14. Statement (Mark Lee)

1.6K 290 21
                                    

Jaemin melirik kesamping, melihat Renjun yang tengah terlelap dengan lipatan tangan sebagai bantalannya.

Terlalu banyak masalah yang harus dihadapi oleh remaja tanggung itu. Bahkan dulu saja Jaemin menyerah dengan masalahnya, tapi Renjun tetap berusaha menghadapinya.

Sudah limapuluh delapan hari terlewat begitu saja, masih terbilang cepat dari yang seharusnya tetapi pesan yang disampaikan Taeyong sungguh diluar dugaan. Benih bunga kehidupan Renjun telah mekar sempurna, hanya perlu menunggu timing yang tepat dan itu tidak bisa di prediksi dengan baik karena tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Bisa saja hitungan hari atau jam, tidak ada yang tahu pasti.

Tetapi Renjun masih dengan jiwa polosnya tidak mengetahui fakta ini, bisa saja detik ini ruh—nya kembali saat ia tertidur, mungkin juga besok atau lusa. Jaemin juga tidak tahu jawabannya.

Tangannya terulur, mengusap rambut Renjun yang menutupi mata cantik itu. Binar bening yang selalu diperlihatkannya selalu membuat siapun bergetar karenanya.

Semua persiapan telah selesai tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menginterogasi pelaku dari kecelakan Jung Renjun.

Harus segera.

Jika Renjun sudah kembali pada tubuh aslinya, akan sangat sulit untuk membongkar semuanya.

Jaemin tidak bisa lagi menjadi seorang manusia, jika Renjun kembali tugasnya usai, seperti itu.

Jadi kabar yang diberikan Taeyong benar-benar membantu atau justru memperkeruh keadaan Jaemin pun tidak bisa mengatakan apapun.

Jaemin mengusak wajah frustasi bingung akan situasi.

Tidak ada rencana yang mampir diotak kecilnya. Ironis, Jaemin bahkan tidak menjalankan tugasnya tiga jam terakhir, yang seharusnya ia sudah mengambil nyawa tigapuluh orang, ia mendesah mengucap terimakasih pada Yuta-san yang mengambil alih tugasnya.

"Baiklah.. Kurasa aku harus mengambil keputusan ini." Jaemin mendesah pelan sebelum tangannya kembali mengusak rambut Renjun, "mungkin ini yang terbaik Injun-ie, selalu bahagia yah.. Saranghae~"

Setelah itu cahaya kembali melingkupi Jaemin, dewa kematian itu pergi, menyelesaikan tugasnya.



...



Tatapan tajam dari Taeyong tak menciutkan nyalinya, Jaemin bahkan tetap berdiri dengan tenang.

"Apa kau gila? Ini sudah melebihi batasanmu Na Jaem!"

Jaemin mengangguk mantap. "Yah.. Kurasa.. Jadi tolong bantu aku.."

Taeyong menghela napas beratnya. "Kenapa kau ingin melakukannya?"

Jaemin tersenyum. "Tidak ada alasan untuk itu, kurasa dia pantas mendapatkannya."

Walau tatapan Taeyong tetap saja menghunus kepada Jaemin. "Kau seharusnya tidak berjalan terlalu jauh Na. Biar manusia menyelesaikan masalahnya sendiri, kau hanya bertugas mendampinginya sampai dia kembali."

Walau berbicara begitu Pimpinan dewa kematian itu berakhir mengangguk. "Lakukan yang kau inginkan, aku akan membantumu."

"Terimakasih hyung.."

Untuk kali ini izinkan Na Jaemin menolong seseorang, untuk pertama kalinya seumur hidupnya.

Dan Taeyong mengetahui itu, dan sesuatu yang tidak pernah disadari Jaemin sendiri, perasaan yang seharusnya tidak di miliki seorang dewa kematian.









Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang