle.."
"Apa kau akan mengganti makananku?"
Yang tidak di duga Renjun adalah perubahan Chenle, adik tingkatnya tidak biasanya bertingkah seperti ini. Dia bukan Chenle yang ia kenal.
"Kenapa kau berbicara seperti itu?
"Apa maksudmu Renji—sunbae?"
Renjun menghela napasnya sebentar sebelum kembali tersenyum. "Ya Chenle-ya kenapa aku harus mengganti makananmu? Bukankah kamu yang menabrakku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanfictionKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...