Mungkin manusia awam yang diambil nyawanya mengira itu adalah Malaikat Kematian hanya saja untuk Si Pengambil Nyawa adalah seorang Dewa kematian dan mereka hanya bertugas mengambil nyawa manusia yang telah tercatat di jurnal Kematian Manusia dan semua itu ditulis oleh seorang pimpinan Dewa Kematian bernama Lee Taeyong.
Dewa yang bekerja di depan mesin ketik itu masih terlihat tampan dengan kacamata tebal yang bertengger manis di hidungnya.
"Kau sudah kembali.."
Itu bukanlah sebuah pertanyaan melaikan pernyataan telak oleh Taeyong tang tidak mengalihkan pandangannya dari mesin ketik saat Jaemin memasuki ruangannya.
"Yah.. Begitulah.."
"Apa klienmu baik-baik saja?"
Kini Taeyong telah berhenti mengetik, dan menghadap Jaemin yang masih berdiri di depan mejanya.
"Kurasa begitu?"
Taeyong mengangguk sebelum tangannya membuka laci mejanya dn meraih selembar kertas. "Dewa yang menyamar sebagai dokter di tempat Jung Renjun dirawat mengirim tentang laporan perkembangan benih bunga kehidupan padaku."
Jaemin tertarik, ia maju mengikikis jarak dari meja. "Apa isinya?"
Taeyong menyerahkan selembar kertas itu ada Jaemin. "Diluar dugaan, benihnya telah tumbuh dan bunganya sudah menguncup."
Mata Jaemin terbeliak tajub. "Bukannya seharusnya benihnya baru memiliki batang kan?" tanya Jaemin memastikan.
"Benar, ini sangat mengejutkan."
"Berarti dia memiliki kemungkinan untuk kembali ke tubuhnya lebih cepat?"
Taeyong mengangangguk pasti. "Itu bisa di pastikan, tapi ini juga menjadi sedikit riskan ini baru pertama kali terjadi."
Mata Jaemin kembali terbeliak, ia sungguh terkejut. "Benarkah?"
Taeyong berputar dengan kursinya. "Yah.. Bukan hanya kau yang terkejut selama aku menjadi pencatat kematian manusia ini baru pertama kalinya terjadi."
Jaemin memutar bola matanya jengah. "Aku sudah hampir setahun menjadi dewa kematian, jangan menyidir. Aku tahu maksudmu.."
Taeyong mengusap lengan kemejanya seperti mengingkirkan debu yang melekat disana. "Enggak tuh, mungkin perasaanmu saja."
Rasa Jaemin ingin mencekik atasannya sekarang juga, tapi belum sempat itu terjadi Taeyong sudah menatapnya tajam.
Taeyong tidak memiliki kekuatan membaca pikiran kan?
"Ini juga pertama kalinya kau meminta sesuatu yang seharusnya tidak pernah terjadi bukan?"
Alis Jaemin bertaut. "Huh?"
Taeyong mengetukkan jari telunjuknya diatas meja. "Tidak ada riwayat seorang dewa kematian meminta izin untuk menyamar sebagai manusia dengan alasan mengawasi kliennya.." jeda sejenak, membuat Jaemin meneguk liurnya gugup.
Jaemin sudah menduga hal ini, tapi rasanya tetap menegangkan memberi jawaban atas keputusan mendadaknya waktu itu.
"Jadi katakan alasanmu yang sebenarnya.." Taeyong menumpukan dagunya pada tautan tangannya.
Jaemin membuang pandangannya sebentar sebelum menghela napasnya. "Aku bersimpati padanya," Jaemin menunduk, "dia orang yang kuat dibalik kerapuhannya, aku tahu dia bisa melewatinya, hanya saja melihatnya waktu itu, aku ingin menjadi temannya."
Mata Taeyong memincing. "Bukan karena kau jatuh hati padanya kan?"
Jaemin terkejut, terbukti matanya yang kembali terbeliak tak percaya. "Kenapa kau berpikir seperti itu? Aku hanya merasakan kesedihannya dan berpikir untuk menolongnya sebisaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Soul (Flower Seeds Of Life) [COMPLETED]
FanficKetika sang Dewa kematian mengambil bunga kehidupannya. Jung Renjun harus bertahan hidup dengan raga saudaranya-sampai benih bunga kehidupan yang baru mekar kembali. •Adaptasi dan terinspirasi dari Webtoon• •Planning : 20 chapter for 20 day• •Star...