Renjun tercenung cukup lama setelah mendengar penjelasan kedua orangtuanya. Alasan mengapa ia harus terpisah dengan sang kakak, sebuah hutang budi, nyawa dibayar nyawa. Walau sebenarnya terdengar cukup kejam ditelingnya.
Tidak menyangka bahwa Paman Johnny hampir membunuh Papanya lantaran Mamanya bersikeras menolak memberikan salah satu anak kembarnya yang telah lahir. Membuat sang Mama dengan derai tangis melepas salah satu dari buah hatinya, Jung Renji.
Bukan perkara mudah, tapi Mamanya selalu mencari cara agar buah hatinya kembali ke dalam pelukannya. Tapi Paman Johnny menghilang bagai di telan bumi, walau begitu sang Mama tidak menyerah. Hanya saja kegigihan itu sirna kala ia justru mengabaikan salah satu buah hatinya yang bersamanya Jung Renjun, satu hal yang baru diketahuinya bahwa ia dulu hampir merenggang nyawa lantaran kurang diperhatikan, kedua orangtuanya lalai terhadapnya.
Kejadian itu memukul keras kedua orangtuanya, membuat mereka menghentikan pencarian Paman Johnny dan sibuk mengurusnya.
Dan membuat skenario untuknya dimasa depan, membuatnya percaya dengan cerita yang mengalir dari kedua orangtuanya.
Langkah kakinya terhenti, mendongak pada langit malam yang di penuhi bintang. Setelah menyakinkan diri bahwa ia baik-baik saja, dirinya memutuskan ijin keluar rumah. Ia butuh udara segar dan menenangkan pikirannya. Walau dengan setengah tidak rela Doyoung mengijinkannya dengan kalimat penenang Jaehyun pada istrinya.
"Aku haus.." Renjun bergumam dan melangkah ke minimarket terdekat.
Memilih berbagai minuman di lemari pendingin yang kira-kira menarik perhatiannya.
"Susu atau isotonik?" Renjun kembali bermonolog, kepalanya meneleng sedikit berpikir.
"Kurasa ini saja." tangan rampingnya meraih botol minuman isotonik disana.
"Apa ada alasan memilih itu?"
Renjun terjolak, menoleh kebelakang dengan cepat. "Siapa kau?" serunya terlalu kuat, membuat pemuda bermata bulat itu menutup bibir Renjun dengan sebelah tangannya.
"Pelankan suaramu.."
Pemuda itu mengingatkan, dan ia ikut mengambil satu kotak minuman disana jika saja dulu ia memilih kopi, untuk kali ini memilih susu, hanya saja cara mengambilnya masih tetap sama, tidak bergeser dari tempatnya, ia hanya sedikit membungkuk dan membuat dari sisi manapun kamu melihatnya, pemuda bermata bulat seperti memeluk Jung Renjun.
Membuat Renjun melotot ditempatnya, ingin mundur pun badannya terasa kaku.
"Ingin kubayarkan? Tapi kau harus membeli susu." ujar pemuda itu seraya mengambil botol minuman Renjun dan menggantinya dengan susu kotak dan menuju ke kasir, dengan Renjun yang tertinggal di belakangnya.
Renjun mendekat pada pemuda yang tengah mengambil sepedanya yang terparkir. "Kamu siapa?" tanyanya langsung.
"Aku?" Renjun mengangguk ketika pemuda itu menunjuk dirinya sendiri.
"Siapa lagi?"
Pemuda itu terkekeh, dan terus menuntun sepedanya, membuat Renjun harus mengikutinya.
"Rumahmu lewat sini juga kan?"
Renjun mengangguk ketika pemuda itu bertanya, karena memang rumahnya kearah sana. "Namamu siapa? Dan aku belum mau pulang."
Renjun berhenti, berharap pemuda yang terlihat seumuran dengannya ikut berhenti.
Dan benar saja pemuda itu berhenti dan memarkirkan sepedanya di halte, dan duduk dikursi tunggu disana, membuat Renjun menyusul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanfictionKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...